Penyebaran virus ebola semakin meluas. Rabu lalu, orang pertama di Amerika Serikat yang diketahui menderita ebola meninggal. Penyebaran di Eropa juga mulai terjadi. Meski belum ditemukan kasus serupa di Indonesia, kewaspadaan perlu ditingkatkan. Pemerintah tidak bisa mencegah kedatangan bala ini hanya dengan imbauan. Pencegahan lebih serius harus dilakukan karena kita tidak memiliki infrastruktur memadai untuk mengatasi wabah yang telanjur menyebar.
Ebola hemorrhagic fever merupakan penyakit infeksi tropis yang berat. Cara penularannya melalui kontak fisik langsung antarmanusia ataupun lewat cairan penderita. Yang terjangkit harus segera diisolasi. Angka kematian pun tinggi. Dari 100 pasien, 90 meninggal. Saat ini ebola menghantui negara-negara Afrika Barat, seperti Guinea, Sierra Leone, dan Liberia. Diperkirakan 3.000 orang tewas akibat virus tersebut, kebanyakan karena pelayanan kesehatan yang buruk.
Ketua Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga, Prof Dr dr Nasronudin, mengatakan ada kemungkinan penularan ebola ke Indonesia relatif besar. Mobilitas penduduk antara Indonesia dan Afrika tinggi. Warga Nigeria, misalnya, banyak berkunjung ke Indonesia.
Jalur lain yang mungkin menjadi jalan masuknya ebola adalah lewat haji, yang kini sedang berlangsung. Pemerintah Arab Saudi telah melarang jemaah dari keempat negara tersebut untuk berhaji tahun ini. Namun kemungkinan penularan lewat jemaah dari negara lain sangat besar, mengingat ada 3 juta orang berkumpul di satu tempat dalam waktu bersamaan. Ebola harus lebih diwaspadai dibanding Middle East respiratory syndrome (MERS) karena ditularkan antarmanusia, bukan lewat hewan seperti MERS.
Sayangnya, pemerintah Indonesia belum melakukan tindakan pencegahan serius. Sejauh ini pemerintah hanya melakukan sosialisasi. Itu pun amat terbatas. Sikap tenang memang diperlukan agar kepanikan tak merebak, tapi itu bukan berarti menyepelekan. Apa yang dikatakan Nasronudin ini sungguh tepat: "Pemerintah tidak boleh sekadar memberikan berita seolah-olah kemungkinan peredaran ebola itu kecil sehingga masyarakat tidak panik. Masyarakat wajib diedukasi dan dilindungi."
Langkah Malaysia bisa dicontoh. Selain memberi imbauan, mereka berjaga di setiap pintu gerbang. Pemeriksaan penumpang diberlakukan di semua titik masuk utama di Malaysia. Mereka telah menetapkan status waspada terhadap virus ini. Para penumpang dari negara yang terinfeksi ebola, yang menunjukkan nyeri otot dan demam, akan langsung dikarantina. Langkah seperti ini belum dilaksanakan di Indonesia.
Pencegahan ini penting karena kita tidak memiliki infrastruktur yang kuat untuk menghadapi virus tersebut jika sudah masuk dan menyebar. Meski kita memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, di tingkat pelaksanaan kita kedodoran. Misalnya perintah karantina sesuai dengan undang-undang saat wabah berbahaya merebak. Kita tak mampu melaksanakan hal itu secara penuh ketika flu burung terjadi.