PANITIA seleksi calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus lebih proaktif dalam proses pemilihan pemimpin lembaga antirasuah ini. Dengan memanfaatkan waktu tersisa, setelah penundaan penutupan pendaftaran dari 24 Juni menjadi 3 Juli, panitia harus rajin jemput bola.
Mereka harus lebih banyak menemui orang-orang yang layak memimpin KPK yang kerap enggan mendaftar atau bertemu dengan lembaga-lembaga yang mengenal baik orang-orang yang layak menjadi kandidat pemimpin lembaga antikorupsi itu. Seperti ketika panitia menemui Jaksa Agung dan meminta nama jaksa yang mendaftar. Semuanya demi mendapatkan kandidat yang profesional dan layak menjadi penentu keputusan.
Hingga menjelang akhir pekan lalu, dari sekitar 500 orang yang mendaftar, separuhnya adalah advokat-profesi yang "dekat" dengan KPK, meski para advokat pendaftar belum tentu pernah "berkasus" di pengadilan korupsi atau juga berhadap-hadapan dengan KPK. Sedangkan lembaga lain yang juga kerap bersinggungan dengan KPK atau kasus korupsi mengalirkan pula orang-orangnya. Kepolisian, misalnya, "menyetor" belasan orang, baik yang masih aktif maupun purnawirawan. Juga ada pendaftar hakim dan jaksa.
Banyak orang khawatir akan independensi para pendaftar dari profesi ini, meski mereka memiliki kemampuan dalam penyelidikan, penyidikan, juga penuntutan. Terutama bila menyangkut kasus yang melibatkan orang-orang dari lembaga asal mereka. Karena itulah tindakan jemput bola sangat diperlukan demi mendapatkan banyak kandidat yang layak memimpin KPK.
Tugas memberantas korupsi merupakan pekerjaan sangat berat di negeri yang dirundung kejahatan korupsi di berbagai lini ini. Apalagi musuh yang akan mereka hadapi nanti adalah orang-orang yang kemungkinan besar sangat pintar, sangat paham soal tindakan mereka, atau orang-orang "kuat". Jadi, selain bisa independen dan berani, banyak nilai dan kemampuan lain yang mesti dipenuhi.
KPK telah mengusulkan 17 kompetensi yang diperlukan para calon pemimpin mereka, di antaranya menyangkut integritas, keberanian, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menjalin kerja sama, serta pengetahuan di bidang penyidikan dan penuntutan. Dan yang juga tak kalah penting: kejujuran. Kriteria ini bisa menjadi bekal tambahan panitia untuk terjun menjemput bola mencari kandidat unggul.
Kemampuan membujuk juga sangat diperlukan para anggota panitia bila menemukan orang-orang yang diyakini mampu bekerja bagus. Sebab, tidak sedikit orang yang hebat tapi enggan berebut kursi pemimpin KPK. Panitia memang harus bekerja ekstrakeras. Dan sekarang adalah saat yang sangat menentukan untuk "menarik" orang-orang hebat mendaftar hingga penutupan pada 3 Juli mendatang. Publik akan membantu penyortiran dengan memberikan informasi tentang latar belakang para calon. Tapi tanggung jawab terbesar berada di pundak para anggota panitia seleksi.