Melonjaknya anggaran untuk pewangi ruangan di gedung DPR menjadi dua kali lipat patut dicurigai. Anggaran tahun ini sebesar Rp 2,3 miliar, padahal tahun lalu hanya Rp 1,071 miliar. Artinya, naik 100 persen. Bahkan pada tahun-tahun sebelumnya, untuk kebutuhan pengharum 465 ruangan dan 209 toilet, anggarannya masih kurang dari Rp 1 miliar.
Pengharum ruangan otomatis itu tentu masih sama modelnya, yaitu kotak berwarna putih yang secara otomatis akan menyemprotkan cairan pewangi dalam interval tertentu. Bila kita longok di pasaran, harga alat itu murah. Aneka merek kurang-lebih harganya Rp 100 ribu per buah. Penjelasan Sekretaris Jenderal DPR Winantuningtyastiti, yang membawahkan pemeliharaan gedung, tidak menyebutkan apa kelebihan parfum ruangan tahun 2015 ini.
Tidak juga ada informasi apakah alat pengharum ruangan yang lama harus diganti setiap tahun. Bukankah dengan alat yang lama, asalkan rutin diganti baterainya, bisa dilakukan refillisi kembali cairan pewangi? Demikian pula bisa ditanyakan ihwal tempat sampah. Kenapa tempat sampah yang lama harus diganti? Penghematan kiranya harus dilakukan DPR, dan anggaran untuk itu harus segera direvisi. Pengadaan barang di DPR harus diawasi.
Kita memang butuh gedung DPR yang bersih dan nyaman. Adalah tepat bagian cleaning service juga perlu ditingkatkan, selain ruangan mesti tetap wangi. Walau demikian, anggaran untuk bersih-bersih sebesar Rp 27 miliar untuk tahun ini sebaiknya tak segera diterima. Juga anggaran pemeliharaan rumah jabatan anggota DPR di Kalibata, Jakarta Selatan, yang sangat besar, Rp 32 miliar setahun.
Selain tiga hal tersebutpewangi, cleaning service, dan pemeliharaan rumah jabatanmasih ada anggaran yang janggal. Misalnya biaya makan dan perawatan medis rusa. Seperti kita ketahui, untuk memperindah kawasan DPR, sebagaimana juga di Kebun Raya Bogor, Monas, dan Taman Makam Kalibata, di taman-taman DPR dipelihara rusa yang berkeliaran bebas. Ada 58 rusa di halaman gedung wakil rakyat ini. Dokter khusus didatangkan dua kali seminggu untuk merawatnya. Biaya perawatan dan makan rusa ini sebesar Rp 600 juta. Apakah itu wajar?
Fadli Zon, Wakil Ketua DPR, mengaku tak tahu-menahu ihwal anggaran yang berlebihan itu. Semestinya, sebagai pucuk pimpinan DPR, dia hirau dengan potensi mark-up dalam rumah tangganya. Sebab, potensi ini bisa terjadi setiap tahun. Tahun ini kasus parfum bisa langsung disorot publik karena untuk pertama kalinya dokumen rencana pengadaan barang dan jasa ditayangkan secara elektronik untuk publik, sementara tahun-tahun sebelumnya tertutup dari publik. Bukan mustahil penggelembungan demikian telah terjadi bertahun-tahun.
Dibutuhkan pengawasan memadai terhadap pengadaan parfum dan jasa-jasa lain di lapangan. Sebab, pada tahap-tahap pelaksanaan inilah sebenarnya mafia anggaran mulai berusaha meraup keuntungan sebesar-besarnya. Adalah paradoks, ruangan DPR wangi tapi pengadaan pengharumnya berbau busuk.