Upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memperkaya strategi dalam mengantisipasi aksi-aksi terorisme melalui deradikalisasi dan anti-radikalisasi patut mendapatkan dukungan. Terlebih kini, warga negara Indonesia kian menjadi incaran perekrutan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Terbukti dengan menghilangnya 16 WNI dan penangkapan 16 WNI lainnya di Turki dalam rentang waktu yang hampir bersamaan. Dua kelompok WNI ini diduga berniat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Deradikalisasi dan anti-radikalisasi adalah strategi dengan pendekatan lunak, selain strategi penindakan dengan kekerasan melalui pengungkapan dan penangkapan pelaku terorisme. Yang disasar program ini adalah orang yang pernah terlibat kegiatan terorisme, organisasi radikal, ataupun masyarakat umum supaya tidak tertular "virus" radikalisme dan terorisme. Dalam program deradikalisasi, ada empat pendekatan yang ditempuh BNPT, yakni kontra-ideologi, kontra-radikalisasi, kontra-propaganda, dan kontra-narasi.
Menjadikan 2015 sebagai "Tahun Damai di Dunia Maya" merupakan contoh kontra-propaganda yang dilakukan BNPT. Upaya ini sebagai antisipasi terhadap pesatnya perkembangan situs-situs web terorisme yang menyasar generasi muda. Sebagai perbandingan, pada 2013 terlacak 2.650 situs yang melakukan propaganda terorisme. Setahun kemudian jumlahnya berlipat lebih dari tiga setengah kali menjadi 9.800 situs. Internet dipilih menjadi arena propaganda karena mudah diakses, tidak ada kontrol, memiliki audiens yang luas, dan identitasnya bisa tidak diketahui.
Dengan melakukan kontra-propaganda, di antaranya melalui dua situs, Damailahindonesiaku.com dan Jalandamai.org, BNPT berusaha melawan ISIS yang memang menjadikan dunia maya sebagai alat utama menyebarkan ajaran dan merekrut anggota. Salah satu contoh kontra-propaganda adalah video yang diunggah ke situs YouTube yang memperlihatkan seorang perempuan pekerja migran membalas tantangan tokoh ISIS, Abu Jandal Al Indonesi, yang menantang TNI melalui video yang dibuatnya. Sayangnya, video kontra-propaganda ini kurang terekspos.
Propaganda anti-terorisme seperti ini perlu digalakkan. BNPT harus bisa menciptakan kontra-propaganda yang menggunakan isu dan model yang sedang tren. Melibatkan anak-anak muda yang paham media sosial dan tahu bagaimana memanfaatkan media sosial, serta sangat ekspansif. Cara seperti ini pula yang dipakai oleh ISIS. Apalagi pemerintah mengakui kesulitan menutup situs-situs web terorisme itu lantaran mereka menggunakan perusahaan penyedia jasa Internet di luar negeri.
Tidak hanya BNPT, keterlibatan semua pihak juga sangat dibutuhkan dalam program deradikalisasi ini. Juga kebijakan pemerintah yang dapat menutup akses para pengikut ISIS. Pintu-pintu keluar ini harus dijaga ketat, misalnya, biro perjalanan wisata dan umrah serta perusahaan penyalur pekerja migran, yang dicurigai Badan Intelijen Negara sebagai kamuflase para pengikut ISIS.