Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menghargai Perempuan

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dianing Widya, novelis dan pegiat sosial di Spirit Kita, @dianingwy

Aceh tak pernah bosan menjadikan dirinya sebagai "selebritas" kontroversial dalam membuat kebijakan yang merugikan perempuan. Tak henti-hentinya para elite Aceh menjadikan perempuan sebagai obyek kebijakan. Yang teranyar adalah pemberlakuan "jam malam" bagi perempuan oleh Wali Kota Banda Aceh, Hj IIIiza Saaduddin Djamal. Jam kerja perempuan di sejumlah bidang pada malam hari dibatasi hingga pukul 23.00.

Ini menambah panjang daftar kebijakan "aneh" di tanah rencong tersebut. Sebelumnya, Wali Kota Lhokseumawe mengeluarkan kebijakan agar perempuan tidak duduk ngangkang ketika membonceng sepeda motor. Kebijakan ini sempat membuat sang Wali Kota sekaligus daerahnya menjadi terkenal. Ia dianggap kurang kerjaan sehingga ia "mencari-cari kerjaan".
    
Sebab, aturan-aturan semacam itu sama sekali tidak menyentuh substansi beragama. Ia lebih bersifat bungkus dan persepsi. Justru kebijakan seperti itulah yang menunjukkan kesempitan cara berpikir. Dengan kebijakan tersebut, seolah-olah ditegaskan bahwa perempuan yang duduk mengangkang atau bekerja sampai malam memiliki kasta lebih rendah. Ketika sebuah sebuah laku dilarang, artinya laku itu dinilai tidak baik, bahkan hina.

Sekilas, kedengarannya aturan yang membatasi jam kerja perempuan itu baik-baik saja. Sebab, ia disampaikan dengan narasi yang luhur: demi melindungi perempuan. Namun mereka lupa bahwa persepsi semacam itu semakin membuat perempuan terpuruk dalam ketidakberdayaan. Seolah-olah perempuan harus selalu diberi perlindungan agar mereka bisa terselamatkan dari "buaya-buaya" malam.

Namun tidak jelas siapa "buaya" yang sesungguhnya. Mereka-para penentu kebijakan-membangun imajinasinya bahwa seolah-olah selalu ada ancaman terhadap perempuan. Menempatkan perempuan sebagai makluk lemah sama saja dengan menghidupkan kembali persepsi bahwa laki-laki adalah makhluk superior.  Dengan kata lain, laki-laki adalah makhluk kelas satu, sedangkan perempuan makhluk kelas dua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Persepsi ini jelas tidak sejalan dengan konsep kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Dalam sejumlah kasus, perempuan bahkan lebih kuat daripada laki-laki. Karena itu, sesungguhnya hal yang perlu dibedakan dari mereka hanyalah sisi kodrati. Hal-hal yang bersifat kodrati ini antara lain fakta bahwa perempuan melahirkan dan menyusui. Adapun soal apakah perempuan boleh mengemudi truk, memanjat pohon kelapa, atau menjadi pemain sepak bola, misalnya, itu adalah persepsi.

Perspesi dibangun oleh kultur. Nah, kultur inilah yang kerap membuat perempuan "terpinggirkan" secara sosial, ekonomi, ataupun politik. Bahkan, agama pun tidak pernah mengatur apakah perempuan harus memakai rok atau celana, boleh duduk mengangkang atau tidak, sampai boleh keluar malam hari atau tidak. Agama hanya mengatur sisi yang lebih rasional, misalnya tidak membuka aurat dan berperilaku baik.

Karena itu, lagi-lagi, ihwal hal-hal yang membuat perempuan berdaya atau terlindungi bergantung pada persepsi kultural, sehingga melindungi perempuan bukanlah dengan cara membatasi, melainkan membebaskan mereka untuk bergerak dan berekspresi. Perempuan-apalagi yang sudah dewasa-tentu tahu mana yang terbaik untuknya. Tak perlu pula membawa nama agama. Sebab, sekali lagi, kebijakan semacam ini hanya berlandaskan persepsi. *


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kisah Kehidupan 49 Tahun Angelina Jolie, Selebritas Aktif Aksi Kemanusiaan

52 hari lalu

Angelina Jolie. Foto: Instagram/@angelinajolie
Kisah Kehidupan 49 Tahun Angelina Jolie, Selebritas Aktif Aksi Kemanusiaan

Kisah kehidupan salah satu ikon Hollywood Angelina Jolie yang aktif dalam berbagai aksi kemanusiaan.


Akses Air Bersih dan Sanitasi Perempuan Pesisir Masih Buruk

23 Mei 2024

Warga membawa jerigen berisi air saat pendistribusian air bersih oleh Palang Merah Indonesia (PMI) dan PAM Jaya di kawasan Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Jumat, 29 September 2023. Pemerintah DKI Jakarta melakukan upaya menangani krisis air bersih akibat adanya kebocoran  pada salah satu pipa instalasi sehingga air konsumsi tercemar oleh air laut yang terjadi sejak 8 September lalu. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Akses Air Bersih dan Sanitasi Perempuan Pesisir Masih Buruk

Perempuan yang berdomisili di wilayah pesisir kekurangan akses terhadap air bersih dan sanitasi karena sumber daya publik belum dikelola secara adil.


Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

9 Maret 2024

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

Sejumlah gagasan yang disampaikan Puan diadopsi pada joint statement di KTT Ketua Parlemen Perempuan.


International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

8 Maret 2024

Salah satu turunan tuntutan utama aksi International Women's Day Jogja 2024 berupa akses pendampingan bagi korban kekerasan difabel, pada Jumat 8 Maret 2024. TEMPO/Rachel Farahdiba R
International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"


6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

8 Desember 2023

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan. Foto: Flickr
6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan.


Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

25 November 2023

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

Kisah Juliana soal perempuan dan perjuangan atas hak-haknya.


Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

11 Oktober 2023

Audiens mendengarkan pidato Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat sesi tahunan Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss pada Senin, 27 Februari 2023. Dok: Kementerian Luar Negeri
Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode 2023 - 2026 dengan perolehan suara tertinggi sepanjang sejarah pencalonannya.


Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

7 Oktober 2023

Suporter Iran membentangkan poster  bertuliskan
Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada aktivis yang dipenjara, Narges Mohammadi, telah meningkatkan pengawasan terhadap hak-hak perempuan di Iran.


Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

6 Oktober 2023

Aktivis hak asasi manusia Iran dan wakil presiden Pusat Pembela Hak Asasi Manusia (DHRC) Narges Mohammadi. Mohammadi family archive photos/Handout via REUTERS
Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

Narges Mohammadi, aktivis hak perempuan asal Iran yang kini masih dipenjara, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.


Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

5 Oktober 2023

Gambar calon presiden Argentina Sergio Massa, Patricia Bullrich, Horacio Rodriguez Larreta, dan calon presiden Javier Milei, di Buenos Aires, Argentina, Juli 2023. REUTERS/Agustin Marcarian dan Matias Baglietto/File Foto
Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

Pilpres yang sedang berlangsung di Argentina menyoroti debat tentang hak perempuan dan akses aborsi.