Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Vonis Mati dan Masa Depan Mesir

image-profil

image-gnews
Iklan

Ibnu Burdah, Koordinator Program S3 Kajian Timur Tengah, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Vonis mati terhadap Mursi, Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, dan sejumlah pimpinan teras Al-Ikhwan al-Muslimun (IM) baru-baru ini jelas merupakan rekayasa pengadilan Mesir untuk kepentingan rezim militer yang berkuasa. Demikian pula vonis mati terhadap Mohammad Badie, Mursid 'amm IM, dan sekitar 14 pemimpin IM yang diumumkan beberapa bulan sebelumnya.

Mereka, atau sebagian dari mereka, bahkan berada di pihak korban dalam aksi kekerasan yang dilakukan aparat Mesir pada Agustus 2013 di sekitar Masjib Rab'ah al-Adawiyah tersebut. Saat itu, mereka melakukan aksi duduk besar-besaran di wilayah Rab'ah untuk memprotes pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan militer Mesir. Mereka menuntut agar kekuasaan Presiden Mursi, yang dipilih melalui pemilu demokratis, dikembalikan. Namun mereka akhirnya dibubarkan secara paksa oleh militer dengan menggunakan alat-alat berat. Peristiwa tragis yang menyebabkan ribuan orang meninggal itu kini menjadi simbol perlawanan sipil terhadap rezim Sisi.

Mengapa rezim Sisi nekad menjatuhkan vonis mati bagi Mursi dan para pemimpin Ikhwan yang sudah dipenjara? Bahkan, tersiar kabar bahwa eksekusi terhadap para pemimpin dan pengikut Ikhwan tersebut sudah dimulai. Apakah kira-kira vonis itu akan membuat Mesir lebih aman dan dapat dikendalikan sehingga ekonomi negara itu, yang sudah demikian terpuruk, dapat dibangkitkan kembali, sebagaimana pernyataan Sisi berulang kali? Atau justru sebaliknya, Mesir akan menghadapi situasi yang berat lagi sebagaimana pada saat-saat penjatuhan Mubarak dan penjatuhan Presiden Mursi?

Santer diberitakan bahwa negosiasi antara rezim dan para pemimpin Ikhwan itu berjalan intensif di penjara. Bahkan, sebagian aksi proses tersebut dilakukan lewat mediasi pihak asing. Rezim Sisi menyadari benar kekuatan Ikhwan saat ini. Mereka merupakan pemenang pemilu pertama Mesir yang dilakukan secara demokratis. Mereka tumbuh dan besar meski dalam situasi yang sangat sulit. Akar, batang, cabang, daun, dan buah Ikhwan sudah menancap kuat di bumi Mesir. Karena itu, hingga kini, saat organisasi itu dicap sebagai organisasi teroris, kelompok ini masih bertahan.

Namun para pemimpin Ikhwan yang telah dipenjara sepertinya tak bisa ditundukkan. Mereka tetap saja berkeras tak mau mengakui eksistensi rezim militer pimpinan Sisi. Bahkan, saat sidang yang disorot kamera, para pemimpin Ikhwan selalu meneriakkan slogan-slogan kemenangan atau mengacungkan empat jari sebagai simbol perlawanan. Bahkan, Presiden Mursi masih menganggap dirinya sebagai Presiden Mesir yang sah. Ia sering tampil di depan pengadilan dengan mengenakan baju layaknya presiden, meski ia dan para pemimpin Ikhwan itu dikerangkeng.

Vonis mati mungkin dimaksudkan untuk mempengaruhi pendirian kukuh para pemimpin Ikhwan itu agar mau berkompromi dengan kenyataan yang ada sekarang. Kenyataan bahwa yang berkuasa adalah Jenderal Sisi, dan militer kembali menguasai sumber-sumber ekonomi Mesir. Itulah kepentingan utama rezim sekarang, yakni mempertahankan kekuasaan serta penguasaan terhadap sumber ekonomi Mesir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Vonis ini mungkin juga merupakan ancaman serius bagi pemerintah militer Sisi terhadap gerakan rakyat Mesir yang hingga kini belum reda. Kelompok-kelompok anti-pemerintahan militer dari berbagai aliran, termasuk dari Kelompok Pemuda 6 April, pelopor Revolusi 25 Januari, terus menggelorakan perlawanan.

Mereka memang sulit mengadakan demonstrasi besar-besaran, terutama di tempat strategis seperti Tahrir dan Lapangan Nahdhah. Namun mereka melakukan segala cara untuk menyampaikan pesan perlawanan ini kepada seluruh rakyat Mesir. Meski diberangus dan dibatasi secara amat ketat, media-media baru, seperti Twitter dan Facebook, menjadi andalan bagi penyebaran benih-benih gagasan.

Benih-benih gagasan perlawanan ini begitu masif dan terus menyebar dengan caranya sendiri. Penulis yakin bahwa gagasan untuk melawan rezim militer sudah hampir menjadi common belief di kalangan rakyat Mesir, terutama anak mudanya. Keyakinan bersama ini hanya memerlukan momentum dan pemicu (trigger) untuk terjadinya sebuah gerakan berskala besar sebagaimana sebelumnya. Masa depan Mesir sepertinya mengarah pada gerakan rakyat jilid III.

Dan jika hal itu terjadi, ongkos yang mesti dibayar rakyat Mesir sungguh sangat besar. Mereka sudah berkorban untuk penjatuhan rezim Mubarak, lalu mereka berkorban atau diperalat untuk menjatuhkan Mursi, dan kini mereka mungkin harus berkorban lagi untuk menegakkan "harga diri" serta mengembalikan kedaulatan rakyat yang lagi-lagi telah dirampas oleh rezim.*

***

Penulis yakin bahwa gagasan untuk melawan rezim militer sudah hampir menjadi common belief di kalangan rakyat Mesir, terutama anak mudanya. Keyakinan bersama ini hanya memerlukan momentum dan pemicu (trigger) untuk terjadinya sebuah gerakan berskala besar sebagaimana sebelumnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

8 September 2017

Ilustrasi. azpenalreform.a
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu


Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

31 Agustus 2017

Tampak dua mahasiswa Indonesia menunggu evakuasi ke Bandara untuk kembali ke Indonesia di tepi jalan Kota Kairo, Mesir. Dokpri. Ahda Sabila
Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.


PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

10 Agustus 2017

TEMPO/Budi Yanto
PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir


Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

24 Juli 2017

Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi. REUTERS
Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.


Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

15 Juni 2017

Ilustrasi bayi baru lahir. shutterstock.com
Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.


Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

27 Mei 2017

Kerabat menangis dan berdoa di depan peti jenazah kerabatnya yang tewas akibat serangan bus, di Katedral Abu Garnous di Minya, Mesir, 26 Mei 2017. AP Photo
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.


Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

8 Mei 2017

Ahmed Hosni Taha, rektor Universitas Al Azhar . alg24.net
Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad


Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

6 Mei 2017

Pendukung Ikhwanul Muslimin bentrok dengan polisi saat unjuk rasa di Kairo Matariya, Mesir, 1 Juli 2015. Mereka memprotes pemerintah yang menetapkan hari libur nasional, setelah dua tahun penggulingan Presiden Mohammed Morsi. AP/Belal Darder
Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.


Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

5 Mei 2017

Sebuah gambar yang diambil dari sebuah video, memperlihatkan asap tebal usai terjadinya pengeboman di Latamneh, di provinsi Hama, Suriah, 30 April 2017. REUTERS
Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.


Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

4 Mei 2017

Saad Mohammed menulis lembaran Al-Quran di kediamannya di Belqina, Kairo utara, Mesir, 26 April 2017. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.