Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nasib Manusia Perahu Rohingya

image-profil

image-gnews
Iklan

Inayatullah Hasyim, dosen Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Bogor

Jika Anda berada di tengah lautan, berlayar tanpa tujuan yang jelas, tidak ada makanan, air, obat-obatan, dan selimut yang memadai, apa yang akan Anda lakukan ketika anak-anak Anda yang bepergian bersama Anda menangis, kelaparan, dan mati perlahan-lahan? Itulah fakta dari "manusia perahu" Rohingya hari-hari ini. Mereka "terdampar" di laut selama berbulan-bulan. Dan ketika kapal mereka mendekati wilayah perairan Thailand, Malaysia, dan Indonesia, bangsa-bangsa "beradab" di ketiga negara ASEAN itu menolak menerima mereka.

Sulit untuk membayangkan, di tengah-tengah gelombang menderu, ribuan anak-anak menjerit meminta bantuan dan tidak ada yang bisa (atau peduli) mendengar. Perahu mereka mulai retak, dan negara-negara "beradab" menolak membawa mereka ke darat. Beberapa orang di perahu itu mencoba mengundi nasib mereka dengan melompat ke laut, tapi laut tentu tidak cukup ramah bagi orang-orang yang tak pandai berenang.

Itulah yang terjadi pada ribuan orang Rohingya pengungsi. Menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada 120 ribu orang Rohingya yang melarikan diri dari kampung halaman mereka. Umumnya mereka berlayar dengan perahu darurat melalui Laut Andaman, India, untuk mencari suaka di negara yang bersedia menerima mereka. Untuk beberapa waktu, Australia adalah tujuan terbaik. Tapi sejumlah kapal yang mereka tumpangi akhirnya berlayar tanpa arah.

Orang-orang Rohingya adalah kelompok etnis Indo-Arya yang hidup di Rakhine Utara (Arakan). Menurut para ahli sejarah, mereka adalah penduduk asli di Negara Bagian Rakhine, sedangkan sejarawan lain mengklaim bahwa mereka bermigrasi ke Myanmar dari Bengal, terutama selama masa pemerintahan kolonial Inggris, dilanjutkan setelah kemerdekaan Burma pada 1948 dan perang pembebasan Bangladesh pada 1971.

Setelah perang Anglo-Burma pada 1826, Inggris menganeksasi Arakan dan mendorong migrasi besar-besaran Bengal untuk bekerja sebagai buruh tani. Sampai tahun 1869, populasi muslim diperkirakan baru 5 persen dari populasi Arakan, meskipun perkiraan untuk tahun sebelumnya memberikan angka yang lebih tinggi. Sensus Inggris berturut-turut pada 1872 dan pada 1911 mencatat kenaikan populasi muslim dari 58.255 menjadi 178.647 di distrik Akyab.

Pada 1982, pemerintah Jenderal Ne Win dari Myanmar memberlakukan Undang-Undang Kewarganegaraan yang menegasikan hak-hak kewarganegaraan Rohingya. Sejak 1990-an, masyarakat muslim di Arakan disebut dengan istilah "Rohingya" untuk membedakan mereka dari suku mayoritas Myanmar.

Pada 2013, sekitar 735 ribu orang Rohingya tinggal di Myanmar. Mereka tinggal terutama di kota-kota Rakhine Utara, di mana mereka membentuk 80-98 persen dari populasi. Media internasional dan organisasi hak asasi manusia menilai Rohingya sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk memahami dan membantu mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia dapat memainkan peran dalam tiga pendekatan.

Pertama, menyelamatkan nyawa orang Rohingya pada prioritas pertama. Sejauh ini, kami senang untuk mencatat bahwa pemerintah Jokowi telah menerima mereka "mendarat" di Aceh.

Kedua, kita mengakui bahwa keminoritasan Rohingya terjadi pada dua sisi: agama dan suku. Sedihnya, mereka menghadapi rezim diktator militer di negara mereka. Dan, ketika rezim diktator mulai membuka pintu, antara lain melalui upaya Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengunjungi Myanmar beberapa tahun yang lalu, masyarakat internasional harus bekerja saling membantu untuk menekan pemerintah junta supaya mengenali hak-hak sipil Rohingya. Usulan Profesor Yusril Ihza Mahendra agar pemerintah Indonesia mengambil inisiatif menyelenggarakan konferensi internasional tentang Rohingya sungguh menarik.

Awalnya, kita berharap bahwa Aung San Suu Kyi, peraih hadiah Nobel Perdamaian, dapat menjadi jembatan untuk pengakuan masyarakat Rohingya. Namun Suu Kyi terjebak dalam politik praktis. Dia menghitung "untung-rugi" untuk mengakomodasi Rohingya dalam agenda politiknya.

Sekarang harapan kita berada di bahu Presiden Jokowi dalam membantu menyelesaikan masalah kemanusiaan Rohingya. Sebagai sesama anggota ASEAN, Indonesia dapat "menekan" junta militer di Myanmar untuk mengakui hak-hak sipil Rohingya. Saya percaya, para jenderal di pemerintah Myanmar akan mendengarkan suara pemerintah Indonesia. Antara lain dengan bersegera menyelenggarakan konferensi internasional.

Ketiga, pemerintah Indonesia dapat memberi "pelajaran" kepada pemerintah Myanmar. Kita berharap Myanmar membuka mata untuk menerima kenyataan bahwa Rohingya adalah bagian dari warga negara mereka, dan segera mencabut undang-undang yang dikeluarkan Jenderal Ne Win tersebut.

Untuk menutup tulisan ini, kita berharap bahwa ASEAN mampu menghentikan budaya manusia perahu seperti ini. ASEAN wajib menyadarkan Myanmar bahwa dunia sudah sangat global, dan junta-militer Myanmar masih berpikir sebagai etnis tunggal di negaranya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

16 hari lalu

Pengungsi etnis Rohingya membawa bantuan paket Lebaran dari Human Appeal Australia di tempat penampungan bekas kantor Imigrasi di Desa Blang Mee, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Selasa, 9 April 2024. Paket Lebaran yang berisi bahan pokok makanan harian itu diberikan kepada 252 jiwa pengungsi etnis Rohingya untuk menyambut Idul Fitri 1445 H di Aceh. ANTARA FOTO/Rahmad
Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya


120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

Sebuah perahu yang membawa pengungsi Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, terlihat terdampar di perairan lepas pantai Bireuen, provinsi Aceh, Indonesia, Senin, 27 Desember 2021. Indonesia akan mengizinkan kapal yang penuh dengan Rohingya yang terdampar di lepas pantainya untuk berlabuh. Aditya Setiawan via REUTERS
120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.


Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.


Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Puluhan warga Rohingya berada diatas kapal saat akan dipindahkan ke pulau Bhasan Char dekat Chattogram, Bangladesh, 29 Desember 2020. Bangladesh meyakinkan hanya mengirimkan orang-orang yang mau direlokasi, kendati relokasi diperlukan untuk mengurangi kepadatan di kamp-kamp pengungsian yang dihuni oleh lebih dari satu juta etnis Rohingya. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.


100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

Seorang pengungsi membawa poster saat melakukan aksi protes epatriasi atau pemulangan para pengungsi di kamp Unchiprang di Teknaf, Bangladesh, 15 November 2018. Para pengungsi Rohingya beralasan khawatir keselamatan jiwa raga mereka jika harus kembali ke Myanmar. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.


Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Pengungsi Rohingya, yang melintasi perbatasan dari Myanmar dua hari sebelumnya, berjalan setelah mereka mendapat izin dari tentara Bangladesh untuk melanjutkan ke kamp-kamp pengungsi, di Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh 19 Oktober 2017. Bulan ini menandai peringatan kedua tentang pelarian lebih dari 730.000 Rohingya dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar barat laut ke Bangladesh setelah tindakan keras pimpinan militer dalam menanggapi serangan oleh gerilyawan Muslim di pos-pos polisi Myanmar. REUTERS / Jorge Silva / File Photo
Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya


Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.


Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi tersenyum usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Norwegia Borge Brende di Kementerian Luar Negeri Myanmar di Naypyitaw, Myanmar 6 Juli 2017. [REUTERS / Soe Zeya Tun]
Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.


Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memegang foto konselor Myanmar Aung San Suu Kyi ketika menunggu hasil penghitungan suara pemilu Myanmar di markas partai di Yangon, Myanmar, 8 November 2020.[REUTERS]
Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.


Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi menghadiri makan siang khusus tentang pembangunan berkelanjutan di sela-sela KTT ASEAN di Bangkok, Thailand, 4 November 2019. Suu Kyi akan muncul di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk memperebutkan sebuah kasus yang diajukan oleh Gambia menuduh Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya, kata pemerintahnya, Rabu.[REUTERS / Soe Zeya Tun / File Photo]
Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya