Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bola

Oleh

image-gnews
Iklan

Di biara Buddha nun di kaki gunung Himalaya, sang Biksu Kepala bertanya apa artinya "Piala Dunia". Geko, rahib yang bertugas menjaga disiplin asrama tempat anak-anak muda Tibet datang untuk belajar menjadi biksu itu, menjawab dengan sebuah definisi yang agak mendadak: Piala Dunia adalah "dua bangsa beradab yang berjuang memperebutkan sebutir bola".

Dalam The Cup, yang ceritanya ditulis dan disutradarai oleh Khyentse Norbu, seorang pembuat film dari Bhutan, dialog itu menyertai sebuah persoalan pelik yang harus dipecahkan: bisakah sang Biksu Kepala mengizinkan sebuah pesawat televisi dipasang di biara itusebuah tempat yang menjauhi kehidupan duniawiagar para rahib muda dapat menonton petandingan final Piala Dunia yang sedang berlangsung di benua lain?

Beberapa malam sebelumnya sebuah pelanggaran terjadi. Beberapa calon biksu, dipelopori oleh si bandel Orgyen, diam-diam menyelundup keluar. Mereka datang ke kampung terdekat untuk menonton pertandingan internasional itu di TV sebuah kedai milik penduduk. Sepulangnya, Geko memergoki mereka. Mereka telah tak mematuhi tertib yang berlaku. Mereka sebenarnya bisa dikeluarkan dari biara. Tapi kali ini mereka hanya dihukum dengan tugas memasak setiap hari buat semua penghuni biara selama satu bulan penuh.

Yang menarik ialah bahwa akhirnya Orgyen berhasil membujuk Geko, yang diam-diam menyukai olahraga itu, supaya meminta izin kepada sang Biksu Kepala agar para murid dapat mengikuti final Piala Dunia di dalam biara. Pesawat TV bisa diatur untuk ada. Mereka bersedia menghimpun danadari uang saku masing-masing, bahkan kalau perlu dengan menggadaikan barang dari orang tuauntuk menyewa sebuah pesawat beserta antena parabolanya.

Maka Geko pun menghadap sang Biksu Kepala. Izin pun diberikan setelah Geko menyebutkan bahwa dalam pertandingan bola tidak ada seks dan hanya kadang-kadang ada sedikit kekerasan.

Biksu Kepala: "Eh, kapan perjuangan itu?"

Geko: "Apa? Perjuangan yang mana?"

Biksu Kepala: "Kamu tadi bilang ada dua bangsa beradab yang berjuang memperebutkan sebutir bola."

Geko: "Ah, itu. Saya kira akan berlangsung sekitar pukul satu dini hari."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Biksu Kepala (sambil mengambil termos minumnya di bawah meja): "Hmm, waktu yang aneh juga untuk berjuang."

Film The Cup mengandung humor, tapi juga secercah kearifan. Khyentse Norbuia sendiri keturunan rahib-rahib yang termasyhur dalam Buddhisme Tibethendak menunjukkan bahwa para biarawan bukan benteng yang tak tersentuh waktu dan dunia luar. Mereka memang hidup secara ketat meneruskan tradisi yang terbentuk jauh beribu tahun sebelum turnamen pertama sepak bola diselenggarakan di tahun 1871, tapi mereka bukan lambang kesucian yang kekal. Biarpun di biara, kesucian tak bisa selesai. Iman juga bisa dibawakan dengan sikap santai dan terbuka. Dan siapa yang akan menutup diri dari Piala Dunia?

Dalam film Abbas Kiarostami Hidup Terus Berlanjut (bahasa Inggrisnya: Life Goes On), seorang sutradara film dan seorang anak, Puya, naik mobil dari Teheran ke Rubbar, sebuah wilayah yang hancur oleh gempa. Mereka ingin tahu apa yang terjadi dengan seorang bocah yang pernah bermain film dengan sutradara itu. Si Babek ternyata tak bisa ditemui, tapi Puya punya dugaan: temannya itu pasti sedang menonton Piala Dunia di televisi. Di dusun itu, tempat puluhan orang tewas dan rumah hampir sepenuhnya puing, turnamen internasional itu begitu penting, memang. Ada seorang orang tua yang dengan kerja keras menegakkan antena televisi. Hidup terus berlanjut, Piala Dunia harus ditonton, dan gempa bumi bisa diabaikan. "Piala Dunia empat tahun sekali, sedangkan gempa bumi cuma 40 tahun sekali," kata pak tua itu.

Film Khyentse Norbu dan film Kiarostami sebenarnya membawa cerita yang tersembunyi: bahwa hidup bisa menebus ketidakmurnian dan keruntuhan yang lain, ketika kita sanggup menyambut apa yang asyik, dengan cara yang bersahaja, tanpa merasa dibebani dosa. Mungkin itu sebabnya manusiadari Himalaya sampai Hamburg, dari Bhutan sampai Batammemanfaatkan teknologi, dalam hal ini TV dan antena, yang bisa dijangkau, untuk ikut serta dalam sesuatu yang mirip dengan sebuah upacara dan pemujaan bersama, tanpa Neraka dan Kutukan yang mengancam. Juga tanpa "yang lain" yang dibenci.

Maka bisa kita bayangkan seorang gerilyawan Al-Qaidah dan seorang anggota marinir Inggris bisa mendukung kesebelasan yang satu, meskipun mereka di posisi yang bertentangan di Afganistan. "Agama mereka sepak bola," kata pembuat film The Cup tentang para biksu di kaki gunung Himalaya itu setengah bergurau, dan kiranya ini berlaku juga bagi siapa saja. Di sini agama justru menjadi dekat dengan manusia, karena ia tak menyembah Yang Sempurna yang menuntut pengorbanan makhluk yang tak sempurna. Agama menjadi dekat karena manusia diberi kapasitas (bakat, keterampilan, tekad, peralatan komunikasi, dan seterusnya) untuk menikmati sebuah keasyikan empat tahun sekali, dan melupakan derita yang selalu datang 40 tahun sekali. Agama menjadi dekat dengan manusia karena bahkan di biara, para rahib yang menjauhi dunia tak menjauhi yang asyik, lucu, nakal, tak terduga-ruga, tapi tak pernah serakah untuk diri sendiri.

Di depan Piala Dunia, manusia setara. Ia bisa saja warga sebuah bekas imperium atau bekas jajahan, ia bisa datang dari negeri dengan senjata nuklir, atau negeri yang nyaris tak punya kapal perang. Tak ada yang unggul yang permanen. Piala Dunia punya semacam demokrasi yang tak ada di IMF dan di PBB. Penyair Jorge Luis Borgess pernah mengatakan bahwa jatuh cinta adalah menciptakan sebuah agama dengan dewa yang bisa salah. Piala Dunia adalah sebuah upacara pemujaan dengan dewa yang bisa kalah.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

21 menit lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

Produser MD Entertainment Manoj Punjabi Badarawuhi di Desa Penari, mengucapkan selamat atas capaian Siksa Kubur.


Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

39 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

Ronny Pangemanan menilai kombinasi pemain muda lokal dan naturalisasi di bawah arahan Shin Tae-yong melahirkan Timnas Indonesia yang bagus.


Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

1 jam lalu

Rayn Wijaya melamar Ranty Maria. Foto: Instagram.
Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

Ranty Maria mendapat lamaran dari sang kekasih, Rayn Wijaya tepat di hari ulang tahunnya ke-25 di tempat yang sudah lama diimpikannya.


Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

2 jam lalu

Konferensi Pers Pameran K-Pop D'Festa 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

Para penggemar K-Pop akan segera dimanjakan dengan pameran K-Pop D'Festa, di Jakarta.


Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

3 jam lalu

Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

April yang lalu, suasana kediaman Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr. H. Ahmad Sabban El-Ramaniy Rajagukguk, M.A di Simalungun menjadi saksi pertemuan penting antara Nikson Nababan, Ketua DPC PDI Perjuangan Tapanuli Utara, dengan tokoh agama yang berpengaruh.


MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

3 jam lalu

Sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 dihadiri 8 hakim, gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin, 22 April 2024.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

Terdapat 16 partai politik yang mendaftarkan diri dalam sengketa Pileg 2024.


FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

4 jam lalu

Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026 Budi Irawanto. Foto: Instagram.
FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

FFI masih harus mendiskusikan hal tersebut sebagai kategori baru sehingga belum bisa ditambahkan pada FFI 2024.


Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

4 jam lalu

Kendaraan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir terlibat dalam kecelakaan di Ramle pada 26 April 2024. (Screencapture/X)
Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

Mobil Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terbalik dalam kecelakaan mobil karena menerobos lampu merah


Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

4 jam lalu

Timnas Uzbekistan saat melawan Timnas Arab Saudi, di perempat final Piala Asia U-23 2024. Foto/Video/rcti
Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

Uzbekistan akan menjadi lawan Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 pada Senin, 29 April 2024.


Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

4 jam lalu

Youtuber, Jang Hansol. Foto: Instagram.
Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

Jang Hansol menyebut kekalahan Korea Selatan dari Timnas U-23 bisa menjadi pembelajaran berharga bagi sepak bola di negaranya.