Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ciliwung

Oleh

image-gnews
Iklan

Di tebing Ciliwung yang busuk dan rusak, terkadang ada burung, terkadang kupu-kupu. Warna-warna yang tak diacuhkan.

Inikah sebenarnya yang membuat kita percaya, atau tak percaya, bahwa dunia menakutkan & menyedihkan, atau sebaliknya mempesona & beres, sebab ada desain yang pandai di balik semua ini?

Ciliwung seperti terkutuk: sampah plastik, sisa busa deterjen, kejorokan manusia, gulma yang menyumbat—tanda ketakpedulian atau putus asa, atau simptom pertama sebuah kota yang tak becus, bukti ketidakmampuan, atau gejala terakhir sebuah masyarakat yang hanya bisa mencemooh diri sendiri.

Tapi burung itu, rama-rama itu hinggap. Makhluk-makhluk kecil yang tak dipedulikan lagi tapi sebenarnya menyimpan sejumlah tanda: lihat, ajaib. Para pengamat burung dan kolektor kupu-kupu akan dapat menyebutkan, betapa ramai ragam warna bulu dan corak hiasan sayap hewan-hewan itu, hingga kita acap kali termenung: apa gerangan daya agung yang mendesain keanekaragaman yang renik dan cantik itu?

Orang-orang alim akan menyebut semua itu tanda kepiawaian Tuhan yang tak tepermanai, dan mengutip Ihya Ulum al-Din al-Ghazali: "… kita tak akan mampu, meskipun kalau kita ingin, untuk menyebutkan semua keajaiban dalam seekor tungau, seekor semut, seekor lebah, atau seekor laba-laba."

Yang "paling melata menjelaskan yang paling luhur," kata al-Ghazali, dan dengan rasa syukur yang besar orang pun akan berkata: Tuhan begitu baik, bahkan unggas dan serangga bisa menunjukkan alam semesta ini beres. Allah menciptakannya demikian. Dalam kalimat al-Ghazali yang optimistis pula, "Tak ada, dalam deretan apa yang mungkin, sesuatu yang lebih bagus dan menakjubkan seperti yang ada ini."

Tapi di Ciliwung yang busuk, sesuatu mencegat: kita hidup dengan sesuatu yang jahat. Katakanlah itu korupsi, yang menggerogoti kepentingan dan milik publik, hingga sungai, taman, hutan, udara, jalan, sekolah, museum, rumah sakit, dan entah apa lagi, hancur pelan-pelan. Korupsi adalah durjana, korupsi adalah mala. Bagaimana mungkin durjana dan mala itu memungkinkan kita berkata, puji Tuhan? Bagaimana mungkin ada desain yang pandai di balik dunia yang "bagus dan menakjubkan" ini?

Tapi hampir tiap zaman ada orang yang berbicara tentang desain itu dan memilih sikap tawakal. Mereka percaya keburukan punya peran justru untuk menangkal keburukan. Pada tahun 280-206 Sebelum Masehi, hidup seorang pemikir Yunani bernama Chrysippus, seorang penganut paham Stoisisme, yang berkata, "Hewan yang buas ada untuk menguji kekuatan manusia; taring berbisa sang ular ada untuk jadi obat; tikus-tikus mengajari kita gerak yang trengginas, dan kepinding membuat kita tak tertidur terlampau lama."

Pada abad ke-11 di dunia Islam ada al-Ghazali, dan pada abad ke-18 di dunia Kristen ada Leibnitz, yang mengabarkan optimisme: di dunia yang tampak tak sempurna ini tersembunyi berkah, atau alasan yang cukup kenapa cacat dan mala hadir dalam hidup kita.

Tentu saja datang para peragu. Pada abad ke-18 Eropa pula, Voltaire menulis novel Candide untuk habis-habisan mencemooh optimisme itu, mengolok-olok keyakinan adanya "alasan yang cukup" itu: Pada suatu hari, tokohnya, Pangloss, sang optimis, terkena raja singa. Tubuhnya penuh kudis, matanya menceruk karena kurus-kering, mulutnya mencong, giginya hitam seperti gambir keroak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenapa semua itu terjadi, tanya Candide. Perbuatan Setankah ini? Sang Optimis menjawab: Ah, bukan! Sifilis itu sesuatu yang tak dapat dielakkan. Ia dibawa ke Eropa oleh para awak kapal Columbus dari perlawatannya ke Amerika. Seandainya mereka tak ke sana dan kembali, Eropa tak akan mengenal rasanya cokelat.

Pangloss dan banyak orang lain dapat menjungkir-balikkan jalan pikirannya sendiri untuk bisa tetap berpikir positif. Tapi mungkin juga optimisme sebenarnya datang dari bingung, seperti ketika kita melihat Ciliwung dan alam yang hancur oleh ketamakan manusia. Maka ada kebutuhan untuk secara mental mengatasi kebingungan melihat mala meruyak dan kerusakan seakan-akan tak bisa diatasi. Optimisme mungkin hanya cara untuk menemukan metode di dalam kegilaan yang sedang berkecamuk. Kita tak hendak ikut gila.

Jika orang bicara tentang "berkah", juga di balik Ciliwung yang hancur, perlukah begitu panjang dan luas penderitaan itu? Kenapa Tuhan tak menciptakan dunia di mana yang buruk tak diperlukan sama sekali? Berarti, Tuhan memilih untuk terikat kepada satu desain, dan bila al-Ghazali menyebut bahwa mustahil ada sesuatu "yang lebih bagus dan menakjubkan seperti yang ada ini", tidakkah itu berarti tak ada kuasa Tuhan mengatasi yang mustahil?

Bertahun-tahun lamanya pendirian al-Ghazali ini memang digugat oleh para ulama, seperti direkam dengan bagus oleh Eric L. Ormsby dalam Theodicy in Islamic Thought: The Dispute over al-Ghazali's 'Best of All Possible Worlds'. Sebab tak gampang memang menjawab, seraya merenungkan Ciliwung dan burung-burung, apa sebabnya ada hal-hal yang menyengsarakan di samping hal-hal yang patut disyukuri.

Problemnya akan mudah bila kita penganut Zoroasterian, yang percaya bahwa roh suci, Spenta Mainyu, adalah saudara kembar roh jahat, Angra Mainyu. Tapi kaum monotheis tak hendak mempercayai dwitunggal itu—dan harus menjawab kenapa Tuhan yang mahabaik dan sekaligus mahakuasa membuat dunia yang cacat.

Ah, kita tak dapat menuntut Tuhan, kata sebagian orang, untuk mengikuti ukuran "baik", "buruk", "adil", dan "zalim" yang dipakai manusia. Dalam Alkitab, Tuhan membuat Ayub sengsara habis-habisan tanpa sebab, tanpa salah. Membayangkan Tuhan mengikuti ukuran keadilan dan rasio manusia berarti mengurangi kuasa-Nya.

Tapi jika demikian, mungkin benar: manusia penentu ukurannya sendiri—dan harus bergulat dalam syukur atau cemas, di tengah kebobrokan seperti di Ciliwung dan indahnya bulu sayap burung-burung.

Meskipun ia sering tak berani.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

1 menit lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

Presiden Jokowi menerima laporan hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Vietnam beberapa hari lalu.


Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.


Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

5 menit lalu

Tersangka Galih Loss (tengah) dihadirkan saat keterangan pers pegungkapan kasus penistaan agama atau ujaran kebencian oleh konten kreator Galih Nova Aji di Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 26 April 2024. Tersangka Galih Nova Aji atau pemilik akun sosial media Galih Loss ditahan karena kasus pendistribusian konten vidio yang menyinggung SARA dan menimbulkan rasa kebencian dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

Niat itu kini berujung penahanan Galih Loss di Rumah Tahanan (Rutan) Polda Metro Jaya.


Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

9 menit lalu

Eks Pegawai KPK yang tergabung dalam IM57+ Institute yang diwakili oleh Novel Baswedan, M Praswad Nugraha, dan Yudi Purnomo Harahap melaporkan ke Dewas KPK soal dugaan pelanggaran kode etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas pelaporannya terhadap Anggota Dewas KPK Albertina Ho, Jumat, 26 April 2024. Tempo/Bagus Pribadi
Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

Novel Baswedan dkk melaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas dugaan pelanggaran kode etik karena telah melaporkan Anggota Dewas KPK Albertina Ho.


Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

13 menit lalu

Tangkapan layar dari video pendek pengguna TikTok @radhikaalthaf ketika curhat soal bea masuk Rp 31,8 juta yang harus dibayar atas sepatu sepak bola yang dibelinya dari luar negeri (Sumber: TikTok)
Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.


Cerita Warga Depok Sering Lihat Pria Tak Dikenal Kunjungi Rumah Polisi Pesta Narkoba

15 menit lalu

Ilustrasi Narkoba atau methylamphetamine. Getty Images
Cerita Warga Depok Sering Lihat Pria Tak Dikenal Kunjungi Rumah Polisi Pesta Narkoba

Cerita penangkapan lima anggota polisi pesta narkoba mulai terendus warga Kampung Palsigunung, Depok, Jawa Barat.


Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

19 menit lalu

Wapres Terpilih Gibran Rakabuming Raka masih hadir di kantor Wali Kota Solo di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, 24 April 2024, usai penetapan oleh KPU kemarin. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

"Kami berteman dengan semua, semua partai kami anggap rumah ya," ujar Gibran.


Rekam Jejak NasDem di Pilpres 2024, Nyatakan Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

21 menit lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memberikan keterangan pers di Kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara No. 4, Jakarta Selatan, Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Defara
Rekam Jejak NasDem di Pilpres 2024, Nyatakan Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Partai NasDem menyatakan bakal menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Prabowo dan Gibran. Begini jejak politik NasDem dalam Pilpres 2024.


Jadi Tersangka Penistaan Agama, Galih Loss Minta Maaf ke Umat Muslim

25 menit lalu

Tersangka Galih Loss (tengah) dihadirkan saat keterangan pers pegungkapan kasus penistaan agama atau ujaran kebencian oleh konten kreator Galih Nova Aji di Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 26 April 2024. Tersangka Galih Nova Aji atau pemilik akun sosial media Galih Loss ditahan karena kasus pendistribusian konten vidio yang menyinggung SARA dan menimbulkan rasa kebencian dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jadi Tersangka Penistaan Agama, Galih Loss Minta Maaf ke Umat Muslim

Konten kreator TikTok Galih Loss meminta maaf atas konten video tebak-tebakannya dengan seorang anak kecil yang dianggap menistakan agama.


Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

28 menit lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.