Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pembredelan Buku

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Achmad Fauzi, Aktivis Multikulturalisme

Peradaban monolitik selamanya tak akan menghasilkan khazanah berpikir yang progresif. Terlebih ketika perbedaan mazhab pemikiran dilawan dengan kekerasan dan kesewenang-wenangan kekuasaan. Jangan hanya karena beda cara pandang atau paranoia politik yang sekarat, buku yang berjulukan jendela dunia harus dibredel dan diberangus, penerbitnya diserang, forum diskusinya dikacaukan.

Masa depan geliat buku dipastikan bakal pupus karena berhadapan dengan pemberangusan dan rasa benci. Padahal perbedaan ideologi dan pemahaman tidak selayaknya disikapi dengan aksi yang biadab. Pada zaman yang menjunjung tinggi tradisi keilmuan, perbedaan pemahaman harus dihentikan dengan memulai dialog yang terbuka dan bersifat akademis.

Sejarah kelam dunia perbukuan mencatat, Lekra Tak Membakar Buku karya Rhoma Aria Dwi Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan diharamkan beredar. Buku itu membuat alergi penguasa karena sampulnya bergambar palu dan arit. Penulisnya telah mencabut sampul gambar dan menggantinya dengan yang lain, namun rezim tetap tidak kompromi.

Buku kontroversial yang mengalami nasib sama adalah Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Bank Century yang ditulis George Junus Aditjondro. Buku hasil riset yang mengungkap dugaan keterlibatan SBY dan keluarganya dalam skandal Century ini ditarik dari toko buku. Setali tiga uang, buku Tenggelamnya Rumpun Melanesia: Pertarungan Politik NKRI di Papua Barat karangan Sendius Wonda juga disita oleh aparat.

Pembunuhan intelektual terhadap pengarang buku kontroversial dan pemberangusan penerbit berhaluan kiri seolah menjadi drama peperangan paling menakutkan dalam dunia keilmuan. Peristiwa itu bukan saja mencederai rasa kemanusiaan karena telah memakan korban yang berdarah-darah seperti yang menimpa salah satu penerbit di Yogyakarta. "Kesakralan" buku menjadi terusik karena dikotori oleh tindakan para pengecut yang kalah dalam perang pemikiran dan gagal menemukan cara elegan untuk mengakui kekalahannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertempuran ide dan pemahaman yang melahirkan banyak buku menjadi ciri kematangan masyarakat ilmiah. Sebaliknya, penyerangan dan penghakiman terhadap realitas tafsir yang majemuk menjadi pertanda kemandulan akal dan karakter zaman kegelapan. Setiap untaian kata dalam buku dapat mengubah peradaban dunia, sehingga sangat disayangkan apabila buku justru dijadikan peranti jebakan yang mematikan. Amarah dalam sebuah gerakan yang menjadikan penerbit buku dan penulisnya sebagai obyek sasaran kekerasan sangat kontraproduktif dengan keagungan buku sebagai saripati pergolakan berpikir.

Betapa indahnya menyimak pergulatan ide dalam buku dengan menanggalkan unsur tekanan, teror, dan kekerasan di dalamnya. Para pemikir dunia yang telah menelurkan banyak buku, menganggap perbedaan penafsiran sebagai otokritik atas konstruksi tesis yang dibangun.

Seperti itulah mestinya menulis sejarah peradaban dengan tinta emas. Bukan dengan tinta darah yang identik dengan sikap primitif. Pemberangusan buku adalah tindakan culas dan kasar. Ideologi provokatif yang menyerukan kekerasan, pembunuhan, dan klaim kebenaran adalah bentuk tradisi barbar yang kaku menghadapi modernitas. Karena itu, masyarakat ilmiah sangat mengutuk tindakan penghakiman dan pembredelan terhadap buku.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Buku Terlarang yang Pernah Dirazia di Indonesia

6 November 2023

Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius
5 Buku Terlarang yang Pernah Dirazia di Indonesia

Karena berbagai alasan, ratusan buku pernah dirazia di Indonesia. Inilah sebagian buku terlarang itu.


Bulu Tangkis: Kata Rionny Mainaky Setelah Indonesia Jadi Juara Grup Piala Thomas

14 Oktober 2021

Tim bulu tangkis Indonesia untuk Piala Thomas 2021. (twitter/@INABadminton)
Bulu Tangkis: Kata Rionny Mainaky Setelah Indonesia Jadi Juara Grup Piala Thomas

Rionny Mainaky puas dan lega melihat performa Tim Indonesia selama mengarungi babak penyisihan Grup A Piala Thomas.


Buku-Buku yang Pernah Dirazia karena Dianggap Berbau Komunis

30 September 2021

Ilustrasi razia buku PKI. Antaranews.com
Buku-Buku yang Pernah Dirazia karena Dianggap Berbau Komunis

Berita tentang penyitaan terhadap buku-buku berhaluan kiri, memuat paham komunisme, atau berbau PKI oleh aparat kerap terdengar.


Hong Kong Perintahkan Sekolah Buang Buku yang Melanggar UU

8 Juli 2020

Orang-orang membaca buku di Perpustakaan Pusat Hong Kong setelah buku-buku aktivis demokrasi dilarang karena undang-undang keamanan nasional di Hong Kong, Cina 6 Juli 2020. [REUTERS / Tyrone Siu]
Hong Kong Perintahkan Sekolah Buang Buku yang Melanggar UU

Biro Pendidikan Hong Kong memerintahkan sekolah-sekolah mengeluarkan buku-buku yang melanggar UU Keamanan Nasional Hong Kong.


Soal Penyitaan Buku PKI, JJ Rizal: Tak Sesuai Amanat UUD 1945

27 Desember 2018

Sejarawan JJ Rizal dalam acara diskusi Radio MNC Trijaya Network di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 14 Oktober 2017.  TEMPO/Larissa
Soal Penyitaan Buku PKI, JJ Rizal: Tak Sesuai Amanat UUD 1945

Penyitaan buku yang menyinggung PKI dan komunisme oleh TNI dan Polri justru dianggap tak sesuai dengan amanat UUD 1945.


Seputar Buku Berisi Isu PKI dan Komunisme yang Disita TNI - Polri

27 Desember 2018

Komando Distrik Militer 0809 Kediri mengamankan ratusan buku tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) di sejumlah toko buku di Kediri pada Rabu, 26 Desember 2018. Sumber: Istimewa
Seputar Buku Berisi Isu PKI dan Komunisme yang Disita TNI - Polri

Buku seputar isu PKI dan komunisme yang disita TNI di Kediri banyak dijual di toko-toko buku di Jakarta dan kota besar lainnya.


Terkait Buku Soal Komunis, 3 Mahasiswa Diskors Pihak Kampusnya

8 Maret 2017

Aliansi Aktivis Literasi memberikan pernyataan sikap bersama Stop pemberangusan buku, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 13 Mei 2016. Kegiatan razia buku tersebut dilakukan pemerintah untuk mencegah kebangkitan komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI). TEMPO/Imam Sukamto
Terkait Buku Soal Komunis, 3 Mahasiswa Diskors Pihak Kampusnya

Telkom University menghukum mahasiswanya dengan skorsing diduga karena terkait buku tentang komunis saat menggelar lapak buku di dalam kampus.


Menemukan Konten Tak Patut pada Buku Anak, Lapor ke Mana?

24 Februari 2017

Foto ilustrasi anak membaca buku
Menemukan Konten Tak Patut pada Buku Anak, Lapor ke Mana?

Sebagian orang mengunggah isi bacaan yang kontroversial ke media sosial. Justru menambah ruwet?


Heboh Buku Aku Berani Tidur Sendiri, Bagaimana Penyusunannya

24 Februari 2017

Permohonan maaf dari penulis dan penerbit buku
Heboh Buku Aku Berani Tidur Sendiri, Bagaimana Penyusunannya

Penulis buku Aku Berani Tidur Sendiri memahami perasaan para orang tua yang khawatir jika anak mreka membaca buku tersebut tanpa pendampingan.


Buku Jokowi Undercover, Kakak Penulis Membela Adiknya  

7 Januari 2017

Buku Jokowi Undercover. instagram.com
Buku Jokowi Undercover, Kakak Penulis Membela Adiknya  

Bambang Sadono merupakan anggotad DPD.