Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tragedi Mei

image-profil

image-gnews
Iklan

Tom Saptaatmaja, Alumnus St Vincent de Paul

Mencoba membuka misteri kerusuhan Mei 1998 memang sulit. Ada sejumlah pihak yang justru mencoba menutupi dengan rapat dan rapi. Kenyataan ini tentu sangat getir bagi para korban dan keluarganya. Simak saja ibu Ruyati Darwin, 67 tahun, yang masih terus mencari Teten Karyana, 32 tahun, yang ikut menjadi korban Tragedi Mei 1998. Teten meninggal saat terjebak dalam kebakaran Yogya Plaza, salah satu pusat belanja di Klender, Jakarta Timur.

Penderitaan Ruyati yang teramat pedih ternyata kerap hanya dianggap sebagai angin lalu. Rezim sebelum Jokowi dengan perangkat hukumnya yang seharusnya menegakkan keadilan bagi korban ternyata lebih suka melindungi kepentingan pelaku atau dalang dari peristiwa itu. Impunitas sungguh diberlakukan dalam Tragedi Mei.

Tim Pencari Fakta telah merekomendasikan cukup banyak bukti. Sayang banyak bukti yang diserahkan telah hilang atau sengaja dihilangkan. Yang sekarang tersisa hanya fotokopi dari dokumen itu.

Yang menjengkelkan, jasad korban Tragedi Mei pun dikecilkan keberadaannya. Misalnya, dengan menyebut potongan tubuh yang ditemukan hangus dalam peristiwa terbakarnya Plaza Sentral Klender, Jakarta Timur, bukan orang, melainkan manekin.

Upaya penggelapan semacam itu masih terus terjadi. Akibatnya peristiwa seperti Tragedi Mei hingga sekarang masih mandek menjadi misteri yang entah sampai kapan akan terungkap.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Padahal pengungkapan dan penegakan hukum bagi pelaku Tragedi Mei sangat penting. Bukan hanya sangat penting bagi upaya menegakkan keadilan dan tanggung jawab negara bagi para korban, tapi juga menjaga dan menyelamatkan citra negeri kita di mata masyarakat internasional. Kalau masyarakat internasional melihat ada penegakan hukum yang sungguh-sungguh di negeri kita, maka mereka, khususnya para investor, tidak akan sungkan lagi menanamkan modalnya di negeri kita.

Seperti kita tahu, korban Tragedi Mei 1998 ternyata tidak hanya terkait dengan perempuan Tionghoa. Tapi juga meliputi berbagai investor yang dulunya banyak sekali dari Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Filipina, maupun Thailand.

Namun, di atas segala-galanya, pengungkapan Tragedi Mei sesungguhnya sangat penting pertama-tama demi penghargaan, tanggung jawab, sekaligus keadilan bagi para korban. Pengungkapan juga perlu untuk menguji kematangan dan kedewasaan kita sebagai bangsa. Kedewasaan bangsa bisa diukur dari keberanian bangsa itu menatap masa lalunya. Di Atlanta City, Georgia, Amerika Serikat, terdapat makam Martin Luther King Jr dan museumnya. Di museum itu biasa diputar film-film bagaimana orang “Afro-American” atau bisa disebut orang kulit hitam didiskriminasi atau disiksa oleh warga kulit putih karena hukum segregasi yang diterapkan oleh negara. Keberadaan makam atau museum itu hanya salah satu bukti betapa AS merupakan bangsa yang tidak malu mengakui masa lalunya yang buruk demi kemajuannya di masa depan.

Presiden Jokowi berjanji hendak menuntaskan Tragedi Mei. Gubernur DKI Jakarta Basuki juga meresmikan Prasasti Mei '98 di Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon, Rabu (13 Mei). Prasasti itu terwujud berkat upaya Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). Lewat prasasti itu, negara coba diingatkan untuk menyelesaikan Tragedi Mei 1998. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menteri Yasonna Laoly Minta Masyarakat untuk Terus Mendesak Penuntasan Kasus Kerusuhan Mei 1998

1 Februari 2024

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H. Laoly.
Menteri Yasonna Laoly Minta Masyarakat untuk Terus Mendesak Penuntasan Kasus Kerusuhan Mei 1998

Menteri Hukum dan HAM menerima sejumlah advokat dari TPDI yang meminta penuntasan kasus Kerusuhan Mei 1998.


Amnesty Minta Negara Tak Lupa Usut Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

15 Mei 2023

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid. Foto: TEMPO | Hilman Faturrahman W
Amnesty Minta Negara Tak Lupa Usut Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Amnesty International Indonesia meminta pemerintahan mengusut kekerasan seksual dalam Tragedi Kerusuhan Mei 1998.


Jejak Samar Kekerasan Seksual Mei 98 di Surabaya

7 April 2023

Warga yang melakukan penjarahan di toko-toko pada saat kerusuhan Mei 98. RULLY KESUMA
Jejak Samar Kekerasan Seksual Mei 98 di Surabaya

Komnas Perempuan sedang menelusuri jejak kekerasan seksual Mei 1998 di Surabaya.


Dipicu Kekerasan Seksual 1998, Inilah Sejarah Berdirinya Komnas Perempuan

20 Agustus 2022

Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin (kiri) bersama Azriana (tengah) dan Masruchah saat  menggelar konferensi pers terkait tidak disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual oleh DPR RI periode 2014-2019 di Kantor Komnas Perempuan, Jakarta, Senin, 1 Oktober 2019. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Dipicu Kekerasan Seksual 1998, Inilah Sejarah Berdirinya Komnas Perempuan

Komnas Perempuan dibentuk sebagai buntut tindak kekerasan terhadap perempuan dalam kerusuhan Mei 1998.


12 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Pernah Ditangani Komnas HAM

27 Juli 2022

Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono yang juga Ketua tim khusus bentukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mendalami kasus penembakan terhadap Brigadir J oleh Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo bersama Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik saat memberikan keterangan pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat 15 Juli 2022. Kedatangan Wakapolri untuk melakukan pertemun dengan Komnas HAM terkait kasus kasus penembakan terhadap Brigadir J oleh Bharada E. TEMPO/Subekti.
12 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Pernah Ditangani Komnas HAM

Selain kasus kematian Brigadir J, Komnas HAM banyak terlibat menangani kasus pelanggaran HAM berat lainnya. Apa saja kasus tersebut?


Catatan 5 Peristiwa Sebelum Soeharto Lengser sebagai Presiden RI

14 Mei 2022

Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjabat. wikipedia.org
Catatan 5 Peristiwa Sebelum Soeharto Lengser sebagai Presiden RI

Peristiwa 12 sampai 15 Mei 1998 di Jakarta dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998 menjadi satu penyebab Soeharto lengser sebagai Presiden pada 21 Mei 1998


Kronologi Tragedi Kerusuhan 12 - 15 Mei 1998, Gugur 4 Mahasiswa Trisakti

13 Mei 2022

Seorang mahasiswa menabur bunga memperingati tragedi 12 Mei 1998 di kampus Universitas Trisakti, Jakarta (12/5).  ANTARA/Paramayuda
Kronologi Tragedi Kerusuhan 12 - 15 Mei 1998, Gugur 4 Mahasiswa Trisakti

Peristiwa 12 sampai 15 Mei 1998 di Jakarta dikenal sebagai Tragedi Mei 1998. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak dan timbulnya kerusuhan massa.


Dunia Kecam Kerusuhan Mei 1998, Indonesia Dianggap Gagal Lindungi Warga Negara

14 Mei 2021

Kerusuhan Mei 1998, menjelang Soeharo lengser, berupa amuk massa, pembakaran, penjarahan dan pemerkosaan. Ita Marthadinata, korban pemerkosaan, yang kemudian dibunuh sehari menjelang ia pergi ke PBB untuk sampaikan testimoni. MARIA FRANSISCA
Dunia Kecam Kerusuhan Mei 1998, Indonesia Dianggap Gagal Lindungi Warga Negara

Pemerintahan Indonesia mendapat kecaman keras dari Singapura, Taiwan, Malaysia, Thailand dan Amerika Serikat saat terjadi kerusuhan Mei 1998.


Kerusuhan Mei 1998, Sejarah Kelam Pelanggaran HAM di Indonesia

14 Mei 2021

Massa membalik dan membakar mobil pada kerusuhan tanggal 14 mei 1998 di jalan hasyim ashari, Jakarta [ Bodhi Chandra/ DR; 20000422 ].
Kerusuhan Mei 1998, Sejarah Kelam Pelanggaran HAM di Indonesia

Kerusuhan Mei 1998 jadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia, pelanggaran HAM terjadi secara masif kala itu.


Hujan di Balik Jendela, Kisahkan Pengorbanan dan Ketulusan Cinta

8 Februari 2021

Film Hujan di Balik Jendela. Foto: Falcon Pictures
Hujan di Balik Jendela, Kisahkan Pengorbanan dan Ketulusan Cinta

Selain ceritanya yang bagus, Bio One merasa setiap karakter di film Hujan di Balik Jendela ini punya kerumitan masing-masing yang beragam.