Danang Probotanoyo,Alumnus Universitas Gadjah Mada
Kau bawa diri dalam khayal lensa kamar putih/.... Tubuh yang menuntut tak kompromi tak mau tahu/Kau jual diri sebagai pengganti jenuh dan frustrasi/Membiarkan racun datang mengabdi untuk meronta/Terlentang tak sadar di dalam lensa kamar putih/Mencari mimpi yang tiada berarti/Tenggelam kenyataan hidup ini dalam semu/Mencoba lupakan yang lalu...
(Lensa Kamar Putih, Fariz/1984)
Itulah baris-baris lirik lagu berjudul Lensa Kamar Putih, yang menjadi hit pada medio 1984. Pelantunnya adalah Fariz Rustam Munaf, yang akrab dipanggil Fariz, musikus multi-instrumentalis, komposer, peñata musik, sekaligus penyanyi. Remaja era 1980-an sangat mengidolakan Fariz. Dia banyak disebut sebagai salah satu pembaharu musik pop modern Indonesia. Bersama komunitas pemusik Pegangsaan, seperti Chrisye (alm), Jockey Suryoprayogo, dan Keenan Nasution, Fariz mengubah haluan musik Indonesia dari musik-musik "mainstream mellow" menjadi musik dinamis, modern, dan keren. Orang dulu bilang "musik gedongan". ?
Fariz mencuat lewat albumnya, Sakura, pada awal 1980. Julukan "anak ajaib" atau "anak jenius" sempat disematkan media kepada Fariz yang fenomenal itu. Belum ada dalam catatan, seorang musikus membuat album rekaman begitu total seperti halnya Fariz di album Sakura itu. Fariz pun menjadi kiblat poros musik tertentu di Indonesia. Muncullah terminologi "pop progresif" atau "pop kreatif", sebagai penunjuk jenis musik yang dimainkan Fariz.
Kemasyhuran Fariz membuat dia banyak diajak dalam berbagai kolaborasi musik. Tercatat Fariz menggawangi aneka band berbeda waktu itu, seperti Badai Band, SYMPHONY, WOW!, Jakarta Rhythm Section, GIF, Transs, Superdigi, dan entah berapa lagi. Selain main band dengan banyak grup, Fariz kebanjiran order mencipta lagu, berpasangan duet nyanyi, hingga mengaransemen musik bagi banyak penyanyi.
Seperti kata pepatah, sesuatu yang ada di dunia tiada yang abadi. Ada pasang, ada surut. Begitu pun yang terjadi pada Fariz. Perlahan namun pasti, kariernya meredup di pertengahan 1990-an. Fariz "menghilang" bak ditelan bumi. Tiba-tiba dia "muncul kembali" pada 2007 dan mengguncang publik karena kasus narkotik. Dengan kebijakan hakim, Fariz "diampuni" dan dirujuk untuk direhabilitasi dari ketergantungan narkotik.
Selepas itu, Fariz bak terlahir kembali. Ia justru semakin sering tampil di panggung-panggung maupun layar kaca daripada sebelum terciduk aparat. Berbagai raihan prestasi ia dulang lagi bak di era keemasannya dulu. Salah satu yang prestisius adalah, Fariz dinobatkan majalah RollingStone Indonesia sebagai salah satu dari "25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Sejarah" atau "The Immortals" tahun 2008. Nyaris sejak keluar dari sel pada awal 2008 hingga Desember 2014, Fariz main musik di mana-mana tanpa jeda.
Dan, roda berputar ulang. Pada 6 Januari 2015, selang sehari setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-56, Fariz kembali ditangkap polisi di rumahnya, lagi-lagi karena narkotik. Lirik lagu Lensa Kamar Putih milik Fariz di awal tulisan ini memberi gambaran bahwa narkotik nyata dalam meracuni, mengubur, dan menenggelamkan para pemakainya.