Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Kali

Oleh

image-gnews
Iklan

Ini kali tak ada lagi yang mencari sosialisme. Di antara bursa, pasar tua, kilang, serta iklan televisi. Ada yang mengharukan, ada yang merisaukan, ketika sejumlah pemuda berbicara tentang masa depan sosialisme dan saya memandang ke semacam ruang kosong di mana singgah sebuah nostalgia: gema lagu Internasional, barisan buruh yang mengibarkan bendera dan menuntut hak, seperti dalam film Il Postino, orang-orang yang berkorban dalam Komune Paris. Kini semua itu tak kita dapatkan dalam berita sehari-hari. Heroisme punah. Solidaritas berkutat pada perkara yang lebih purba, misalnya ras, misalnya puak.

Ada yang ganjil rasanya. Dulu dilukiskan Marx bahwa sosialisme adalah masa depan yang tak terelakkan. Adakah masa depan kini sebuah masa lampau?

Saya tak tahu. Marx meninggal di depan mejanya. Ia pergi bukan dari belakang barikade pertempuran kaum proletar di jalan-jalan. Ia pergi di antara unggunan ide-ide. Seakan-akan kematian itu mencerminkan paradoks kehidupan pemikirannya. Revolusi telah berlangsung, pertempuran terjadi di sana-sini, untuk sebuah masyarakat sosialis. Adakalanya menang. Tapi hanya sampai suatu masa. Semenjak akhir tahun 1980-an, keras atau berangsung-angsur orang ramai berseru: dia mati, ide itu mati. Unggunan ide di atas meja itu memang mampu membimbing perjuangan, tapi pada suatu hari ia berhenti. Apa yang terjadi? Apa setelah itu, kini, di tahun 2000? Benarkah pikiran si jenggot itu tak berbicara lagi?

Marx menulis Das Kapital, proyek utama dalam hidupnya. Tapi buku itu praktis tak selesai. Atau nyaris selesai. Sebagaimana diperikan oleh Marshal Berman dalam Adventures in Marxism, jika kita baca jilid pertama, bab 33 menjanjikan sebuah penutup. Di bagian ini digambarkan kembali skenario tentang bagaimana modal mengembangkan kontradiksi dalam dirinya sendiri, sampai akhirnya kelas borjuis runtuh oleh sebuah revolusi kaum buruh. Para pembaca mungkin merasa bahwa akhir buku sudah dekat. Tapi ternyata tidak. Dalam bab 34, Marx berbicara tentang bagaimana kapitalisme mencangkokkan dirinya ke tanah perawan, dan marak di koloni-koloni nun jauh dari metropolis kaum borjuis. Kapital belum mati. Ia masih sibuk menghimpun lebih banyak kapital lagi.

Bagaimana Das Kapital akan bisa berakhir kalau kesaktian modal belum berakhir? Itu pertanyaan Berman, yang menganggap bahwa Marx membuat pikiran dan karyanya "open-ended", selesai dengan ujung yang terbuka. Dengan kata lain, pikiran itu "bersitahan dan panjang umur, seperti sistem kapitalisme itu sendiri". Itu sebabnya, kata Berman, "Kita masih berada hanya dalam awal penjelajahan ke kedalaman pemikiran Marx: kenapa di hari ini ia dengan suara yang lebih segar dari sebelumnya…."

Saya kira tak sedikit orang yang akan mengangkat bahu membaca kalimat itu. Bagaimana Marx masih segar, sementara ini kali tak ada lagi yang mencari sosialisme—kecuali mereka yang marah dan jemu, tanpa tahu persis kenapa marah dan jemu? Tetapi Berman punya daya tilik yang tersendiri, yang menyebabkan keyakinannya kepada pemikiran Marx tak bisa dengan mudah ditertawakan.

Di dasarnya adalah humanisme—kepercayaan pada manusia. Bagi Marx, kehidupan modern memang telah memerkosa dan mencincang diri manusia, tapi kehidupan yang kejam itu juga, secara dialektik, melahirkan "manusia yang kaya dalam dirinya", der reiche Mensch. Manusia yang seperti itu adalah yang punya "realisasi diri sebagai kebutuhan dan kemestian batinnya". Apa yang mencolok dalam esai-esai Marx dari tahun 1844, kata Berman, adalah "perasaannya terhadap individu". Dalam esai-esai itu Marx bicara tentang Bildung yang berhadapan dengan kerja yang mengasingkan jiwa.

Kata Bildung diterjemahkan oleh Berman sebagai "subyektivitas", "pengembangan diri", dan "menjadi sebagaimana dirimu sendiri". Dengan ringkas, sesuatu yang punya kemerdekaan buat tumbuh dan menjadi. Kapitalisme meringkus itu dan membuat manusia "merasa dirinya hanya hadir di luar kerjanya, dan kerjanya…berada di luar dirinya". Proses alienasi itulah yang menyebabkan "kerja dan si buruh kehilangan martabat".

Tapi kapitalisme tak mati-mati…. Adakah itu berarti ikhtiar pembebasan juga harus tak mati-mati? Berman tampaknya bersikap seperti itu: Kita akan punya banyak sekali hal yang harus dikerjakan di masa depan yang panjang, ia bilang. Ia tak bicara dengan strategi apa. Ia hanya bicara tentang "humanisme Marxis", sesuatu yang tampak justru dalam "Revolusi Beledu" di Kota Praha ketika orang-orang menjatuhkan sebuah kekuasaan atas nama Marx sendiri: Marxisme-Leninisme.

Saya ingat ada sebuah kafe yang nyaman dengan tembok kusam di sebuah sudut Lapangan Kota Tua Praha. Di sana berderet gambar palu arit, Marx, Lenin, Stalin, Mao.… Masa lalu revolusi kini sebuah dekorasi, yang atraktif, seperti ragam hias art nouveau dari awal abad ke-20 di marmer gedung pertunjukan kotapraja. Haruskah kita masygul? Mungkin tidak. Nostalgia tak pernah berasal dari kebencian. Ia menggerakkan kembali sesuatu yang hangat, sayu, berarti—seperti cinta yang lama. Meskipun ini kali tak, atau belum, ada lagi yang mencari jenis cinta yang lain lagi, yang bernama sosialisme.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perjalanan NIkson Nababan Politik Menuju Gubernur Sumatera Utara

3 menit lalu

Perjalanan NIkson Nababan Politik Menuju Gubernur Sumatera Utara

April yang lalu, suasana kediaman Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr. H. Ahmad Sabban El-Ramaniy Rajagukguk, M.A di Simalungun menjadi saksi pertemuan penting antara Nikson Nababan, Ketua DPC PDI Perjuangan Tapanuli Utara, dengan tokoh agama yang berpengaruh.


MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

9 menit lalu

Sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 dihadiri 8 hakim, gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin, 22 April 2024.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

Terdapat 16 partai politik yang mendaftarkan diri dalam sengketa Pileg 2024.


FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

17 menit lalu

Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026 Budi Irawanto. Foto: Instagram.
FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

FFI masih harus mendiskusikan hal tersebut sebagai kategori baru sehingga belum bisa ditambahkan pada FFI 2024.


Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

27 menit lalu

Kendaraan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir terlibat dalam kecelakaan di Ramle pada 26 April 2024. (Screencapture/X)
Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

Mobil Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terbalik dalam kecelakaan mobil karena menerobos lampu merah


Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

38 menit lalu

Timnas Uzbekistan saat melawan Timnas Arab Saudi, di perempat final Piala Asia U-23 2024. Foto/Video/rcti
Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

Uzbekistan akan menjadi lawan Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 pada Senin, 29 April 2024.


Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

41 menit lalu

Youtuber, Jang Hansol. Foto: Instagram.
Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

Jang Hansol menyebut kekalahan Korea Selatan dari Timnas U-23 bisa menjadi pembelajaran berharga bagi sepak bola di negaranya.


'Serius' Bebaskan Sandera Israel, Hamas: Bebaskan Juga Tahanan Palestina

50 menit lalu

Tslil Ben Baruch, 36, memegang plakat ketika para demonstran menghadiri protes 24 jam, menyerukan pembebasan sandera Israel di Gaza dan menandai 100 hari sejak serangan 7 Oktober oleh kelompok Islam Palestina Hamas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.  di Tel Aviv, Israel, 14 Januari 2024. REUTERS/Alexandre Meneghini
'Serius' Bebaskan Sandera Israel, Hamas: Bebaskan Juga Tahanan Palestina

Hamas menekankan empat syaratnya bahkan ketika 18 negara mencoba meningkatkan tekanan pada kelompok tersebut untuk mencapai kesepakatan.


Usai Temukan 3 Korban Tewas Tanah Longsor, Basarnas Imbau Sebagian Warga Garut Mengungsi

54 menit lalu

Proses evakuasi korban tewas tertimbun tanah longsor di Kampung Sirnagalih, Desa Talagajaya, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Jumat 26 April 2024. (ANTARA/HO-Basarnas Garut)
Usai Temukan 3 Korban Tewas Tanah Longsor, Basarnas Imbau Sebagian Warga Garut Mengungsi

Warga yang tinggal di perbukitan dan lereng diminta mengungsi untuk meminimalisir korban bencana tanah longsor sepanjang musim pancaroba saat ini.


Persoalan yang Bisa Muncul Akibat Menikah karena Dijodohkan

1 jam lalu

Ilustrasi suami istri konsultasi ke dokter. redrockfertility.com
Persoalan yang Bisa Muncul Akibat Menikah karena Dijodohkan

Perjodohan memang tak selalu berjalan mulus apalagi bila tanpa cinta. Berikut beberapa persoalan yang bisa muncul bila menikah karena dijodohkan.


Setelah Berkoalisi di Pilpres, PKS Siap Bekerja Sama dengan PKB di Pilkada 2024

1 jam lalu

Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi memberikan keterangan pers usai menggelar rapat Partai Koalisi Perubahan di NasDem Tower, Jakarta, Senin, 18 September 2023.  TEMPO/M Taufan Rengganis
Setelah Berkoalisi di Pilpres, PKS Siap Bekerja Sama dengan PKB di Pilkada 2024

PKS dan Golkar semakin intens membangun koalisi di Pilkada 2024 Kota Depok.