Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

ASEAN dan Krisis Rohingya

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Suargana Pringganu dan Dimas Muhamad, Kementerian Luar Negeri

Beberapa tahun belakangan ini, isu Rohingya telah menjadi duri dalam daging bagi ASEAN. Organisasi regional tersebut dikecam oleh sebagian kalangan karena dianggap menutup mata atas tragedi kemanusiaan yang menimpa warga Rohingya di Myanmar. Membeludaknya arus pendatang Rohingya ke negara-negara tetangga Myanmar di kawasan seolah menjadi bukti akan ketidakberdayaan ASEAN dalam menyelesaikan isu pengungsi Rohingya.

Mereka yang mengkritik ASEAN soal isu Rohingya kerap kali melupakan jati diri organisasi tersebut. ASEAN bukanlah organisasi supranasional yang bisa mendikte dan memaksakan negara-negara anggotanya mengambil kebijakan tertentu. Salah satu prinsip utama ASEAN adalah prinsip non-intervensi yang melarang campur tangan atas urusan dalam negeri negara anggota. Meski dikritik oleh sebagian pihak, prinsip ASEAN ini berperan dalam menjaga keutuhan dan perdamaian di kawasan. Jika negara anggota bebas saling menghujat kebijakan dalam negeri anggota yang lain, nuansa di ASEAN akan lebih konfrontatif dan peluang konflik akan semakin terbuka.

Walau demikian, hal ini tidak berarti bahwa, dalam menyikapi krisis Rohingya, ASEAN hanya bisa duduk manis dan berdiam diri. ASEAN tidak lagi dapat berkilah bahwa apa yang menimpa warga Rohingya adalah semata masalah internal Myanmar, mengingat ribuan warga Rohingya sudah mengungsi ke negara ASEAN lainnya. Jika dibiarkan terus, tentu hal ini akan menjadi ancaman bagi stabilitas dan keamanan di kawasan.

ASEAN terus bergerak menuju satu ikatan "Masyarakat". Layaknya satu tubuh Masyarakat ASEAN, gejolak di satu tempat akan ikut dirasakan oleh negara anggota yang lain. Kondisi ini mungkin belum pernah dibayangkan oleh para pendiri ASEAN, tapi kini mendesak ASEAN untuk berani melihat kembali pemahaman prinsip non-intervensi. Isu bencana kemanusiaan yang melewati batas wilayah negara harus dapat segera ditangani tanpa perlu mencederai kedaulatan negara anggotanya. Tanpa kesigapan menyediakan tanggap darurat bencana kemanusiaan, Masyarakat ASEAN akan seperti raksasa berjalan di dalam lumpur. Dengan demikian, ihwal krisis Rohingya, ASEAN dapat dan harus bertindak.

Dalam jangka pendek, ASEAN perlu memprioritaskan upaya penyelamatan nyawa para migran yang masih terlunta-lunta di laut. ASEAN dapat mempertimbangkan untuk menggelar operasi bersama search and rescue (SAR) untuk menggiring para migran ke daratan. Negara ASEAN selain Indonesia dan Malaysia dapat menawarkan diri untuk menerima para migran, seperti apa yang dilakukan oleh Filipina. Paling tidak, negara anggota lain dapat memberikan bantuan kemanusiaan seperti makanan dan obat-obatan, di antaranya melalui ASEAN Coordinating Center for Humanitarian Assistance (AHA Center).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di samping itu, ASEAN pun perlu terus gencar memerangi perdagangan manusia, mengingat kebanyakan dari para migran Rohingya yang terjebak di lautan tersebut diiming-imingi oleh oknum tidak bertanggung jawab yang menjanjikan penghidupan layak di negara lain. ASEAN perlu meningkatkan kerja sama di antara penegak hukum dari negara anggota untuk memberikan bantuan kapasitas, serta mengadopsi Konvensi Perdagangan Manusia yang prosesnya kini tengah berjalan.

Dalam jangka panjang, ASEAN perlu menuntaskan akar permasalahan krisis Rohingya ini. ASEAN perlu terus melakukan pendekatan konstruktif terhadap Myanmar untuk menghentikan diskriminasi terhadap kaum Rohingya yang menjadi faktor pendorong krisis saat ini. ASEAN perlu meyakinkan Myanmar bahwa menerima Rohingya dengan tangan terbuka justru akan mendatangkan banyak manfaat bagi negara tersebut.

Kerja keras Myanmar untuk melakukan reformasi kini terancam, dan isu Rohingya menjadi batu sandungan terbesar bagi kepercayaan masyarakat internasional terhadap komitmen Myanmar untuk berubah. Merangkul Rohingya akan memuluskan jalan bagi Myanmar untuk benar-benar diterima sebagai anggota oleh masyarakat internasional dan membuka pintu bagi kerja sama yang lebih erat.

Salah satu tujuan dari ASEAN yang termaktub dalam piagamnya adalah mendorong terbentuknya "komunitas yang berorientasi pada masyarakat" di mana seluruh elemen masyarakat dapat berpartisipasi dan memetik manfaat dari proses integrasi kawasan. Jika ASEAN terus memunggungi tragedi kemanusiaan yang dilalui ribuan pengungsi Rohingya, tujuan mulia tersebut terancam tidak akan terwujud.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Krisis Rohingya Dorong Revisi Prinsip Non-Intervensi ASEAN

27 September 2017

Seorang bocah Rohingya mengintip dari tenda darurat yang terendam banjir di Cox's Bazar, Bangladesh, 17 September 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Krisis Rohingya Dorong Revisi Prinsip Non-Intervensi ASEAN

Perwakilan Indonesia untuk Komisi HAM Antarnegara ASEAN, Dinna Wisnu mengusulkan revisi prinsip non-intervensi sehubungan bencana kemanusiaan Rohingya


Kerjsama Asean - Mercosur Fokus ke Investasi dan Perdagangan

24 September 2017

Wapres Jusuf Kalla (tengah) didampingi Menko PMK Puan Maharani (kiri) dan Menlu Retno Marsudi (kanan) memberikan keterangan pers seusai menyampaikan pidato pada sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat, 21 September 2017.
Kerjsama Asean - Mercosur Fokus ke Investasi dan Perdagangan

Asean mengekspor banyak mesin, peralatan listrik dan otomotif ke Mercosur.


Konflik Rohingnya, Yenny Wahid: Represif Tak Membuahkan Hasil

9 September 2017

Direktur Wahid Institute Yenny Wahid saat memberi sambutan dalam acara Deklarasi Gerakan Perempuan Pro-Birokrasi Bersih dan Melayani (GPP-BBM) di Menteng, Jakarta, (24/07). Gerakan ini merupakan bentuk perwujudan dan pelaksanaan reformasi birokrasi. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Konflik Rohingnya, Yenny Wahid: Represif Tak Membuahkan Hasil

Yenny berpendapat, Myanmar seharusnya mengedepankan dialog ketimbang pendekatan keamanan yang kaku, karena pendekatan represif tidak membuahkan hasil.


50 Tahun ASEAN, 2 Tantangan Terbesar ke Depan

27 Agustus 2017

Sejumlah peserta Parade ASEAN 50 melakukan kirab di Kawasan Thamrin, Jakarta, 27 Agustus 2017. ANTARA FOTO
50 Tahun ASEAN, 2 Tantangan Terbesar ke Depan

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan menjaga stabilitas dan keamanan untuk damai dan stabil menjadi tantangan yang paling besar bagi ASEAN.


Jokowi Ajak Turnbull Bentuk Kawasan Tangguh ASEAN-Australia  

8 September 2016

Seorang pedagang mengajak Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull untuk foto selfie saat blusukan di Pasar Tanah Abang, 12 November 2015. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Jokowi Ajak Turnbull Bentuk Kawasan Tangguh ASEAN-Australia  

Menlu Retno mengatakan ini untuk menangani masalah Transnational Organized Crime serta memerangi ekstremisme dan radikalisme.


3 WNI Luka dalam Insiden Mobil Seruduk Kuil Erawan Bangkok  

23 Juli 2016

Sebuah mobil menyeruduk Kuil Erawan di Bangkok, Thailand sehingga menyebabkan tujuh pelayat terluka dan tiga di antaranya adalah warga negara Indonesia (WNI). wp.news365.my
3 WNI Luka dalam Insiden Mobil Seruduk Kuil Erawan Bangkok  

Sebuah mobil menerobos pelataran Kuil Erawan, Bangkok, yang sedang ramai dikunjungi peziarah pada Jumat, 22 Juli 2016, pukul 20.04 waktu setempat.


Kim Jong-un Ingin Bersahabat dengan ASEAN

3 Juni 2016

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, melambaikan tangan saat menyaksikan reli dan parade massa di alun-alun upacara utama ibukota, Pyongyang, Korea Utara, 10 Mei 2016. REUTERS/Damir Sagolj
Kim Jong-un Ingin Bersahabat dengan ASEAN

Korea Utara memiliki kedekatan emosional dengan ASEAN karena punya banyak kesamaan, misalnya dalam sejarah dan budaya.


Panglima TNI: Mei Ini SOP Patroli 3 Negara Selesai Disusun

5 Mei 2016

Presiden RI, Joko Widodo (kanan) bersama Menteri Luar Negeri Malaysia, Dato' Sri Anifah Aman dan Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia, Tan Sri Dato' Sri (DR) Jend. Zulkifeli Mohd.Zin serta Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kiri) saat  kunjungan kehormatan Menlu dan Panglima Tentara Nasional dari Indonesia-Malaysia dan Filipina di Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta, 5 Mei 2016. TEMPO/Pius Erlangga
Panglima TNI: Mei Ini SOP Patroli 3 Negara Selesai Disusun

Kerja sama tiga negara ini berbeda dengan konsep yang selama

ini diberlakukan ASEAN.


Bertemu Obama, Ditunggu Janji Penegakan HAM Pimpinan ASEAN  

19 Februari 2016

Suasana pertemuan Presiden Barack Obama dengan 10 pemimpin ASEAN di Rancho Mirage, California, 15 Februari 2016. Pertemuan ini juga membahas meningkatkan hubungan antar perorangan, bekerjasama dalam melawan ekstremisme yang disertai kekerasan, dan menyusun aturan untuk memandu negara-negara dalam beragam isu. REUTERS/Mike Blake
Bertemu Obama, Ditunggu Janji Penegakan HAM Pimpinan ASEAN  

Sepuluh kepala negara ASEAN membuat komitmen setelah bertemu Presiden Obama. Soal HAM, jangan sampai hanya retorika.


Begini Pengalaman Wartawan Tempo Ikuti Konferensi Pers Obama

17 Februari 2016

Presiden AS Barack Obama, saat tiba untuk berbicara pada media terkait pertemuannya dengan 10 pemimpin  ASEAN di Sunnylands, Rancho Mirage, California, 16 Februari 2016.   REUTERS/Kevin Lamarque
Begini Pengalaman Wartawan Tempo Ikuti Konferensi Pers Obama

Wartawan TEMPO Dewi Rina Cahyani memperoleh kesempatan untuk mengikuti konperensi pers Presiden Barack Obama usai digelarnya KTT AS-ASEAN.