Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Soeharto di Wonogiri

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bandung Mawardi, Esais

Keruntuhan rezim Orde Baru (1998) membelah anggapan publik atas ketokohan Soeharto. Hujatan dan pujian mengarah ke Soeharto. Memori kekuasaan selama puluhan tahun menjadi bukti untuk memberi apresiasi. Sejak 1998, buku-buku bertema Soeharto dan Orde Baru sering diterbitkan sebagai ekspresi memusuhi dan mengultuskan Soeharto. Perang opini dimunculkan demi menghancurkan dan memuliakan Soeharto (8 Juni 1921-27 Januari 2008).

Ikhtiar mengenang dan memuliakan Soeharto terus dilakukan dengan pembuatan museum, patung, monumen, kaus, buku, dan pendirian partai politik. Soeharto dianggap masih hidup meski tak lagi presiden dan almarhum. Di Indonesia, "politik almarhum" justru membuat sebaran ideologis menguat. Semula, publik mengekspresikan perlawanan terhadap Soeharto dengan pemunculan "politik almarhum" mengacu kepada Sukarno. Pada masa pemerintahan SBY, orang-orang mulai melakukan kritik dan ejekan kepada penguasa dengan menggunakan sensasi "politik almarhum", yang bereferensi kepada Soeharto dan kerinduan terhadap episode Orde Baru.

Peringatan hari kelahiran Soeharto menjadi ekspresi politik dan kultural. Begug Poernomosidi mengadakan acara peresmian Padepokan Soeharto pada 8 Juni 2015. Pedepokan itu beralamat di Jalan Ahmad Yani 41, Wonogiri, Jawa Tengah. Pengunjung bisa melihat koleksi keris, batu akik, dan baju. Penggagas dan pendiri Padepokan Soeharto itu berdalih biografi. Soeharto menjalani masa kecil dan remaja di Wonogiri. Soeharto pun dianggap mendapat asupan spiritualitas di Wonogiri. Konon, Wonogiri adalah "bumi spiritual" saat dijadikan tempat perjuangan R.M. Said atau Mangkunegara I. Pedepokan sengaja dijadikan "tempat bersejarah" demi menghidupkan kembali ketokohan dan pemikiran-pemikiran Soeharto.

Kita bisa membuka buku berjudul Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto (1976) susunan O.G. Roeder untuk mengingat makna Wonogiri bagi Soeharto. Dulu, Soeharto saat masih bocah sampai remaja diasuh oleh Prawirohardjo di Wonogiri. Soeharto memiliki kenangan indah saat menjalani hari-hari di Wonogiri: bersekolah dan belajar tentang kehidupan. Di Wonogiri, Soeharto juga menekuni kebatinan. Peristiwa paling bersejarah adalah pertemuan Soeharto dan Hartinah. Wonogiri menjadi tempat romantis bagi dua insan itu memadu asmara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peta biografi Soeharto mengisahkan Wonogiri adalah tempat pengasuhan dan pembentukan diri. Tahun demi tahun berlalu. Soeharto tampil sebagai tentara dan berhasil menjadi presiden. Pembelajaran politik, militer, dan kebatinan tetap bereferensi ke Mangkunegara I. Soeharto berpedoman pada Tridharma, yang berisi tiga ajaran penting: rumangsa melu handarbeni, wajib melu hangrungkebi, dan mulat sarira hangrasa wani. Ekspresi memiliki, membina, dan mawas diri dalam berbangsa-bernegara selalu harus dibuktikan demi Indonesia.

Juni menjadi bulan "persaingan" dalam menghormati dan meneladani dua tokoh besar: Sukarno dan Soeharto. Penambahan jumlah tempat-tempat bersejarah sengaja membesarkan "legenda" dan pengawetan Orde Baru. Sekarang, "politik almarhum" bertokoh Soeharto menjadi ekspresi tandingan untuk pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Di Wonogiri, memori Soeharto dihidupkan untuk menggenapi memori di Cendana, Taman Mini Indonesia Indah, Kemusuk, Istana Negara, dan Karanganyar. *


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Golkar dan Museum Soeharto

6 Oktober 2014

Golkar dan Museum Soeharto

PKI sebagai satu-satunya partai politik yang memberi latar dan narasi besar bagi kejayaan Soeharto.


Kecelakaan Di Tol Cikampek, Satu Orang Meninggal

27 Mei 2008

Kecelakaan Di Tol Cikampek, Satu Orang Meninggal

Kecelakaan maut terjadi di Jalan Tol Cikampek, tepatnya di Interchange Cibitung tadi pagi sekitar pukul 05.30 WIB. "Satu orang meninggal dunia akibat tabrakan antara bus Maya Sari Bhakti bernomor polisi B 7521 WV dengan mobil Suzuki Carry dengan nomor polisi B 7218," kata petugas PT Jasa Marga. Namun, data lebih lengkap belum ada.


MA Tolak Alzier Duduk ke Kursi Gubernur Lagi

29 Juli 2005

MA Tolak Alzier Duduk ke Kursi Gubernur Lagi

Menteri Dalam Negeri Moh. Maruf menyatakan polemik mantan calon Gubernur Lampung Alzier Dianis Thabranie selesai. Fatwa MA hanya membatalkan dua surat keputusan Mendagri sebelumnya. Tuntutan Alzier duduk lagi menjadi Gubernur Lampung tidak dikabulkan.


Putusan MA Tak Bisa Dudukan Alzier Menjadi Gubernur Lagi

28 Juni 2005

Putusan MA Tak Bisa Dudukan Alzier Menjadi Gubernur Lagi

Menteri Dalam Negeri M Maruf masih menunggu hasil amar putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) tentang gugatan bekas Gubernur Lampung, Alzier Dianis Thabranie. Putusan MA, menurut Wahyu, tak bisa dilaksanakan untuk mendudukan kembali Alzier ke jabatannya sebagai Gubernur.


Kasus Talangsari Lampung Dibuka Lagi

1 April 2005

Kasus Talangsari Lampung Dibuka Lagi

Setelah Hendro Priyono tak menjabat Kepala Badan Intelejen Negara, kasus pelanggaran hak asasi manusia di Talangsari, Lampung 1989 dibuka lagi. Bisakah Komnas HAM menyeret pelakunya ke pengadilan?


Istri Utomo: "Suami Saya Dipinjam untuk Buru Teroris"

22 September 2003

Istri Utomo: "Suami Saya Dipinjam untuk Buru Teroris"

Utomo yang semula sumber informasi polisi, ditangkap sebagai tersangka pelaku bom.