Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Me-Nyepi

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Husein Ja'far Al Hadar, Penulis

Kata Bunda Teresa, Tuhan "bersemayam" dalam sepi. Adapun bagi filsuf besar India pada abad ke-8, Adi Sankarcarya, sepi adalah pintu pertama menuju keunggulan rohani. Sepi memang sebuah keadaan yang transenden, otentik, dan juga eksistensial.

Maka, sejarah mencatat, kisah para nabi dan manusia agung selalu mencari dan bersahabat dengan sepi. Musa, pembawa risalah Yahudi, "menemui" dan berdialog sendiri dengan Tuhan dalam sepinya Bukit Tursina. Yesus pun (yang diyakini sebagai pembawa risalah Nasrani oleh umat kristiani) syahid di tiang salibnya dalam sepi bersama Tuhan, dan "berbicara" dengan-Nya dalam "diam"-Nya. Begitu pula dengan Muhammad, pembawa risalah Islam, menerima wahyu pertamanya sendiri dalam sepinya Gua Hira. Kisah para nabi dan manusia agung selalu bersinggungan dengan sepi bersama-Nya.

Al-Quran menyebutkan bahwa para nabi dan manusia agung tak pernah sekali-kali bersedih, apalagi takut, dalam kesepiannya. Sebab, dalam sepi itu, mereka justru bertemu, berdialog, dan bercengkerama dengan Tuhan.

Namun, pada era modern yang telanjur pragmatis dan gersang nilai ini, manusia justru sedih, takut, dan lari dari sepi. Kita lahir, tumbuh, dan terseret dalam sebuah peradaban yang justru mengagungkan kerumunan dan keramaian. Kita merasa kesepian dalam sepi. Sebab, kita tak pernah bisa menghadirkan Tuhan dalam sepi. Kita selalu butuh pada manusia, sehingga kita selalu mencari kafe, pesta, panggung hiburan, atau bahkan kelab malam untuk lari dari sepi.

Padahal justru dalam sepi kesejatian bersemayam. Tapi kita cenderung memilih untuk terjerumus dalam keramaian semu. Karena itu, sebagian kita yang hidup di Bali, misalnya, ketika Nyepi datang, justru pergi meninggalkan sepinya Bali untuk mencari kerumunan, berlibur dalam keramaian, dan hanyut dalam ketidaksadaran dan kesemuan. Padahal, dalam kacamata autentisitas, seharusnya dalam suasana Nyepi kita harusnya "berlibur" ke Bali. Dalam artian, berlibur dari segala rutinitas, kesibukan, hiruk-pikuk, kerumunan dan keramaian, untuk menghayati diri bersama Tuhan dalam sepi di sana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hari Raya Nyepi mewajibkan umat Hindu melaksanakan Catur Brata yang biasa diartikan empat pantangan selama sehari: amati geni (tak menyalakan api atau penerangan), amati karya (tak melakukan aktivitas atau rutinitas kerja), amati lelungan (tak bepergian), dan amati lelanguan (tak bersenang-senang atau menikmati hiburan). Artinya, dalam Nyepi, melalui sepi, mereka diajarkan meninggalkan gemerlap lampu untuk merasakan cahaya sejati, berhenti dari rutinitas untuk menghayati spiritualitas.

Nyepi sebagai sebuah momentum mengajarkan umat Hindu menghayati sepi, menghadirkan kesadaran total dan masuk dalam renungan eksistensial tentang diri dan Tuhan, sesama manusia, serta alam, untuk kemudian membentuk keharmonisan di antara ketiga relasi tersebut yang dikenal dengan Tri Hita Karana.

Adapun bagi kita semua, Nyepi mengajarkan kita untuk menyadari dan menghayati sepi sebagai keadaan transenden dan otentik. Sebab, kita sering tak menyadari itu. Kita memahami sepi dalam kerangka banalitas, bukan justru eksistensial, sehingga akhirnya kita mendapati kisah para nabi dan manusia agung adalah kisah sepi dalam kesejatian, sedangkan kisah kita adalah kisah keramaian dalam kesemuan.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

45 hari lalu

Sejumlah penari meramaikan pawai ogoh-ogoh dan pawai budaya Jawa Barat di Cimahi, 10 Maret 2024. Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Cimahi menggelar pawai budaya dan pawai ogoh-ogoh sebagai bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi tahun caka 1946 atau 11 Maret 2024. TEMPO/Prima Mulia
Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

Kalimat rahajeng rahina Nyepi sering diucapkan saat Nyepi. Kalimat ini memiliki makna yang bagus. Lalu, apa arti rahajeng rahina Nyepi?


5 Arca Yang Tersisa di Indonesia

23 Agustus 2023

Arkeolog dari BPCB Jawa Timur mengukur gerabah kuno yang ditemukan bersama sepasang arca Dewa Siwa dan Dewi Parwati di Desa Banjarsari, Tulungagung, Jawa Timur, Jumat 19 Februari 2021. (ANTARA/Destyan Sujarwoko)
5 Arca Yang Tersisa di Indonesia

Diantara banyak arca yang pernah ada, inilah 5 jenis arca yang tersisa di Indonesia


Momen Tingkatkan Kebajikan di Hari Raya Galungan

2 Agustus 2023

Dua umat Hindu meletakkan sesajen saat mengikuti persembahyangan Hari Raya Kuningan di Pura Pitamaha, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Sabtu 14 Januari 2023. Hari Raya Kuningan merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan yaitu perayaan kemenangan
Momen Tingkatkan Kebajikan di Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan jatuh pada 2 Agustus 2023, momen tepat untuk mengamalkan nilai-nilai dharma secara utuh dan berimbang sesuai ajaran Hindu.


Arca Ganesha di Gunung Bromo Hilang, Begini Makna Dewa Ganesha Bagi Umat Hindu?

23 Mei 2023

Keaslian Patung Ganesha di Bantul Diragukan
Arca Ganesha di Gunung Bromo Hilang, Begini Makna Dewa Ganesha Bagi Umat Hindu?

Arca Ganesha di Gunung Bromo hilang, dikabarkan jatuh ke kawahnya. Ini riwayat Dewa Ganesha bagi umat Hindu.


Pelajari Nilai-nilai Kehidupan Warga Desa Penglipuran di Bali

20 Maret 2023

Desa wisata Panglipuran di Kabupaten Bangli, Bali. Foto: Instagram Desa Wisata Panglipuran
Pelajari Nilai-nilai Kehidupan Warga Desa Penglipuran di Bali

Bali yang masih kental kearifan lokal memiliki beragam desa adat salah satunya Desa Penglipuran. Bagaimana nilai-nilai kehidupan warganya?


Kemenag Salurkan Beasiswa untuk 1.540 Mahasiswa Hindu

27 Juli 2022

Delegasi G20 menyaksikan umat Hindu bersembahyang saat kegiatan hospitality program Anti-Corruption Working Group (ACWG) 2022 di Desa Kutuh, Kuta Selatan, Badung, Bali, Jumat 8 Juli 2022. Kegiatan kunjungan ke percontohan desa antikorupsi tersebut untuk menyaksikan secara langsung kearifan lokal serta acara bimbingan teknis antikorupsi guna membangun integritas dan nilai-nilai antikorupsi serta peningkatan peran masyarakat desa dalam upaya mencegah dan memberantas korupsi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Kemenag Salurkan Beasiswa untuk 1.540 Mahasiswa Hindu

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama menyalurkan beasiswa bagi 1.540 mahasiswa Hindu di berbagai perguruan tinggi.


Mengenali Meditasi Kundalini dan Manfaatnya

14 Juli 2022

Ilustrasi Pria Meditasi. stopsatressandanxiety.com
Mengenali Meditasi Kundalini dan Manfaatnya

Kundalini dalam Bahasa Sansekerta berarti melingkar, merujuk jenis meditasi sepenuhnya membangkitkan potensi kesadaran


Asal-usul Istilah Lebaran untuk Menyebut Hari Raya Idul Fitri

22 April 2022

Ilustrasi persiapan Lebaran Ketupat atau Lebaran Syawal. ANTARA/Siswowidodo
Asal-usul Istilah Lebaran untuk Menyebut Hari Raya Idul Fitri

Terdapat beberapa versi pendapat lain seputar asal-usul penggunaan istilah Lebaran.


Mengenal Reinkarnasi, Keyakinan Lahir Kembali Setelah Kematian

27 Maret 2022

Peti mati. Ilustrasi
Mengenal Reinkarnasi, Keyakinan Lahir Kembali Setelah Kematian

Beberapa agama meyakini konsep kelahiran kembali setelah kematian atau reinkarnasi.


Anies Baswedan Sebut Akan Cari Solusi Soal Kekurangan Guru Agama Hindu di DKI

2 Maret 2022

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menghadiri pelaksanaan Upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu, 2 Maret 2022. Tempo/Eka Yudha Saputra
Anies Baswedan Sebut Akan Cari Solusi Soal Kekurangan Guru Agama Hindu di DKI

Ketua SDHD DKI Jakarta, Made Sudarta, mengatakan kekurangan guru agama Hindu mempersulit siswa-siswi mendapat pendidikan agama di sekolah umum.