TEMPO.CO, Jakarta - Iwel Sastra, komedian, @iwel_mc
Tanpa disadari, sejak duduk di sekolah dasar sebenarnya kita sudah terbiasa dikejar deadline atau batas waktu. Seperti ketika mengerjakan soal ujian, kita diberi batas waktu untuk menyelesaikannya. Ketika sudah memasuki batas waktu, guru atau pengawas ujian akan mengucapkan kata-kata yang hingga sekarang pasti masih melekat dalam ingatan kita semua, yakni: "selesai tidak selesai harap dikumpulkan." Siswa yang sudah selesai menjawab semua soal tentu tenang saja. Yang belum selesai menjadi panik dan menggerutu. Yang belum selesai ini terbagi dua, ada yang belum selesai menjawab dan ada juga yang belum selesai menyalin jawaban teman. He-he-he.
Ada yang menarik dalam strategi penjualan belakangan ini yang menggunakan strategi batas waktu. Calon pembeli dipaksa untuk segera membuat keputusan membeli saat itu juga karena besok harga naik. Secara bercanda kepada rekan-rekan yang bekerja di bidang penjualan, saya menyebut ini sebagai penjualan bergaya mengancam. Istri saya pernah tergoda oleh kata-kata "besok harga naik." Dia membeli sebuah produk pada hari itu juga sebelum harganya naik. Keesokan harinya istri saya merasa menang karena harga produk tersebut memang naik. Namun istri saya terpaksa menunda rasa bahagianya karena dia membaca iklan produk itu yang menyebutkan "besok harga turun." Istri saya pun ngedumel: "naik turun, emangnya yoyo!"
Selama ini orang lebih sering diberi batas waktu oleh pekerjaan dan perusahaan. Dengan adanya batas waktu, seseorang dipaksa untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ada baiknya jangan hanya pekerjaan atau orang lain yang memberi kita batas waktu, tapi cobalah memberi batas waktu terhadap diri sendiri. Misalnya, saat kita memiliki target dan tujuan tertentu dalam hidup. Dengan adanya batas waktu yang ditetapkan, kita lebih memanfaatkan waktu dengan efektif. Tidak menunda-nunda action saat memiliki suatu rencana. Bayangkan seorang jomblo yang tidak memberi batas waktu kapan mengakhiri masa lajang, dia akan segera berada di pelaminan bukan untuk mendapat ucapan selamat sebagai pengantin, melainkan untuk memberikan ucapan selamat kepada pengantin. He-he-he.
Untuk ruang yang lebih luas, batas waktu ini sangat penting bagi seorang pemimpin. Ini menjadi sangat penting karena berbagai harapan diletakkan di pundak pemimpin. Harapan yang diletakkan terlalu lama dan hanya selalu menjadi harapan akan melahirkan kekecewaan dan krisis kepercayaan. Seorang pemimpin harus berani memberikan batas waktu terhadap dirinya sendiri. Ketidakmampuan pemimpin dalam memimpin terlihat dari caranya menetapkan batas waktu untuk dirinya sendiri. Pemimpin harus menghindari mengulur-ngulur waktu. Layangan pun jika diulur terus lama-lama pasti lepas.
Motivator dunia Anthony Robbins menyebutkan pemimpin harus membuat terobosan. Menurut saya, dalam membuat terobosan, pemimpin harus memiliki batas waktu, yaitu secepat mungkin orang bisa merasakan terobosan tersebut dalam arti positif. Pemimpin harus bertindak cepat. Seperti yang dicontohkan oleh pendiri bangsa ini melalui naskah proklamasi yang kutipannya berbunyi: "hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya."