Iwel Sastra, komedian, @iwel_mc
Suatu malam menjelang tidur, anak saya yang baru berusia 5 tahun meminta diceritakan dongeng cicak dan buaya. Saya terkejut oleh permintaan anak saya, yang katanya mendengar ihwal cicak dan buaya di televisi. Mungkin dia pikir ini adalah dongeng seperti kancil yang berhasil selamat dari gerombolan buaya yang ingin memangsanya.
Agak sulit bagi saya mengarang kisah cicak dan buaya untuk memenuhi permintaan anak. Bagaimana bisa buaya yang hidup di sungai berpapasan dengan cicak yang nempel di dinding? Agak aneh terdengar jika saya bercerita "suatu hari cicak mengantar anaknya ke sekolah, tiba-tiba disergap oleh segerombolan buaya".
Sekarang kisah cicak dan buaya yang sudah memasuki musim kedua ini belum bisa ditebak ujungnya. Semua bermula ketika KPK menetapkan Komisaris Jenderal (Polisi) Budi Gunawan sebagai tersangka atas dugaan transaksi mencurigakan. Penetapan ini membuat geger karena Budi Gunawan merupakan calon tunggal Kapolri yang diajukan Presiden Jokowi kepada DPR untuk menggantikan Jenderal (Polisi) Sutarman, yang diberhentikan dengan hormat. Entah apa pertimbangan Jokowi, yang ketika mengajukan nama Budi Gunawan, tidak meminta saran dari KPK dan PPATK terlebih dulu. Mungkin Jokowi sudah menerima saran yang mengatakan bahwa dia tak perlu meminta saran.
Beberapa hari setelah penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka, muncul foto mirip Ketua KPK Abraham Samad sedang bermesraan dengan perempuan. Seorang komedian mengatakan, "Kalaupun foto itu asli, wajar jika Ketua KPK dapat pelukan dan ciuman mesra karena berani menjadikan petinggi polisi sebagai tersangka." Bagi saya, foto tersebut masih kurang heboh. Menjadi heboh kalau di foto itu Ketua KPK bermesraan dengan pria lain, wk wk wk. Itu baru heboh, cyyyn.
Kejutan demi kejutan kemudian muncul. Komisioner KPK Bambang Widjojanto dijadikan tersangka dan ditangkap Bareskrim Polri saat mengantar anaknya ke sekolah. Entah karena sedang tren atau memang pas waktunya, setelah Bambang Widjojanto, satu per satu pimpinan KPK lain, seperti Adnan Pandu Praja, Zulkarnaen, dan Ketua KPK Abraham Samad, dilaporkan ke Bareskrim Polri. Diduga laporan ini bertujuan untuk membuat sibuk KPK sehingga banyak kasus penting tertunda penanganannya. Ibarat orang di atas perahu sedang memancing, perahunya digoyang-goyang segerombolan ikan. Jika analogi ini kurang pas, tolong dipas-pasin aja, he-he-he.
Kisah cicak dan buaya bukanlah dongeng, melainkan kisah nyata yang masih bergulir di tengah berita-berita lain yang terus muncul menguji kepemimpinan Presiden Jokowi, yang telanjur dipuja-puja dengan berjuta harapan di masa kampanye pemilihan presiden. Inilah saatnya Jokowi mewujudkan harapan tersebut.
Dalam konsep kepemimpinan disebutkan, "Pemimpin berprestasi ibarat pertandingan sepak bola. Boleh dipuja, tapi belum bisa dinilai. Prestasi baru terlihat setelah pertandingan selesai." Seperti seorang pemain sepak bola, bisa mencetak gol yang lebih banyak dibanding pemain lawan, tapi timnya belum tentu menang karena dia mencetak gol ke gawangnya sendiri, he-he-he. *