Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

100 Hari

image-profil

image-gnews
Iklan

Aris Setiawan, Esais

Apa program utama dalam 100 hari kerja? Begitulah pertanyaan yang banyak diajukan kepada presiden ataupun pejabat lain dalam pemerintahan yang baru dilantik. Seratus hari menjadi tolok ukur untuk melihat pencapaian kerja perdana yang dilakukan.

Angka "100" menjadi hal yang paling ditunggu. Tidak ada referensi yang menyebutkan kenapa angka itu tampak begitu prestisius dalam dunia politik kita. Namun, pada hari ke-100, kita banyak menemukan berbagai komentar dari para pengamat, politikus, dan masyarakat. Media online, elektronik, maupun cetak mengulas segala capaian, baik keberhasilan maupun kegagalan pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Di Jawa, hari keseratus menjadi angka yang keramat. Apabila ada orang yang meninggal, akan dilakukan selamatan atau pengajian berdasarkan ukuran hari, semisal 7, 40, dan 100 hari. Pada hari keseratus, pengajian dilakukan sambil memberi makan berupa nasi. Sedangkan untuk hari-hari sebelumnya hanya minuman dan makanan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa hari keseratus memiliki makna dan arti tersendiri.

Begitu pun di banyak kebudayaan lain (lihat Toraja, Bali, dan Dayak), angka "100" memiliki makna yang dalam. Kita pun banyak melihat program-program yang didasarkan pada hitungan 100 hari. Semisal, 100 hari keliling dunia, 100 hari berpuasa, 100 hari mencari cinta, 100 hari mengejar mimpi, kaya-sukses dalam 100 hari, dan lain sebagainya. Angka seratus menjadi begitu familiar. Kehidupan manusia masa kini dipenuhi rentetan hitung-hitungan hari. Angka-angka pada kalender sesak oleh lingkaran dan coretan.

Kita kemudian diajak untuk menoleh ke belakang saat angka di hari itu genap 100. Menjadi ruang evaluasi sekaligus kontemplasi atas segala hal yang telah dikerjakan. Dengan demikian, prediksi dan ramalan ke depan dapat dimulai kembali dengan hitungan hari yang lebih banyak dari sekadar seratus, begitu seterusnya. Angka "100" menjadi titik kulminasi untuk meluapkan segala hal, baik protes maupun pujian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita telah disuguhi menu-menu wacana, kritik, penyesalan, ramalan, pujian, dan hujatan dalam 100 hari pemerintahan Jokowi-JK. Hal yang dapat kita tebak, 100 hari pemerintahannya tidak berjalan semulus seperti yang dibayangkan. Banyak kasus dan persoalan yang belum terselesaikan dengan baik, seperti kisruh antara KPK dan Polri. Bagi pihak lawan, momen 100 hari adalah waktu terbaik untuk melancarkan segala serangan. Sedangkan bagi pihak yang bersangkutan (pemerintah), mereka bersiap merancang jawaban dan membangun apologi semenarik mungkin.

Hitung-hitungan hari kemudian tampak begitu politis. Berisi ajang pamer dan umpatan. Menjadi momen yang ditunggu sekaligus dihindari. Bagaimanapun juga, ukuran 100 hari kerja, di satu sisi, tetap menjadi penting sebagai batasan waktu agar kerja tetap memiliki target, capaian, dan tujuan yang jelas. Kerja harus dibatasi oleh deadline. Namun, di sisi lain, patokan hari menjadi ajang yang sesak oleh kepentingan politis, momentum untuk saling menghujat tanpa solusi. Seratus hari pemerintahan Jokowi, 100 hari pula kita telah disuguhi berbagai menu kebijakan yang tentunya membawa pro-kontra.

Hari Tidak Akan Pernah Berubah, Yang Berubah Hanya Manusia Beserta Perilakunya. Seratus Hari Kemudian Hanya Menjadi Kenangan Berwujud Bulatan Dan Coretan Dalam Angka Di Kalender Kita.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Anak Bung Karno: Pemerintahan Jokowi-JK Jauh dari Trisakti

25 Juli 2016

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Pendiri Yayasan Bung Karno Rachmawati Soekarnoputri usai memberikan orasi ilmiah di Jakarta, 25 Juli 2016. ANTARA FOTO
Anak Bung Karno: Pemerintahan Jokowi-JK Jauh dari Trisakti

Selain ketergantungan pada utang luar negeri, Rachmawati juga mengkritik impor barang-barang dari luar negeri.


Kalla Terbahak-bahak Dituding Biang Gaduh: Kasihan Masinton

22 Desember 2015

Wakil Presiden Jusuf Kalla, memberikan keterangan kepada awak media seusai melakukan pertemuan tertutup dengan sejumlah petinggi grup Bank Dunia, di kantor Wakil Presiden, Jakarta, 12 November 2015. TEMPO/Imam Sukamto
Kalla Terbahak-bahak Dituding Biang Gaduh: Kasihan Masinton

Jusuf Kalla tertawa terbahak-bahak saat dituduh oleh Masinton Pasaribu sebagai biang kegaduhan di pemerintahan.


Istana Wapres: Masinton PDIP Justru Sumber Kegaduhan  

21 Desember 2015

Ketua Umum PMI Jusuf Kalla memberikan tanda kehormatan kepada Presiden Joko Widodo saat acara penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial kepada 893 Donor Darah Sukarela (DDS) 100 kali di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 18 Desember 2015. TEMPO/Subekti.
Istana Wapres: Masinton PDIP Justru Sumber Kegaduhan  

Tuduhan yang dilemparkan politikus PDIP, Masinton P, terhadap

Wakil Presiden M Jusuf Kalla justru membuat kegaduhan baru.


Kisah Menteri Susi, Datang ke Jokowi dengan Kepala Kosong

30 Oktober 2015

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti berjalan meninggalkan Istana Merdeka usai melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo di Jakarta, 16 September 2015. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Kisah Menteri Susi, Datang ke Jokowi dengan Kepala Kosong

Susi Pudjiastuti mengaku datang dengan kepala kosong saat bergabung dalam kabinet Jokowi


Setahun Jokowi, Pelayaran Rakyat Tagih Janji Tol Laut  

27 Oktober 2015

Presiden Joko Widodo didampingi Dirut Pelindo II R.J. Lino (kanan) meninjau perkembangan pembangunan tol laut di ruang Planning and Control Tower, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 17 Juni 2015. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Setahun Jokowi, Pelayaran Rakyat Tagih Janji Tol Laut  

Jokowi dinilai prioritaskan pelayaran niaga modern dan pelabuhan besar, bukan ke kapal kayu tradisional.


Langkah Berat Etape Satu Jokowi-JK

26 Oktober 2015

Presiden Jokowi (kiri) berjalan meninggalkan ruangan bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla seusai menutup Asian African Summit 2015 di JCC, Jakarta, 23 April 2015. ANTARA/AACC2015/Panca Syurkani
Langkah Berat Etape Satu Jokowi-JK

Tahun pertama Kabinet Kerja banyak terbebani ketidakpastian perekonomian global.


Wawancara Jokowi: Terungkap, Ini Pukulan Terberat Presiden  

26 Oktober 2015

Presiden Joko Widodo . REUTERS/Beawiharta
Wawancara Jokowi: Terungkap, Ini Pukulan Terberat Presiden  

Kenapa Presiden Jokowi sepertinya membiarkan "perbedaan" antarmenteri secara terbuka?


Survei CSIS: Rakyat Ingin Kabinet Jokowi Dirombak

25 Oktober 2015

Presiden Joko Widodo melantik enam menteri baru di Istana Negara, Jakarta, 12 Agustus 2015. Menteri yang diberhentikan adalah Menteri Koordinator Perekonomian Sofjan Djalil, Menteri Koordinator Maritim Indroyono Susilo, Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Tempo/Aditia Noviansyah
Survei CSIS: Rakyat Ingin Kabinet Jokowi Dirombak

Di survei CSIS, publik memilih kursi menteri Jokowi diberikan kepada kalangan profesional.


Survei: Rizal Ramli Paling Memuaskan Publik, Ini Rapor Puan

25 Oktober 2015

(kiri-kanan) Menko Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dan Menko Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Gedung Nusantara II, Jakarta, 13 Oktober 2015. Rapat ini membahas Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dalam RAPBN TA 2016. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Survei: Rizal Ramli Paling Memuaskan Publik, Ini Rapor Puan

Yang menarik dalam survei setahun Jokowi-JK itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mendapat poin tertinggi dari masyarakat ketimbang Menteri Koordinator lainnya.


Setahun Jokowi: Kepuasan Atas Kerja Jokowi Hanya 50,6 Persen

25 Oktober 2015

Mahasiswa Universitas Islam Syekh Yusuf dan Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI) berunjuk rasa memperingati setahun pemerintahan Jokowi-JK di Tangerang, Banten, 21 Oktober 2015. Mahasiswa menilai pemerintahan Jokowi-JK gagal dalam setahun Pemerintahannya. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Setahun Jokowi: Kepuasan Atas Kerja Jokowi Hanya 50,6 Persen

Kepuasan tertinggi publik terhadap kinerja pemerintah ada di bidang maritim.