Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alun-alun Demokrasi

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Putu Setia, @mpujayaprema

Meski banyak yang menentang, Dewan Perwakilan Rakyat tetap ngotot membangun gedung baru. Bukan cuma gedung, ada tujuh butir yang dibangun di kawasan parlemen itu. Tim Proyek Reformasi pun sudah dibentuk, dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dari Partai Keadilan Sejahtera.

Ihwal gedung, Fahri beralasan ruang kerja semakin sempit. Penyebabnya, setiap anggota DPR memiliki staf lebih banyak dibanding dulu. Termasuk staf ahli. Diakuinya, anggota Dewan yang terpilih adalah mereka yang disukai rakyat, bukan orang yang siap bekerja untuk tugas-tugas parlemen. Jadi, mereka perlu didampingi oleh banyak staf.

Tak disebutkan apakah Fahri sendiri termasuk kelompok itu. Namun dia bersemangat untuk menyebutkan bahwa dari tujuh butir yang dibangun di kawasan parlemen itu ada yang disebut Alun-alun Demokrasi. Istilah yang keren, mungkin ini hasil temuan tim ahli anggota DPR.

Apa itu Alun-alun Demokrasi? Di alun-alun ini rakyat boleh menyampaikan segala macam aspirasinya dan anggota DPR wajib menerima. Alun-alun ini akan membuat masyarakat tidak lagi melakukan aksi demo di pagar DPR, apalagi seraya mendorong-dorong pagar itu sampai roboh. Aksi demo tak akan lagi memacetkan jalan. Penyampaian aspirasi akan sangat tertib dan santun, tanpa teriak-teriak sambil membakar ban bekas, karena ada alun-alun ajaib itu.

Alun-alun ini sungguh merupakan ide yang brilian. Tapi apakah itu bukan nostalgia masa lalu saat rakyat berjemur di alun-alun agar Raja keluar untuk mengetahui apa yang diinginkan rakyat? Apakah aksi demo saat ini betul-betul cuma menyalurkan pendapat dan bukan memaksakan pendapat? Jika cuma menyalurkan pendapat, itu bisa disampaikan lewat pertemuan baik-baik, dengan makan malam atau tidak. Bisa juga lewat jumpa pers, lalu wartawan menyampaikannya ke publik. Pada era Internet ini, bahkan sudah ada situs web yang khusus untuk menyampaikan petisi. Orang bisa menandatangani petisi dengan cara mengklik situs itu sambil minum kopi di rumah masing-masing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aksi demo yang sopan seperti itu pasti tak laku. Kurang heroik dan kurang ada "dramanya" bagi para pendemo. Lagi pula jurnalis televisi yang dibebani masalah rating pasti kehilangan gairah bekerja. Konon, pemirsa sangat suka tayangan dramatis. Pernah ada kabar, pewarta televisi terlambat datang meliput aksi demo, bakar-bakar ban sudah usai. Sang pewarta lalu membujuk demonstran agar mengulangi lagi membakar ban karena mau di-shooting. Bukankah di televisi gambar pagar dirobohkan lebih penting daripada isi tuntutan para pendemo?

Para leluhur kita pada era kerajaan, terutama di Jawa dan Bali, menciptakan alun-alun dengan segala kesakralannya. Alun-alun itu termasuk Catur Gatra Tunggal, artinya empat elemen dalam satu kesatuan. Selain alun-alun, ada keraton (puri di Bali), tempat ibadah (masjid atau pura), dan pasar. Sekarang pun masih berbekas di berbagai kota, meski fungsinya sudah berubah. Alun-alun menjadi tempat bermain, lalu pasar sudah menjadi mal.

Apakah tak terlalu idealis-dan mengada-ada-DPR membuat alun-alun yang biaya keseluruhannya termasuk gedung sampai Rp 10 triliun? Kenapa tidak membangun jembatan di pedesaan agar anak-anak tidak bergelayut di jembatan tali untuk bersekolah. Jangan-jangan, ada yang salah dalam pemilu. Rakyat memilih wakilnya hanya karena suka, bukan karena peka. *


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Selain Biaya Ganti Gorden, ini Anggaran DPR Miliar-miliaran yang Diprotes Publik

28 Mei 2022

Setelah dikritik karena pembelian gorden rumah dinas yang mahal, Badan Urusan Rumah Tangga DPR kembali menjadi sorotan lantaran melakukan kunjungan kerja ke Turki.
Selain Biaya Ganti Gorden, ini Anggaran DPR Miliar-miliaran yang Diprotes Publik

Pengadaan gorden mencapai Rp. 48,7 miliar membuat DPR disorot publik. Bukan hanya itu, berikut beberapa anggaran 'ajaib' DPR yang diprotes rakyat.


Ini Proyek dan Pengadaan di DPR yang Menjadi Sorotan Publik

10 Mei 2022

Ilustrasi DPR. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Ini Proyek dan Pengadaan di DPR yang Menjadi Sorotan Publik

Pengadaan barang yang dilakukan DPR kembali menjadi sorotan masyarakat. Kali ini pengadaan Gorden yang senilai Rp 48,7 miliar.


Parlemen Surati Pemerintah Soal Pembangunan Gedung Baru DPR

18 April 2018

Bambang Soesatyo. TEMPO/Subekti
Parlemen Surati Pemerintah Soal Pembangunan Gedung Baru DPR

DPR akan mengirim surat kepada pemerintah untuk menanyakan perizinan pembangunan gedung baru DPR dan alun-alun demokrasi yang telah dianggarkan.


Usulan Kenaikan Anggaran DPR Rp 7,7 Triliun Dikritik

16 April 2018

Gedung MPR-DPR di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Usulan Kenaikan Anggaran DPR Rp 7,7 Triliun Dikritik

DPR mengusulkan kenaikan anggaran sekitar 26 persen pada 2019 untuk pembiayaan pembangunan gedung baru dan Alun-alun Demokrasi.


Tolak Kenaikan Anggaran DPR, FITRA Tuntut Sikap Presiden

16 April 2018

Kompleks Gedung MPR/DPR. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Tolak Kenaikan Anggaran DPR, FITRA Tuntut Sikap Presiden

DPR mengajukan kenaikan anggaran tahun 2019 sebesar 26 persen dari tahun sebelumnya.


PUPR Rampungkan Kajian Gedung Baru DPR RI Pekan Ini

22 November 2017

Proyek Gedung Baru DPR Tak Terbendung
PUPR Rampungkan Kajian Gedung Baru DPR RI Pekan Ini

Tim kementerian PUPR dan pakar masih melakukan pengkajian atas rencana permintaan pembangunan gedung baru DPR tersebut.


Bujet Gedung DPR tanpa Rekomendasi Kementerian PUPR

14 November 2017

Gedung MPR, DPR, dan DPD. TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo
Bujet Gedung DPR tanpa Rekomendasi Kementerian PUPR

Kementerian PUPR menyatakan tak pernah menerbitkan surat rekomendasi pembangunan gedung baru DPR.


Soal Pembangunan Gedung Baru DPR, Sikap Partai-partai Terbelah

30 Oktober 2017

Gedung MPR, DPR, dan DPD. TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo
Soal Pembangunan Gedung Baru DPR, Sikap Partai-partai Terbelah

Politikus PKS, Machfudz Siqqid, mengatakan setuju dengan pembangunan gedung baru DPR dengan syarat gedung baru itu nanti tidak boleh mewah.


PDIP Minta Rencana Pembangunan Gedung Baru DPR Ditinjau Ulang

30 Oktober 2017

Usul Proyek Gedung DPR Kembali Menguat
PDIP Minta Rencana Pembangunan Gedung Baru DPR Ditinjau Ulang

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan rencana Dewan membangun gedung baru DPR itu kurang tepat di tengah kondisi perekonomian yang sedang lesu.


Gedung Baru DPR, PU Rampungkan Penilaian November

26 Oktober 2017

Suasana Rapat Paripurna DPR RI ke-10 di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 25 Oktober 2017. Paripurna ini beragendakan mengambil keputusan terhadap RUU APBN Tahun Anggaran 2018 serta Pidato Penutupan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2017-2018. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Gedung Baru DPR, PU Rampungkan Penilaian November

Pembangunan gedung baru DPR akan dilakukan setelah penilaian rampung.