Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seratus Tahun Teori Relativitas Einstein

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sabine Hossenfelder, asisten professor di The Nordic Institute for Theoretical Physics, Stockholm, Swedia

Tahun ini menandai seratus tahun lahirnya teori relativitas Albert Einstein, sebuah mahakarya yang melukiskan gravitasi sebagai kelengkungan ruang dan waktu. Namun, sebagaimana sering terjadi dalam sains, ketajaman pemikiran Einstein mengantarkan ilmuwan pada pertanyaan yang lebih banyak ketimbang jawabannya.

Menemukan penjelasan tunggal yang memenuhi semua persamaan yang diajukan Einstein—ruang dan waktu yang menggambarkan kelengkungan alam semesta—memang sulit. Karena itu, teori yang dikembangkannya itu lambat dipahami. Studi awal dan pengujian pertama yang krusial oleh para ilmuwan terpaksa menggunakan perkiraan-perkiraan saja. Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk mengembangkan teknik mengklarifikasi dan mendapatkan solusi-solusi baru. Tapi sekarang banyak solusi diketahui, dan persoalan-persoalan yang rumit lainnya, seperti medan gravitasi di dua bintang yang bertabrakan, dapat dikaji dengan menggunakan komputer yang melakukan kalkulasi numeriknya.

Teori Einstein tak hanya menggambarkan perkembangan alam semesta kita dimulai dari Dentuman Besar sampai Lubang Hitam, ia juga mengajarkan kepada fisikawan relevansi dari geometri dan simetris—pengetahuan yang menyebar dari fisika atom sampai kristalografi. Walaupun ada keserupaan antara teori milik Einstein dan teori-teori lainnya di bidang fisika, ia menolak menyatukan teori itu dengan mekanika kuantum—teori yang menjelaskan perilaku dominan materi pada skala atom dan sub-atom.

Menurut teori Einstein, gravitasi berbeda dengan kekuatan-kekuatan fisik yang dikenal manusia, tidak terkuantisasi. Ia tidak tunduk pada prinsip ketidakpastian Heisenberg yang terkenal itu. Medan elektro-magnetik dari suatu zarah yang melewati dua celah dapat sekaligus melewati kedua celah itu. Padanan gravitasionalnya tidak dapat berbuat serupa.

Ketidaksetaraan antara pemahaman kita mengenai gravitasi dan teori-teori kuantum mengenai materi merupakan suatu teka-teki yang sulit ditebak bagi fisikawan teoretis, karena ia berujung pada kontradiksi matematika.

Jelas, ada sesuatu mengenai kombinasi teori kuantum dan gravitasi yang masih belum diketahui, serta pemahaman kita mengenai ruang, waktu, dan materi ini terletak pada terurainya hubungan antaranya itu. Menemukan deskripsi gravitasi yang sesuai dengan pemahaman kita mengenai fisika kuantum akan membawa revolusi di bidang kosmologi, menghasilkan wawasan-wawasan baru dalam memahami alam semesta kita, dan memberikan pemahaman yang lebih dalam yang menjadi landasan berpijak semua fisika modern. Walaupun terdapat potensi dampak yang besar dari suatu terobosan seperti ini serta upaya generasi-generasi fisikawan untuk mengenal hal ini, kita masih belum tahu teori mana yang benar.

Berbeda dengan bagaimana rasanya ketika Anda mencoba bangun dari tempat tidur pada pagi hari, gravitasi sesungguhnya merupakan kekuatan mendasar paling lemah yang telah teridentifikasi. Dibutuhkan dorongan statis beberapa elektron saja untuk membuat rambut Anda tegak lurus, mengalahkan tarikan gravitasi dari keseluruhan planet bumi. Dalam dunia atom dan sub-atom, gravitasi tidak relevan dibandingkan dengan apa saja yang terjadi saat ini, yang semuanya bisa dilukiskan oleh teori-teori kuantum.

Begitu lemahnya gravitasi membuat pengukurannya di level kuantum begitu sulit. Akibatnya, kita tidak memiliki data eksperimental untuk membimbing fisikawan teoretis mengembangkan teori yang belum ada itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendeteksi suatu graviton—partikel hipotetis yang membentuk bagian dari sesuatu medan gravitasi—membutuhkan pemecah partikel seukuran galaksi Bima Sakti atau sebuah detektor dengan massa sebesar Planet Jupiter. Eksperimen semacam itu tentu saja ada di luar kemampuan teknologi kita, sehingga fisikawan telah berfokus pada upaya menghilangkan kontradiksi matematis ini dulu, dengan menggunakan pendekatan-pendekatan, seperti string theory, loop quantum gravity, dan asymptotically safe gravity. Tapi, untuk mengetahui teori mana yang menggambarkan realitas, ilmuwan tetap harus melakukan eksperimen.

Itulah sebabnya, mengapa selama sepuluh tahun terakhir ini fisikawan mulai mencari bukti tidak langsung mengenai gravitasi kuantum. Daripada berupaya mendeteksi gravitasi kuantum, para peneliti mencari efek-efek lainnya yang akan menunjukkan bahwa gravitasi itu terkuantisasi. Pengujian-pengujian ini bekerja seperti pengujian yang memanfaatkan stabilitas atom sebagai bukti tidak langsung kuantisasi kekuatan elektromagnetik.

Sejauh ini, upaya-upaya ini tidak berhasil mendeteksi bukti-bukti yang dicari tersebut. Namun bagaimanapun juga, ia telah berujung pada perkembangan-perkembangan yang penting, karena hasil-hasil yang negatif itu telah meniadakan beberapa hipotesis yang masuk akal. Dan, walaupun para peneliti mungkin tidak menunjukkan hasil yang mendukung sesuatu teori, mereka telah memajukan perkembangan sains yang mendefinisikan dengan lebih jelas kriteria pengamatan yang harus diperhatikan setiap teori kuantum.

Sementara kita memperingati pencapaian Einstein, kita harus menggunakan kesempatan ini untuk merayakan semangat yang tidak pernah kendur dari mereka yang terus maju dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diwariskan teori Einstein kepada kita. Apa yang diwariskannya kepada kita itu telah membuahkan penelitian-penelitian di bidang-bidang yang berharga. seperti kosmologi, relativitas umum numerik, dan gravitasi kuantum.

Teori relativitas umum Einstein memperkenalkan kepada kita lubang cacing (wormholes), evaporating black holes, dan teori Dentuman Besar; ia menggarisbawahi penemuan yang menyatakan bahwa alam semesta itu meluas dan bahwa apa yang dinamakan planet di luar tata surya itu ternyata lebih umum daripada yang diperkirakan siapa pun; dan ia telah mendefinisikan kembali dengan jelas cara kita berpikir mengenai tempat kita sendiri dalam alam semesta, yang pada akhirnya bahkan mempertanyakan apakah alam semesta kita ini cuma satu-satunya.

Tahun ini merupakan momen yang baik untuk mengapresiasi para visioner yang telah memahami bahwa kemajuan yang berkelanjutan bergantung pada pengembangan teori-teori yang baru dan lebih baik, yang dampaknya mungkin tidak sepenuhnya dipahami selama puluhan tahun—yang mungkin terus bercabang pada 100 tahun kemudian. l


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia