Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Skenario Akhir Perang ISIS

image-profil

image-gnews
Iklan

Ibnu Burdah, pemerhati Timur Tengah

Selama beberapa bulan terakhir, tanda-tanda runtuhnya Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) sebenarnya semakin kuat. Perkembangan eksternal semakin tak berpihak kepada mereka, seperti menguatnya sentimen anti-ISIS, penguatan konsolidasi antarnegara kawasan dan negara besar untuk melawan mereka, serta berjalannya kerja "bareng" Sunni-Syiah di beberapa front di Irak.

Hal terakhir merupakan faktor yang sangat penting, tapi mungkin sulit dipertahankan setelah serangan besar-besaran koalisi Saudi terhadap kaum Syiah Houthi di Yaman baru-baru ini. Karena itu, di tengah kocar-kacirnya barisan mereka di Irak, ISIS justru merangsek masuk ke pinggiran Damaskus dan berhasil menguasai kamp pengungsi Palestina Yarmuk di kota tersebut. Bisa diduga, penguasaan kelompok ini dibarengi dengan jatuhnya korban dalam jumlah besar. Apalagi, warga Palestina di kamp ini memberikan perlawanan.

Dalam lingkup internalnya, ISIS dikabarkan semakin banyak mengalami disorganisasi dan kemungkinan melemahnya logistik mereka seiring dengan turunnya harga minyak mentah. Pembangkangan dari pengikut sepertinya juga menguat seiring dengan keterdesakan mereka di banyak front, kekejian di luar batas yang mereka lakukan, dan kebencian masyarakat kawasan terhadap mereka.

Ada beberapa skenario akhir yang mungkin terjadi pada akhir perang ISIS setelah serangan Arab Saudi ke Yaman. Pertama, kekuasaan ISIS yang membentang di sebagian besar wilayah Irak dan Suriah runtuh dan dapat direbut kembali. Kemudian, ISIS beralih dari kelompok yang memiliki kekuasaan wilayah dan pemerintah menjadi kelompok teroris sebagaimana Al-Qaidah.

Skenario ini terjadi jika kekuatan-kekuatan regional dan kawasan masih bisa bekerja sama dan mampu mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah. "Ibu kota" mereka di Irak, Mosul, kemungkinan akan bisa direbut kembali meski memerlukan proses yang lama dan pasti tak mudah. Kota Tikrit, kota kunci untuk menyarang Mosul, bisa dikatakan sudah bisa direbut kembali. Jika Mosul jatuh, bisa dikatakan "negara" horor berkedok khilafah ini telah kehilangan kekuasaan di Irak.

Di Suriah, mereka memang terus terdesak. Namun konflik keras dan rumit di negara itu mungkin akan membuat mereka lebih lama bertahan di sana. Kemenangan mereka di kamp pengungsi Yarmuk baru-baru ini menjadi bukti. Apalagi, mereka akur kembali dengan kelompok teroris lain cabang Al-Qaidah di Suriah, yaitu Jabhah Nusrah. Sepertinya, diperlukan waktu cukup lama untuk meruntuhkan kekuasaan mereka di Suriah, khususnya di "ibu kotanya", Raqqa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Skenario kedua, mereka mampu bertahan dalam waktu yang sangat lama, baik di Irak maupun Suriah. Skenario ini bisa saja terjadi karena beberapa hal. Koalisi kawasan, terutama kekuatan Sunni, Syiah, dan Kurdi, terasa sangat rapuh. Perang belum usai, tapi Saudi dan negara Teluk lain sudah berulang kali memprotes keras kuatnya peran Iran di lapangan. Iran dipandang negara-negara itu sebagai musuh nomor satu, alias lebih berbahaya ketimbang ISIS. Serangan pasukan koalisi yang dipimpin Saudi terhadap kaum syiah Houthi di Yaman dipastikan semakin memperkuat terjadinya skenario kedua ini. Kurdi, salah satu garda terdepan dalam perang melawan ISIS, juga memiliki agenda sendiri, yakni pendirian negara Kurdistan Merdeka di Irak.

Hal lainnya yang bisa memperkuat terjadinya skenario kedua adalah kehadiran ISIS sebenarnya disambut baik oleh sejumlah penguasa yang terancam oleh gerakan protes rakyat. Dengan alasan adanya ancaman dari ISIS, para penguasa itu memiliki legitimasi lebih kuat untuk membungkam suara rakyatnya. Kita masih ingat bagaimana sikap awal para penguasa kawasan itu ketika ISIS pertama kali mendeklarasikan pendirian negara khilafah di Irak. Banyak dari para penguasa itu justru memojokkan pemerintah Irak dan cenderung membela ISIS.

Skenario ketiga, ISIS memenangi perang dan berjaya di Suriah dan Irak, bahkan memperluas wilayahnya. Skenario ini masih mungkin terjadi. Hal ini berarti bencana, bukan hanya bagi Timur Tengah, tapi juga bagi dunia.

Bagaimanapun, ISIS dan Al-Baghdadi telah menjadi simbol penting bagi perlawanan kelompok Islam radikal terhadap Barat. Jika ISIS ternyata mampu mengkonsolidasi kekuatan ekstrem radikal di berbagai wilayah di dunia melalui berbagai propagandanya, sementara kekuatan regional dan internasional gagal menyatukan barisan, kekuasaan ISIS masih berpotensi tetap berjaya, setidaknya di wilayah Irak dan Suriah. Harus diingat, koalisi untuk menjatuhkan ISIS ini berdiri di atas fondasi yang sangat rapuh dan hanya sesaat.

Tak adanya skenario pasca-ISIS yang disepakati hingga sekarang juga membuat kekuatan-kekuatan kawasan bertindak sangat hati-hati dalam perang melawan ISIS. Kendati mereka menghadapi ancaman nyata di depan mata, hingga sekarang tak ada satu pun negara di kawasan (di luar Irak-Suriah) yang bersedia mengirimkan pasukan daratnya untuk melawan ISIS, baik Turki, Yordania, Iran, maupun Arab Saudi.

Jika memperhatikan perkembangan belakangan, skenario pertama dan kedua lebih mungkin terjadi. Skenario ketiga, kendati sangat kecil kemungkinannya, juga tak bisa dinihilkan sama sekali. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Putin Bertemu Assad di Kremlin, Bahas Konflik Timur Tengah hingga Situasi Global

1 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Kremlin di Moskow, Rusia, 24 Juli 2024. Reuters
Putin Bertemu Assad di Kremlin, Bahas Konflik Timur Tengah hingga Situasi Global

Putin mengatakan kepada Assad bahwa dia khawatir akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah


Menlu Cina: Rakyat Palestina yang Mengatur Palestina

2 hari lalu

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 18 April 2024. Wang Yi melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo usai Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, melawat ke China pada awal April lalu dan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Keduanya berbagi pandangan mengenai kedamaian regional dan berkomitmen untuk mempererat hubungan. TEMPO/Subekti.
Menlu Cina: Rakyat Palestina yang Mengatur Palestina

Cina berhasil menyatukan faksi-faksi Palestina untuk bekerja membentuk pemerintahan Bersama.


Adidas Copot Bella Hadid dari Kampanye karena Advokasi Palestina, Picu Seruan Boikot

3 hari lalu

Bella Hadid tampil di Billboard Adidas/Foto: Instagram/The Debut Fashion
Adidas Copot Bella Hadid dari Kampanye karena Advokasi Palestina, Picu Seruan Boikot

Meskipun mendapat reaksi keras, Adidas tidak membatalkan keputusannya untuk mencoret Bella Hadid, berpotensi membahayakan sebagian pendapatannya


Masjid di Oman Ditembaki Saat Peringatan Hari Asyura, Empat Tewas

10 hari lalu

Ilustrasi penembakan. dentistry.co.uk
Masjid di Oman Ditembaki Saat Peringatan Hari Asyura, Empat Tewas

Empat orang tewas saat sebuah masjid di Oman ditembaki bertepatan dengan peringatan hari Asyura.


Saeed Jalili, Eks Negoisator Nuklir yang Melaju ke Pemilihan Presiden Iran Putaran 2

26 hari lalu

Kandidat presiden Iran Saeed Jalili.  Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS
Saeed Jalili, Eks Negoisator Nuklir yang Melaju ke Pemilihan Presiden Iran Putaran 2

Saeed Jalili memperoleh 9,4 juta suara dalam pemilihan presiden iran pada 28 Juni, dan membuntuti anggota parlemen senior Masoud Pezeshkian di nomor 1


4 Fakta Tajikistan Atur Busana Rakyatnya, Ada Larangan Jilbab, Busana Barat dan Sendal Jepit

29 hari lalu

Seorang wanita berada di depan benteng Hisor yang berada di komplek kota tua Hisor (Hissar), Tajikistan, Selasa, 10 September 2019. Penjelajah dunia Marcopolo serta penakluk dunia Alexander Agung dan Jenghis Khan pernah singgah di kota ini. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
4 Fakta Tajikistan Atur Busana Rakyatnya, Ada Larangan Jilbab, Busana Barat dan Sendal Jepit

Larangan jilbab dilaporkan muncul di Tajikistan, rakyat juga dilarang gunakan pakaian barat dan sendal jepit


Lusa Pemilihan Presiden Iran, Simak Profil Para Figur yang Maju

30 hari lalu

Spanduk calon presiden Saeed Jalili terpampang saat acara kampanye di Teheran, Iran, 24 Juni 2024. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Lusa Pemilihan Presiden Iran, Simak Profil Para Figur yang Maju

Lusa, Jumat 28 Juni, Timur Tengah menunggu figur baru dari Pemilihan Presiden Iran. Berikut enam calon yang maju,


48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

32 hari lalu

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya. Foto: Canva
48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya.


Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

40 hari lalu

Presiden Dewan Eropa Charles Michel menghadiri pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing, Tiongkok, 1 Desember 2022. European Union/Handout via REUTERS
Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan standar ganda tidak dapat diterima sehubungan dengan konflik di Ukraina dan Timur Tengah


Ragam Aksi Protes Berbagai Negara Kepada Israel

49 hari lalu

Tentara Israel memegang kerangka plastik yang ditemukan di Gaza dan dibawa ke Israel, di tengah konflik Israel dan Hamas, 27 Desember 2023. Sejumlah media menilai kerangka itu sebagai simbol pembantaian terhadap warga Palestina di Gaza.REUTERS/Amir Cohen
Ragam Aksi Protes Berbagai Negara Kepada Israel

Israel disebut-sebut sebagai negara yang paling dibenci. Berimbas kepada warganya yang ditolak masuk di sejumlah negara.