Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kayon

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Purnawan Andra, staf Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Kemdikbud; tulisan pribadi

Kita mengenal "kayon", lambang gunung atau hutan dalam pewayangan itu. Ada yang melukiskan bahwa di dalamnya tergambar pohon-pohon rindang dengan cabang yang merangkul dan pucuk yang tinggi menyembul dalam ukiran yang renik. Ada sebuah gapura dengan tempat kunci berbentuk teratai: sesuatu yang teduh. Di kerimbunan yang agung itu hidup sebuah wilayah kehidupan yang lain, yang berlangsung anteng dan syahdu.

Gambaran semacam itu membuat kita membayangkan Indonesia. Zamrud khatulistiwa ini begitu indah, subur, dan kaya. Ia adalah tanah surga di mana "Tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman. Ikan dan udang pun akan menghampiri".

Namun di dalam kayon juga ada sepasang raksasa bersenjata yang tegak simetris. Ada harimau, banteng, kera, burung merak, dan burung-burung lain. Juga wajah seram banaspati-seperti memaparkan kisah intrik, nafsu, dan perang yang tak henti di luarnya.

Hal ini juga tak jauh berbeda dengan kondisi negara kita saat ini. Panggung negara penuh dengan drama politik, intrik, dan perang kepentingan yang tiada henti. Pemainnya adalah para politikus yang menampilkan citraan lengkap dengan tampilan, juga lewat kata dan bahasa.

Kita mengenal banyak istilah yang kerap dilekatkan pada tingkah laku negatif para politikus. Cap dilekatkan pada mereka sebagai musang berbulu domba, (muka) badak, tikus-tikus (kantor). Sebelumnya juga pernah ada "simbolisme kerbau" yang terlibat dalam demonstrasi atas kepemimpinan yang dianggap tambun, lamban, dan tak cekatan. Panggung politik kita bahkan diramaikan dengan konflik cicak melawan buaya hingga beberapa jilid. Politik Indonesia penuh dengan simbolisme dan metafora.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Politik kita adalah politik margasatwa. Indonesia seperti hutan belantara yang penuh ancaman karena yang berlaku adalah hukum rimba. Siapa yang kuat, dia yang berkuasa. Hukum tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Indonesia seperti tengah mengalami masa kritis regulasi dan penegakan hukum serta keteraturan sosial kenegaraan.

Pada saat semacam ini pula, dalam pentas wayang kulit, seorang dalang memainkan kayon untuk menandai peristiwa penting. Kayon bergerak dinamis sedemikian rupa untuk menggambarkan kegelisahan alam: hujan badai, angin ribut, ataupun gelegar halilintar. Kayon dimainkan saat ada kehidupan yang bertentangan dengan kehidupan manusia, keadaan yang tak henti-hentinya berubah dan resah. Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelip…. Manusia tengah menghadapi sebuah peristiwa kemanusiaan yang dramatis.

Namun kayon juga dimainkan saat sebuah keajaiban atau peristiwa penting terjadi, seperti saat seorang kesatria berubah menjadi makhluk yang dahsyat. Dalam dramatika cerita wayang, jika hal itu terjadi,kita bisa berharap babak akhir penyelesaian cerita akan segera tiba. Kayon yang bergerak dinamis untuk menandai pergantian babak, adegan, ataupun cerita menggambarkan siklus hidup kembali stabil dan seimbang.

Maka, sebagai penonton panggung wayang politik di negara ini, kita berharap agar seluruh drama dalam pemerintahan ini dimainkan dengan cantik, elegan, dan berujung happy ending.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

12 Mei 2023

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?


Kesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual

8 April 2023

Kais Saied, Presiden Tunisia. Sumber : Reuters
Kesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual

Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.


Peru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan

14 Desember 2022

Polisi menghadapi pengunjuk rasa yang memprotes untuk menuntut pembubaran Kongres dan mengadakan pemilihan demokratis daripada mengakui Dina Boluarte sebagai Presiden Peru, setelah penggulingan Presiden Peru Pedro Castillo, di Lima, Peru, 12 Desember 2022. REUTERS/Sebastian Castaneda
Peru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan

Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.


Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM

5 Agustus 2021

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi  saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, Selasa, 3 Agustus 2021. Pertemuan tersebut membahas berbagai isu strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia. Jose Luis Magana/Pool via REUTERS
Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM

Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM


Netanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel

18 Mei 2020

Benny Gantz dan Benjamin Netanyahu.[Times of Israel]
Netanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel

PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.


Krisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?

13 Agustus 2018

Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Turki. Gmfus.org
Krisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?

Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.


Perludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik

25 Maret 2018

Ilustrasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) bertema unik. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Perludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik

Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.


Jokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna

23 Mei 2017

Presiden Jokowi menyaksikan Latihan Gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) 2017 di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, 19 Mei 2017. Puspen TNI
Jokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna

Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.


SBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati  

8 Februari 2017

Ketum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY memberi salam seusai menyampaikan pidato politik pada Rapimnas dan Dies Natalies Partai Demokrat ke-15 di JCC, Jakarta, 7 Februari 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
SBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati  

SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.


Analis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini  

2 Februari 2017

Presiden Jokowi memakai headset sambil mendengarkan pernyataan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam pertemuan ASEAN Plus Jepang di Vientiane, Laos, 7 September 2016. AP/Bullit Marquez
Analis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini  

Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.