Banjir di Bandung selatan semestinya mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk kembali membenahi Citarum. Sungai terpanjang di Jawa Barat ini semakin dangkal dan tercemar. Tiada upaya serius untuk merawat kawasan hulu Citarum yang semakin gundul sehingga memicu sedimentasi.
Pendangkalan Citarum membuat air sungai mudah meluap ke kawasan Bandung selatan. Selama dua pekan, belasan ribu penduduk Kabupaten Bandung harus mengungsi karena rumah mereka terendam hingga setinggi 3 meter. Mereka terutama berasal dari Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. Hampir setiap tahun tiga kecamatan ini direndam banjir.
Banjir selalu berulang karena tak ada upaya sungguh-sungguh untuk menangani Citarum. Padahal akar persoalannya sudah jelas karena telah sering diseminarkan. Pertama, terjadinya sedimentasi yang parah di Citarum, mencapai 7,9 juta ton per tahun. Kedua, limbah industri dan sampah yang dibuang langsung ke Citarum atau sungai yang bermuara ke Citarum. Sesuai dengan data di Waduk Saguling di Bandung barat, yang menampung air Citarum, sampah yang masuk sungai ini mencapai 250 ribu meter kubik setiap tahun.
Baca Juga:
Ketiga, rusaknya daerah hulu Citarum yang antara lain meliputi Kecamatan Pacet, Ibun, dan Kertasari, Kabupaten Bandung. Diperkirakan 26 ribu hektare lahan di daerah ini termasuk kritis. Kerusakan bukan hanya pada hutan konservasi yang dikelola Perhutani, tapi juga pada lahan milik penduduk. Banyak lahan yang semula penuh dengan tanaman keras kemudian diubah menjadi ladang palawija dan sayur-mayur. Akibatnya, fungsi lahan sebagai daerah resapan berkurang.
Semua masalah itu diselesaikan secara setengah-setengah sehingga kurang efektif mencegah banjir. Pemerintah pusat, misalnya, melakukan pengerukan besar-besaran di Citarum pada 2011-2013 dengan biaya Rp 1,3 triliun. Program Balai Besar Citarum ini sempat disoroti oleh Badan Pemeriksa Keuangan karena tidak berhasil mengurangi banjir. Terlepas dari korupsi, yang mungkin terjadi, pengerukan saja jelas tidak cukup.
Kendati dikeruk, sedimentasi Citarum akan kembali tebal bila kawasan hulu tetap mengirim lumpur. Citarum juga tetap meluap bila kebiasaan penduduk Kota Bandung membuang sampah ke sungai tidak disetop. Dari sekitar 6.500 meter kubik produksi sampah kota ini setiap hari, sekitar 1.500 meter kubik mengalir ke Citarum. Untuk mencegah banjir secara permanen, bahkan perlu dipikirkan solusi tambahan seperti pembangunan banyak waduk.
Itulah pentingnya pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah daerah tingkat dua bergandengan tangan. Pemerintah pusat harus membenahi hutan konservasi dan mengeruk sungai. Kota Bandung juga perlu dilibatkan karena mengirim banyak sampah. Begitu pula Kabupaten Bandung, yang memiliki kawasan hulu sungai sekaligus yang terkena dampak langsung bencana banjir. Tanpa sinergi, penyelesaian akan cenderung tambal-sulam dan tak efektif mencegah banjir.