Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Senyap

image-profil

image-gnews
Iklan

Musyafak, Staf Di Balai Penelitian Dan Pengembangan  Agama Semarang

Film Senyap (The Look of Silence) garapan Joshua Oppenheimer layak masuk dalam kaleidoskop sejarah 2014. Film dokumenter berlatar sejarah kelam pembantaian 1965 tersebut melengkapi sudut pandang bagaimana kita memahami sekaligus memaknai sejarah berdarah yang terjadi hampir setengah abad lalu.

Namun ikhtiar “meluruskan sejarah” yang telah dibengkokkan oleh rezim Orde Baru itu masih berhadap-hadapan dengan tekanan kelompok-kelompok tertentu yang tak ingin kebenaran tersebut tersibak terang. Buktinya, acara pemutaran film Senyap di beberapa kampus pada Desember lalu dilarang dan dibubarkan paksa, seperti terjadi di Malang, Yogyakarta, ataupun Padang. Bahkan Lembaga Sensor Film pun melarang pemutarannya, keputusan yang kemudian disesalkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (viva.co.id).

Diakui atau tidak, kata “komunis” masih menjadi label haram jadah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kata “komunis” begitu nyinyir didengar telinga dan kerap diucapkan secara sinis. Komunisme sebagai sebuah paham dalam ilmu sosial-humaniora dipandang secara sempit sebagai gerakan pemberontakan semata sebagaimana gerakan PKI yang dinarasikan sekehendak Orde Baru. Hari ini, orang masih keukeuh menganggap paham komunis tidak boleh berkembang di Indonesia. Agama, juga Pancasila, kerap dijadikan dalil politis untuk membonsai pemikiran-pemikiran komunisme.

Senyap berbeda dengan karya Oppenheimer sebelumnya, Jagal (The Act of Killing) yang menceritakan peristiwa pembantaian PKI dari sudut pandang para pelaku. Senyap mengisahkan pedih-perih sebuah keluarga korban tragedi pembantaian massal yang zaman gelap 1960-an yang berlatar di Deli Serdang dan Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Adi Rukun, tokoh dalam film itu, melihat kebencian mendalam sang ibu terhadap orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan sang kakak bernama Ramli. Sekian lama sang ibu hidup di dalam kenangan pahit yang tak berhenti merambat, juga kebencian yang kian menambat di sanubarinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adi menemui para “tukang jagal” saat itu yang masih hidup, di antaranya Inong (komandan pembantaian tingkat desa). Di satu sisi, para mantan pembunuh merasa tidak berdosa dan tidak bertanggung jawab atas penjagalan yang dilakukannya. Dalihnya, pembantaian itu dilakukan sebagai laku membela negara. Di lain sisi, keluarga mantan penjagal itu enggan dikaitkan dengan peristiwa pembantaian PKI tersebut. Justru kata maaf dari mereka kepada Adi menjadi momentum resolusi sosial antara keluarga pelaku dan keluarga korban pembantaian.

Sayang, jika misi rekonstruksi hubungan sosial antara korban dan pelaku pembantaian PKI yang diusung Senyap dilewatkan oleh kalangan penentang film itu. Senyap adalah upaya kultural untuk menyembuhkan luka sosial yang selama ini belum selesai diobati dengan langkah-langkah politik. Kedua sekuel karya Oppenheimer, Jagal dan Senyap, bisa dipahami sebagai ikhtiar “mendialogkan sejarah” agar perspektif generasi terkini lebih lebar dalam memandang sejarah 1965 beserta akibat-akibat yang ditimbulkan.

Senyap memberi tahu kita bahwa korban tidaklah tunggal, yakni orang-orang yang dibunuh atau keluarga yang ditinggalkan. Namun pada waktu yang sama, para Jagal juga korban dari propaganda sebuah rezim yang berhasil memperalatnya untuk memuluskan jalan ke tampuk kekuasaan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film dan Drakor yang Dibintangi Jeon So Nee

5 jam lalu

Jeon So Nee dalam serial Parasyte: The Grey. Dok. Netflix
Film dan Drakor yang Dibintangi Jeon So Nee

Parasyte: The Grey akan tayang pada di Netflix, Jumat, 5 April 2024 di Netflix. Jeon So Nee menjadi pemeran utama serial ini


Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

22 jam lalu

Godzilla x Kong: The New Empire. Foto: Warner Bros.
Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

Film Godzilla x Kong: The New Empire tayang pada 27 Maret 2024


5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

1 hari lalu

High School Musical. Dok. Disney+ Hotstar
5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

Daftar film Disney yang memiliki lagu ikonik tak terlupakan yang cocok untuk bernostalgia bersama keluarga dan sahabat.


8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

2 hari lalu

Sederet film Indonesia yang tayang di bioskop akan tayang di Netflix pada 2024. Dok. Netflix
8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

Tahun ini, Netflix menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk masuk ke dalam platform, berikut 8 di antaranya.


Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

4 hari lalu

Don Lee atau Ma Dong Seok dalam film The Roundup: Punishment. Dok. ABO Entertainment
Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

Cerita film The Roundup: Punishment berpusat detektif Ma Seok do (Ma Dong Seok) yang bergabung dengan Tim Investigasi Siber


Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

6 hari lalu

The Tearsmith. Foto : Imdb
Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

Netflix mengumumkan tanggal tayang The Tearsmith, pada 4 April 2024


4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

7 hari lalu

Film Road House yang tayang di Prime Video. (dok. Prime Video)
4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

Road House (2024) merupakan konsep ulang dari film klasik tahun 1989 yang berjudul sama


10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

8 hari lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

Ada beberapa film di bioskop terbaru yang cocok Anda tonton. Di antaranya ada Godzilla x Kong: The New Empire hingga Badarawuhi.


Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

8 hari lalu

Aktor Koutaro Kakimoto (kiri), Velove Vexia, dan sutradara Hestu Saputra dalam Meet and Greet Film Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film ini bercerita tentang kisah cinta dosen bernama Pingkan (Velove Vexia), dengan sang kekasih Sarwono (Adipati Dolken). Tempo/ Fakhri Hermansyah
Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.


Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

9 hari lalu

Reza Rahadian dan BCL dalam film My Stupid Boss.  foto: dok. Falcon Pictures
Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

Selain Dian Sastro dan Nicholas Saputra, Indonesia punya pasangan aktor Reza Rahadian dan BCL yang kerap dipasangkan dalam film.