Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Siklus Kekerasan di Papua

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Amiruddin al-Rahab, analis sosial-politik Papua

Di Paniai, menjelang Natal 2014, empat nyawa warga melayang karena ditembak. Belum lagi ditemukan pelaku penembakan itu, pada awal 2015 kembali terjadi penembakan di Deyai, dekat Paniai. Kali ini, seorang polisi korbannya.

Siklus kekerasan yang tak kunjung usai di Papua bermula dari aksi kelompok-kelompok bersenjata yang menyerang atau menghadang secara mendadak anggota TNI atau polisi. Merebut senjata adalah tujuan penyerangan-penyerangan ini. Menurut data Polda Papua, pada 2014 saja ada 20 pucuk senjata polisi yang berhasil direbut oleh kelompok-kelompok bersenjata di berbagai lokasi.

Ketika pengejaran dilakukan terhadap kelompok-kelompok itu, warga kerap mendapat perlakuan yang kurang enak, bahkan cenderung kasar. Muncullah aksi balasan yang dilancarkan secara acak dan vigilante oleh oknum kelompok bersenjata-polisi dan TNI sering menyebutnya unsur TPN/OPM-dengan menyergap anggota TNI atau polisi yang lengah.

Dari aksi-aksi kekerasan itu, ketika korbannya warga biasa, maka opini mengenai pelanggaran HAM segera pula berkembang. Pemerintah dan aktor keamanan langsung menjadi pihak tertuduh. Perhatian dunia pada Papua itu pada gilirannya membuat aktor-aktor keamanan di Papua dan pemerintah jengah serta marah. Sepanjang 2012-2014 terjadi lebih dari 40 kasus kekerasan bersenjata dengan hampir lebih dari 50 orang korban jiwa di Papua, baik aparat maupun warga.

Sepertinya perlu evaluasi mendalam tentang kinerja aktor-aktor keamanan di Papua. Ketika Presiden menetapkan pendekatan kesejahteraan terhadap Papua, diperlukan doktrin baru pertahanan dan keamanan dalam kerangka pendekatan kesejahteraan itu. Jika Kodam baru dibentuk, menurut saya doktrin baru belum ada. Kalau cara memandang, menganalisis, dan bertindak dalam menghadapi aktor-aktor politik dan kelompok bersenjata di Papua juga tidak ada yang baru, siklus kekerasan pun akan selalu terjadi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Evaluasi juga diperlukan di tataran operasi. Pangdam dan Kapolda menyampaikan bahwa kekuatan-kekuatan personel dan persenjataan serta pimpinan kelompok bersenjata di Papua telah dikenali. Namun, tahun berganti tahun, kelompok itu bukannya susut, melainkan justru menguat dengan persenjataan yang kian baik. Artinya, dalam tataran operasi, seperti terjadi keragu-raguan dalam bertindak di satu sisi, di lain sisi seakan tak berdaya. Ini akan menihilkan capaian-capaian positif pemerintah di Papua, dan menaikkan moril kelompok perlawanan bersenjata.

Evaluasi juga perlu di tataran komando dan pengendalian. Diperlukan keterpaduan komando dan pengendalian dalam menangani gangguan bersenjata di Papua. Mengingat Papua dalam kondisi tertib sipil, komando dan pengendali pengamanan Papua haruslah Polri. TNI dan unsur intelijen lainnya berperan membantu ketika dibutuhkan. Kejelasan komando dan pengendalian ini akan meminimalkan aktor yang main sendiri-sendiri. Jika ada anggota Polri atau TNI yang bersalah kepada warga, penegakan hukum juga dilakukan seterbuka mungkin. Untuk ini, Polri, TNI, dan BIN harus duduk bersama.

Berlanjutnya kekerasan bersenjata di Papua adalah residu dari permasalahan politik yang belum tuntas. Mengevaluasi kinerja aktor-aktor keamanan adalah satu langkah untuk meminimalkan kekerasan, langkah yang lain adalah dibutuhkan kejelasan kebijakan politik yang baru dari Presiden Jokowi dalam menghadapi dinamika politik Papua. Semoga.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

25 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.


Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

25 April 2016

Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo,SE,M.Si, memberikan bantuan modal usaha Rp. 30 juta kepada para pendagang korban peristiwa kebakaran 17 Juli 2015 di Karubaga, Papua. ISTIMEWA
Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.


Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

24 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.


Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

8 September 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.


Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan musala pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Lokasi musala itu berada di kompleks Koramil Karubaga. Musala tersebut berukuran 12 x 7 meter persegi. Derwes Jigwa
Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.


Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan rumah kios (ruki) pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Ada 85 ruki yang dibangun. Rinciannya, 65 ruki untuk pedagang korban pembakaran, 12 ruki untuk korban penembakan, dan 8 ruki untuk pemilik lahan tempat berdirinya kompleks ruki (status lahan itu adalah lahan ulayat). Derwes Jigwa
Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.


Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

10 Agustus 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.


Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

10 Agustus 2015

Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.


Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

10 Agustus 2015

Suasana kawasan pertokoan yang kembali dibuka di kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa hari pasca kerusuhan Lebaran, 23 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).


Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

10 Agustus 2015

Warga Papua menjual koran sambil membaca berita tentang situasi di Tolikara. Mereka menjajakan koran di Terminal Kedatangan, Bandara Sentani, Jayapura, 20 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.