Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hujan

Oleh

image-gnews
Iklan

Mungkin hari ini kita menyaksikan metamorfosis hujan.

Dulu kita bernyanyi lagu Maluku yang indah itu, "Kalau hujan sore-sore." Dulu kita ikut bersenandung dengan nada lembut Titiek Puspa, "rintik-rintik, hujan rintik-rintik." Dulu hujan adalah melankoli. Kini, tiap kali curah air dari langit menderas, kita dengan telaten tapi cemas mengikuti berita radio tentang berapa meter tinggi air bah yang merasuki dusun dan kota, meringsek rumah dan sekolah, klinik dan restoran, melumpuhkan komunikasi telepon dan mengganggu perdagangan. Seakan-akan kita tengah mengikuti reportase tentang seekor naga buas yang tengah memporak-porandakan kampung kita.

Sesuatu telah berubah, memang. Kita telah tahu itu. Sa-ya tak mengatakan hal yang baru jika di sini saya tulis bahwa banjir, tanah longsor, tanggul yang bobol, rel kereta yang rusak, roa-roa yang remukdan akhirnya bumi yang semakin panas karena lapisan ozon yang melenyapadalah akibat "kemajuan" yang rakus dan hasrat "memperbanyak" yang tak jera.

Tapi apa mau dikata: tak selamanya kita sadar akan sifat tamak yang sering kita pelihara dan manjakan sendiri itu. Padahal tiap potong kursi yang dibuat dari kayu hutan tropis, tiap are tanah yang diambil buat pusat perbelanjaan, tiap lembar kantong plastik yang dibuang sebagai sampah, tiap tetes sabun deterjen yang tercecer, tiap liter bensin yang diuapkan sebagai karbon dioksida, tiap butir zat kimia sintetis yang mengalir ke kalisemua itu pada akhirnya menghimpun sebuah daya yang membalik dan destruktif: semula dengan gemuruh manusia mengalahkan alam, tapi kini ia seperti tak berdaya di depan alam yang hampir hancur.

Di situlah kekonyolan: ada kombinasi antara kebakhilan dan ketamakan yang menyebabkan hujan membawa kerugian di kota semegah Jakarta. Para pemilik hotel, kantor besar, apartemen tinggi di wilayah Kuningan, misalnya, pernah dirugikan miliaran rupiah oleh air bah, tapi saya tak melihat ada investasi yang disiapkan untuk mencegah bencana itu berulang.

Yang kelihatan: dengan pesat manusia memperbesar tempatnyakarena keserakahan atau karena beranak-pinak seperti marmuttapi pada saat itu pula ia kehilangan dunung-nya.

Kata dunung saya pinjam dari bahasa Jawa. Dalam kamus yang disusun Empu Bahasa termasyhur itu, W.J.S. Purwadarminta, Baoesastra Djawa, yang terbit pada tahun 1939, dunung tak cuma berarti tempat (enggon) atau wilayah (wewengkon), tapi juga posisi yang pas (prenah).

Orang kehilangan dunung ketika ia mengutamakan tempat. Dengan membangun tempat, atau "kavling", kita memang menerangi ruang, mengukurnya, memetakannya dan memilikinya untuk digunakan. Duniayang sebenarnya berisi keragaman yang tak tepermanai, juga khaos yang rumit dan endapan sejarah yang dalamtelah direduksi jadi petak yang jinak. Dunia jadi sebuah gambar.

Tapi "gambar dunia" itu (Weltbild, konon kata Heideg-ger) bukanlah gambar tentang dunia, melainkan "dunia" yang ditatap, disetel, dan dikonsep sebagai "gambar". Kita tak akan dan tak pernah tinggal di sana sebenarnya. Bahkan di sanalah awal kita jadi terasing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebab di manakah posisi yang pas bagi kita? Karena kita terbiasa mengukur ruang yang bak gambar itu dengan angkadengan hektare, volume, dan rupiahkita pun terbiasa menyangka bahwa yang pas adalah yang harus dapat dibandingkan dengan posisi orang lain, atau posisi kita sendiri sebelumnya, sementara perbandingan itu berlangsung tak habis-habisnya.

Ada sebuah cerita Leo Tolstoy tentang seseorang yang terus-menerus membeli tanah dan tak pernah kenyang memperluas milik. Pada suatu hari ia mencoba mengukur wilayah kekuasaannya. Ia membawa meteran, berjalan kaki menghitung petak demi petak. Perjalanan itu tentu saja jauh sekali, karena tanah itu nyaris tanpa batas. Pada suatu titik, ia lelah, rubuh, mati, dan dikuburkan. Akhirnya tempatnya adalah sebidang tanah yang tak lebih luas ketimbang balai-balai si miskin. Di situlah ia di-prenah-kan. Di situlah dunung-nya.

Dunung adalah pengertian yang lahir dari kesadaran akan kefanaan. Meskipun terasa sangat romantis, ada yang layak direnungkan ketika Heidegger berbicara tentang hubungan kata Gothis wunian dengan kata Jerman lama bauen. Keduanya berarti "tinggal", "menghuni". Tapi kata wunian juga berarti "ada dalam damai". Damai berarti tak tersentuh bahaya dan gejolak. Dari kedamaian itulah kita bisa menilai posisi yang pas bagi kita.

Posisi yang pas itu, dunung, adalah posisi dalam apa yang disebut Heidegger "empat lipatan": di atas bumi, di bawah langit, di antara makhluk yang fana, di hadapan yang ilahi. Di sanalah manusia tak terasing, sebab ia tak melepaskan diri dan tegak sendiri sebagai sang penakluk. Ia tahu ia tak akan pernah selesai merengkuh. Rakustak hanya dalam hal tanah, tapi dalam segala halhanya akan membawanya kepada ilusi tentang kenyang, yang bersifat sementara, setelah ia memperkosa bumi.

"Bumi seperti seorang anak yang kenal sajak," kata Rainer Maria Rilke dalam Soneta Buat Orfeus. Bumi, tanpa kita sadari, mengenal ritme, kejutan, keakraban, keterpautan yang intens dengan kitabumi yang menyebabkan hujan seakan-akan berbicara nyaman, bukan terancam, bukan mengancam.

Saya tak tahu bisakah kita kembali ke sana. Mungkin saja. Saya mencoba berharap. Tiap kali hujan menggerojok kota ini dengan dahsyat, akan ada saat berhenti. Di saat itu kita akan bisa melihat pohon-pohon tampak segar, semakin hijau, seperti dicuci dari debu dan rasa lesu dan terik yang keras.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polisi Gadungan Ditangkap Polsek Ciputat Timur, Tipu Korban Untuk Merampas Motor

2 menit lalu

Barang bukti seragam polisi di Ditreskrimum, Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin, 7 Maret 2022. Penyalahgunaan atribut digunakan tersangka tindakan penipuan, yang berhasil meraih lebih dari Rp1 miliar. TEMPO/Cristian Hansen
Polisi Gadungan Ditangkap Polsek Ciputat Timur, Tipu Korban Untuk Merampas Motor

Unit Reskrim Polsek Ciputat Timur menangkap dua polisi gadungan. Sempat membawa kabur motor korban.


Jadwal Semifinal Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Jepang vs Irak

17 menit lalu

Selebrasi Ramadhan Sananta (kiri), Nathan Tjoe dalam perempat final Piala Asia AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Indonesia berhasil menang lewat laga dramatis dan adu penalti panjang. Tim Humas PSSI
Jadwal Semifinal Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Jepang vs Irak

Uzbekistan menjadi lawan timnas U-23 Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 2024 setelah mereka mengalahkan Arab Saudi.


Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

32 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron memberikan keterangan kepada wartawan terkait gugatannya terhadap UU KPK ke Mahkamah Konstitusi (MK), di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 15 November 2022. Nurul Ghufron menggugat UU KPK ke MK terkait batas umur minimal pimpinan KPK. TEMPO/Muhammad Ilham Balindra
Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengklaim informasi transaksi keuangan merupakan data pribadi yang bersifat rahasia.


PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

32 menit lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB


Pendaftaran Seleksi Mandiri Unpad Dibuka Pekan Depan, Begini Rincian Biaya UKT dan Iuran Masuknya

32 menit lalu

Suasana pelaksanaan Seleksi Mandiri Ujian Tulis Universitas Negeri Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Tempo/Arimbihp
Pendaftaran Seleksi Mandiri Unpad Dibuka Pekan Depan, Begini Rincian Biaya UKT dan Iuran Masuknya

Biaya UKT bagi mahasiswa baru hasil Seleksi Mandiri Unpad maksimal Rp 30 juta per semester. Iuran masuknya bisa mencapai Rp 195 juta.


Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

32 menit lalu

Ilustrasi Minyak Goreng. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/YU
Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.


Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

2 jam lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

Produser MD Entertainment Manoj Punjabi Badarawuhi di Desa Penari, mengucapkan selamat atas capaian Siksa Kubur.


Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

2 jam lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

Ronny Pangemanan menilai kombinasi pemain muda lokal dan naturalisasi di bawah arahan Shin Tae-yong melahirkan Timnas Indonesia yang bagus.


Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

3 jam lalu

Rayn Wijaya melamar Ranty Maria. Foto: Instagram.
Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

Ranty Maria mendapat lamaran dari sang kekasih, Rayn Wijaya tepat di hari ulang tahunnya ke-25 di tempat yang sudah lama diimpikannya.


Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

4 jam lalu

Konferensi Pers Pameran K-Pop D'Festa 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

Para penggemar K-Pop akan segera dimanjakan dengan pameran K-Pop D'Festa, di Jakarta.