Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Inefisiensi Perang Melawan ISIS

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Smith Alhadar, Penasihat pada The Indonesian Society for Middle East Studies

Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond menyatakan, untuk mengalahkan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), harus sama seperti bertempur melawan Nazi saat Perang Dunia II.

Pernyataan ini menggarisbawahi dua hal. Pertama, ISIS merupakan kekuatan luar biasa. Memang, pemberontak revolusioner selalu lebih superior daripada tentara konvensional. Lihat saja, dalam menaklukkan Kota Ramadi, Irak, 17 Mei lalu, tentara Irak dalam jumlah besar dengan persenjataan lebih lengkap justru lari kocar-kacir saat diserang ISIS dengan jumlah personel lebih sedikit dan senjata terbatas.

Kedua, sekutu membutuhkan kekuatan militer yang sangat besar untuk bisa menundukkan khilafah teror yang penuh dedikasi, komitmen, dan tekad yang kuat untuk melawan musuh-musuhnya yang mereka tuduh kafir. Faktanya, Liga Arab-NATO tidak bersedia menurunkan pasukan darat untuk menghadapi ISIS. Koalisi ini hanya melancarkan serangan udara terhadap target-target ISIS, sementara pasukan darat hanya mengandalkan militer pemerintah Irak yang morilnya amat rendah.

Sementara itu, Milisi Syiah, Hashid Shaabi, yang dilatih dan dikomandani militer Iran dan yang berhasil menekuk ISIS dalam perang pembebasan Kota Tikrit, Maret lalu, tidak begitu disambut pihak koalisi. AS mensyaratkan Hashid Shaabi berada di bawah kendali pasukan pemerintah Irak, di mana AS punya pengaruh di dalamnya. Padahal, dengan berada di bawah komando pihak lain, belum tentu Hashid Shaabi dapat bertempur secara efisien seperti ketika mereka membebaskan Tikrit.

Keberatan Liga Arab (baca: Saudi) dan NATO (baca: AS) dibentuk oleh ketidaksukaan mereka terhadap Iran. Sebab, bila Ramadi ditaklukkan dengan peran besar Hashid Shaabi, Iran akan mendapatkan credit point. Dunia internasional, bahkan dunia Islam Sunni, akan mengapresiasi Iran. Itu sebabnya, kendati Iran menawarkan diri untuk menurunkan pasukan daratnya, AS-Arab Saudi menolak. Kalau mengandalkan peshmarga (milisi Kurdi), peshmarga harus dipersenjatai secara memadai. Hal ini tidak diinginkan Irak, Iran, Turki, dan Suriah-negara-negara yang memiliki suku Kurdi-karena khawatir, dengan memiliki senjata dalam jumlah besar, etnis Kurdi akan memproklamasikan kemerdekaan.

Turki, anggota NATO, yang wilayahnya berbatasan dengan Suriah di selatan dan Irak di tenggara, sebenarnya sangat diharapkan AS-Saudi untuk berpartisipasi dalam perang dengan menerjunkan pasukan daratnya. Sayang, Turki menolak, kecuali dijadikan satu paket dengan serangan terhadap Suriah untuk menjatuhkan rezim Bashat al-Assad. AS keberatan karena khawatir Suriah akan terjerumus dalam situasi anarkistis, hingga memperluas tragedi kemanusiaan dan instabilitas yang tak dapat dikendalikan sebagaimana Irak selepas kejatuhan rezim Presiden Irak Saddam Hussein. Negara-negara Arab sendiri tidak bersedia menyumbang pasukan daratnya untuk memerangi ISIS, yang merupakan musuh peradaban, musuh kemanusiaan, dan musuh orang-orang beriman. Mereka lebih sibuk memerangi Houthi di Yaman, kelompok minoritas yang miskin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Liga Arab-AS mulai melancarkan serangan terhadap ISIS sejak September. Ketika itu, AS menaksir perang ini akan memakan waktu tiga tahun dengan biaya US$ 1 miliar sebulan. Kini usia ISIS sudah mencapai setahun sejak diproklamasikan pada Juni 2014, dan tidak ada tanda-tanda mereka akan menyerah. Malah, belakangan ini ISIS terus memperluas teritori di Irak dan Suriah.

Padahal, menghadapi kekuatan militer Saddam Hussein yang menginvasi Kuwait (1991)-yang kala itu disebut-sebut sebagai kekuatan militer terbesar di Timur Tengah setelah Israel dan Turki-AS dan koalisi internasionalnya hanya membutuhkan waktu 44 hari dan hanya perlu waktu dua minggu untuk memusnahkan sisa kekuatan militer Saddam pada 2003.

Tidak efisiennya perang ini disebabkan tidak solidnya koalisi anti-ISIS dan masing-masing negara regional dan internasional saling mendahulukan kepentingan nasionalnya. Presiden AS Barack Obama konsisten dengan komitmennya untuk tidak lagi menerjunkan pasukan daratnya di Irak yang akan sangat mengganggu ekonomi AS dan merugikan secara politik. Agaknya Obama menyadari bahwa fenomena terorisme di Timur Tengah khususnya terkait erat dengan hegemoni dan perang AS di kawasan bergolak itu.

Perang melawan ISIS bukan hanya terhadap kekuatan militernya, tapi juga ideologinya. Utusan Khusus Presiden AS untuk Koalisi Global Melawan ISIS John Allen, saat tampil sebagai pembicara kunci dalam Forum Dunia Islam-AS, di Doha, Qatar, (3 Juni lalu) menyatakan, untuk menghancurkan ideologi ISIS, diperlukan waktu paling tidak satu generasi. Melihat bahaya militer maupun ideologi ISIS yang tidak mendapatkan tanggapan lebih serius dari kekuatan internasional, Direktur Proyek Khusus Grup Soufan-perusahaan keamanan di New York, Patrick Skinner, menyatakan, "Di setiap satu langkah, mereka ternyata dikaruniai dengan lawan-lawan yang buruk."  Agaknya Patrick Skinner benar. *


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Putin Bertemu Assad di Kremlin, Bahas Konflik Timur Tengah hingga Situasi Global

1 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Kremlin di Moskow, Rusia, 24 Juli 2024. Reuters
Putin Bertemu Assad di Kremlin, Bahas Konflik Timur Tengah hingga Situasi Global

Putin mengatakan kepada Assad bahwa dia khawatir akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah


Menlu Cina: Rakyat Palestina yang Mengatur Palestina

2 hari lalu

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 18 April 2024. Wang Yi melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo usai Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, melawat ke China pada awal April lalu dan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Keduanya berbagi pandangan mengenai kedamaian regional dan berkomitmen untuk mempererat hubungan. TEMPO/Subekti.
Menlu Cina: Rakyat Palestina yang Mengatur Palestina

Cina berhasil menyatukan faksi-faksi Palestina untuk bekerja membentuk pemerintahan Bersama.


Adidas Copot Bella Hadid dari Kampanye karena Advokasi Palestina, Picu Seruan Boikot

3 hari lalu

Bella Hadid tampil di Billboard Adidas/Foto: Instagram/The Debut Fashion
Adidas Copot Bella Hadid dari Kampanye karena Advokasi Palestina, Picu Seruan Boikot

Meskipun mendapat reaksi keras, Adidas tidak membatalkan keputusannya untuk mencoret Bella Hadid, berpotensi membahayakan sebagian pendapatannya


Masjid di Oman Ditembaki Saat Peringatan Hari Asyura, Empat Tewas

10 hari lalu

Ilustrasi penembakan. dentistry.co.uk
Masjid di Oman Ditembaki Saat Peringatan Hari Asyura, Empat Tewas

Empat orang tewas saat sebuah masjid di Oman ditembaki bertepatan dengan peringatan hari Asyura.


Saeed Jalili, Eks Negoisator Nuklir yang Melaju ke Pemilihan Presiden Iran Putaran 2

26 hari lalu

Kandidat presiden Iran Saeed Jalili.  Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS
Saeed Jalili, Eks Negoisator Nuklir yang Melaju ke Pemilihan Presiden Iran Putaran 2

Saeed Jalili memperoleh 9,4 juta suara dalam pemilihan presiden iran pada 28 Juni, dan membuntuti anggota parlemen senior Masoud Pezeshkian di nomor 1


4 Fakta Tajikistan Atur Busana Rakyatnya, Ada Larangan Jilbab, Busana Barat dan Sendal Jepit

29 hari lalu

Seorang wanita berada di depan benteng Hisor yang berada di komplek kota tua Hisor (Hissar), Tajikistan, Selasa, 10 September 2019. Penjelajah dunia Marcopolo serta penakluk dunia Alexander Agung dan Jenghis Khan pernah singgah di kota ini. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
4 Fakta Tajikistan Atur Busana Rakyatnya, Ada Larangan Jilbab, Busana Barat dan Sendal Jepit

Larangan jilbab dilaporkan muncul di Tajikistan, rakyat juga dilarang gunakan pakaian barat dan sendal jepit


Lusa Pemilihan Presiden Iran, Simak Profil Para Figur yang Maju

30 hari lalu

Spanduk calon presiden Saeed Jalili terpampang saat acara kampanye di Teheran, Iran, 24 Juni 2024. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Lusa Pemilihan Presiden Iran, Simak Profil Para Figur yang Maju

Lusa, Jumat 28 Juni, Timur Tengah menunggu figur baru dari Pemilihan Presiden Iran. Berikut enam calon yang maju,


48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

32 hari lalu

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya. Foto: Canva
48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya.


Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

40 hari lalu

Presiden Dewan Eropa Charles Michel menghadiri pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing, Tiongkok, 1 Desember 2022. European Union/Handout via REUTERS
Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan standar ganda tidak dapat diterima sehubungan dengan konflik di Ukraina dan Timur Tengah


Ragam Aksi Protes Berbagai Negara Kepada Israel

50 hari lalu

Tentara Israel memegang kerangka plastik yang ditemukan di Gaza dan dibawa ke Israel, di tengah konflik Israel dan Hamas, 27 Desember 2023. Sejumlah media menilai kerangka itu sebagai simbol pembantaian terhadap warga Palestina di Gaza.REUTERS/Amir Cohen
Ragam Aksi Protes Berbagai Negara Kepada Israel

Israel disebut-sebut sebagai negara yang paling dibenci. Berimbas kepada warganya yang ditolak masuk di sejumlah negara.