Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Polisi Ajaib, Labora Namanya

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lestantya R. Baskoro, wartawan Tempo  

Bos Jamu Jago, Jaya Suprana, perlu terbang ke Sorong untuk memberi penghargaan rekor Muri kepada Labora Sitorus. Polisi berpangkat ajun inspektur satu ini memiliki banyak predikat "ter-ter", syarat utama yang ditetapkan pianis tambun itu, untuk tercatat namanya dalam Museum Rekor-Dunia Indonesia miliknya.

Labora, misalnya, bisa mendapat penghargaan sebagai polisi "terbanyak" pengawalnya; polisi level bintara ke bawah "tergendut" rekeningnya (kalau untuk pangkat lebih tinggi kemungkinan ia "kalah") atau juga polisi "terlama" yang tetap menerima gaji kendati tidak pernah masuk kantor.

Pekan-pekan ini, jika aparat hukum masih tidak mampu mengeksekusi pria yang sudah divonis 15 tahun penjara oleh Mahkamah Agung itu, rekor lain bisa ditambahkan: polisi "tersulit" dieksekusi. Sejak awal Januari lalu, kepolisian dan kejaksaan terus berapat mencari jalan "menaklukkan" Labora. Hasilnya kita tahu, eksekusi itu tak pernah terjadi.

Kepada majalah Tempo, dalam wawancaranya di rumahnya, di kawasan Tampa Garam, Sorong, Labora menyatakan masih menerima gaji. Di kediamannya, yang siapa pun aparat hukum di sana pasti tahu, ia hidup "bebas merdeka". Labora leyeh-leyeh mengawasi 500-an karyawannya yang sekaligus merangkap pengawalnya bekerja di pabrik kayunya yang luas. Ia menyebut aparat kejaksaan dan kepolisian kerap datang ke rumahnya. Padahal selama ini petinggi dua lembaga itu menyatakan tengah mencari-cari Labora.

Hukum memang seperti di bawah ketiak Labora. Dan itu ditunjukkan Labora sejak awal. Sejak ia ditetapkan sebagai tersangka, saat diadili, hingga ditahan. Bagaimana mungkin ada tahanan yang mendapat izin berobat ternyata tidak balik ke penjara, pulang ke rumah, dan pemberi izin (kepala lembaga pemasyarakatan) membiarkannya berbulan-bulan? Bagaimana mungkin seorang tersangka yang sudah mendapat vonis berkekuatan hukum berani melakukan perlawanan terang-terangan dan aparat hukum, kejaksaan serta kepolisian, seperti tak berkutik?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika Labora berani melakukan itu, tentu karena ia memiliki banyak hal yang bisa ia pegang sebagai "kartu truf". Dan ketika kartu truf itu ternyata ia tahu tak mempan, maka yang terjadi adalah kemarahan. Satu-satunya cara untuk itu, pada akhirnya, mengerahkan mereka yang bergantung piring nasinya terhadap dirinya: para pekerjanya.

Sejak awal kita melihat Labora dibiarkan "bermain" dan para atasannya membiarkan sepanjang dia "bermanfaat" dan bisa dimanfaatkan. Sebagai polisi, Labora bisa berpekan-pekan tidak masuk dan lebih banyak mengurus kayu dan bisnis minyaknya ketimbang duduk di kursinya di Kepolisian Resor Raja Ampat. Ia tidak mendapat sanksi karena ia menjelma menjadi "ATM". Saat semua kejahatannya terbongkar dan ia melihat semua yang dibantunya lepas tangan lalu lolos dari hukum-sementara ia sudah membeberkan siapa saja penerima upetinya-sejak itulah ia melawan. Itulah yang dilakukan Labora sekarang.

Bagaimanapun, Labora harus masuk penjara. Jika pekan-pekan ini Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat tak bisa juga menangkap Labora, keduanya lebih baik meletakkan jabatan. Kejaksaan Agung dan Polri bisa membuat sayembara: menantang siapa jaksa dan polisi yang berani mengambil Labora dari rumahnya dan menentengnya ke Jakarta. Ya, Labora, polisi "ajaib" ini tak boleh dibiarkan dalam tahanan mana pun di Sorong.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profil Robert Priantono Bonosusatya yang Disebut Meminjamkan Jet Pribadi ke Brigjen Hendra Kurniawan

22 September 2022

Robert Priantono Bonosusatya. jasuindo-tiga-perkasa-annual-report-2012
Profil Robert Priantono Bonosusatya yang Disebut Meminjamkan Jet Pribadi ke Brigjen Hendra Kurniawan

Robert Priantono Bonosusatya bukan nama baru di kalangan petinggi Polri. Namanya disebut dalam kasus rekening gendut Budi Gunawan dan proyek Korlantas


11 Tahun Lalu, Bom Molotov di Kantor Tempo Setelah Terbit Cover Rekening Gendut

6 Juli 2021

Seorang Polisi meneliti sisa bom Molotov yang meledak di Kantor Majalah Tempo, Jl Proklamasi, di Jakarta, 6 Juli 2010. Pasca reformasi, TEMPO beberapa kali mendapatkan ancaman dan serangan terkait berita yang pernah diterbitkan. TEMPO/Dwidjo U. Maksum
11 Tahun Lalu, Bom Molotov di Kantor Tempo Setelah Terbit Cover Rekening Gendut

Kantor Majalah Tempo dilempar bom molotov tak lama setelah terbit laporan utama soal rekening gendut perwira Polisi. Terjadi aksi borong majalah.


Ikuti Perintah Kapolri, Semua Polisi Mulai Laporkan Kekayaan  

22 Juli 2016

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (tengah) menjawab pertanyaan media terkait penembakan teroris kelompok Santoso di Jakarta, 19 Juli 2016. ANTARA/Yudhi Mahatma
Ikuti Perintah Kapolri, Semua Polisi Mulai Laporkan Kekayaan  

Laporan harta kekayaan polisi akan menjadi basis data internal Mabes Polri.


Kasus Labora Sitorus Jokowi Minta Menko Luhut Tegas

8 Maret 2016

Labora Sitorus menjalani pemeriksaan kesehatan. Foto: Istimewa
Kasus Labora Sitorus Jokowi Minta Menko Luhut Tegas

Sejak mendengar informasi kaburnya Labora, Presiden Jokowi sudah memerintahkan pada seluruh menteri terkait untuk mengejar Labora ke seluruh Indonesia


Barikade & Pasukan Lempar Batu Hadang Aparat di Rumah Labora Sitorus

4 Maret 2016

Puluhan aparat gabungan yang ingin menangkap Labora Sitorus di kediamannya di Kecamatan Tambak Garam, Sorong, Papua, 4 Maret 2016. Istimewa
Barikade & Pasukan Lempar Batu Hadang Aparat di Rumah Labora Sitorus

Rumah besar yang ditinggali Labora pun sudah dipasangi barikade, satu truk kontainer dengan gelondongan kayu-kayu.


Labora Berhasil Kabur, Dijaga 50 Orang dan Satu Kontainer  

4 Maret 2016

Puluhan aparat gabungan yang ingin menangkap Labora Sitorus di kediamannya di Kecamatan Tambak Garam, Sorong, Papua, 4 Maret 2016. Istimewa
Labora Berhasil Kabur, Dijaga 50 Orang dan Satu Kontainer  

Rumah Labora Sitorus dikawal 50 penjaga dan sebuah truk kontainer, sehingga menyulitkan petugas yang akan mengeksekusinya.


Labora, Polisi Pemilik Rekening 1 Triliun Dibawa ke Cipinang  

24 November 2015

Labora Sitorus. (eia-international.org)
Labora, Polisi Pemilik Rekening 1 Triliun Dibawa ke Cipinang  

Labora Sitorus, polisi pemilik rekening Rp 1 triliun, akan dipindah ke Cipinang. Selama ini, ia sakit.


Kata Kapolda Ini, Polisi Boleh Berbisnis, Syaratnya...  

28 Oktober 2015

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian, memberikan keterangan saat rilis  pembunuhan WN Jepang di Polda Metro Jaya, Jakarta, 11 September 2015. Tersangka mengambil uang tunai sekitar Rp 7 juta dan mata uang asing senilai Rp 19 juta. TEMPO/M Iqbal Ichsan
Kata Kapolda Ini, Polisi Boleh Berbisnis, Syaratnya...  

Batasannya, Polri dilarang menjalankan bisnis yang merugikan negara.


KAA Jadi Alasan Pelantikan Budi Gunawan

23 April 2015

Kapolri jenderal Badrodin Haiti memeriksa monitor pemantau keamanan saat diselenggerakanya peringatan 60 tahun konferensi Asia Afrika (KAA) di JCC, Jakarta, 20 April 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
KAA Jadi Alasan Pelantikan Budi Gunawan

Padatnya kesibukan membuat Kapolri Jenderal Badrodin Haiti butuh wakil secepatnya


Peneliti Korupsi: Status Budi Gunawan Masih Tersangka  

23 April 2015

Ilustrasi Pelantikan Budi Gunawan. (Ilustrasi: Indra Fauzi)
Peneliti Korupsi: Status Budi Gunawan Masih Tersangka  

Meski polisi menyimpulkan tak ada bukti cukup dugaan korupsi
Budi Gunawan, belum ada SP3 untuk membatalkan status tersangkanya.