Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rindu Universitas Riset  

image-profil

image-gnews
Iklan

Mayling Oey-Gardiner, Guru Besar Emeritus FEB Universitas Indonesia, anggota KIS-AIPI

MENTERI Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyuarakan kerisauannya karena perguruan tinggi (PT) Indonesia tidak masuk kelompok terbaik dunia. Jangankan masuk daftar 100 terbaik dunia, dalam 500 besar dunia saja tidak terdaftar. Sementara itu, negara tetangga, misalnya Singapura yang makmur atau negara kelas menengah atas Thailand dan Malaysia, menempatkan satu atau lebih universitasnya dalam daftar tersebut.

Menteri mengakui bahwa hal itu disebabkan oleh kelemahan perguruan tinggi kita dalam riset, karena kurangnya pendanaan penelitian. Dengan dukungan dana, Menteri berharap agar dalam waktu tidak terlalu lama, ada tujuh universitas negeri bisa masuk daftar 500 PT terbaik dunia.Terima kasih Bapak Menteri, dana penelitian memang dibutuhkan, namun itu bukan satu-satunya (necessary but not sufficient).

Ada banyak pelaksanaan peraturan yang menjadi kendala lebih besar bagi berlangsungnya penelitian ilmiah bermutu. Peraturan keuangan negara, misalnya. Peraturan ini tidak mampu membedakan pendanaan penelitian yang merupakan hasil pemikiran manusia dengan, contohnya, pengadaan alat perkantoran atau kebersihan toilet.

Penelitian bermutu juga jarang dapat diselesaikan dalam waktu bulanan, sementara peraturan menghendaki penyerahan hasil cetakan, yang disebut publikasi, terlepas dari mutu laporannya. Peneliti yang banyak berkiprah di dunia internasional pun menganggap peraturan tentang standar biaya (SBU) penelitian sebagai "penghinaan", sehingga mereka bangga tidak menggunakan dana pemerintah.

Kelemahan peraturan ini mengakibatkan kelemahan hasil penelitian. Dalam ilmu alam dan teknologi, peneliti terbatasi oleh peralatan yang bisa diperolehnya. Ilmu sosial, yang seharusnya dapat menjadi kekuatan kita sebagai bangsa karena keunikan kehidupan sosial kita, tidak diberi kesempatan untuk mengumpulkan data secara ilmiah dan berkualitas. Kualitas memang mahal, namun adalah kualitas yang menentukan pengakuan internasional.

Sebenarnya pemerintah telah menerapkan berbagai aturan kuantitatif yang dianggap ketat untuk menjamin kualitas penelitian, namun faktanya PT Indonesia belum juga masuk dalam daftar universitas kelas dunia. Bukankah hal ini seharusnya menjadi bahan penelitian oleh Kementerian, untuk menjawab pertanyaan mengapa intervensi aturan tidak juga mencapai hasil yang diinginkan: masuk kelas dunia?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sepertinya sudah waktunya kita mempertanyakan apakah ukuran keberhasilan  yang diangkakan/dikuantifikasi ala pemerintah saat ini sanggup membawa universitas kita ke tingkat dunia. Soalnya, ada celah untuk memainkan peraturan ini. Misalnya, ketika seorang dosen ingin naik pangkat, ia akan ditanya tentang jumlah frekuensi namanya terindeks di scopus, sebuah pusat data terbesar di dunia, yang mencakup puluhan juta literatur/jurnal ilmiah terkemuka. Padahal, kemungkinan publikasi dalam jurnal terkemuka sering memerlukan waktu cukup lama, bisa lebih dari setahun atau dua tahun, terutama dalam ilmu sosial. Alhasil, bukan kualitas yang diusahakan dosen, melainkan usaha untuk menemukan cara yang memungkinkan namanya terindeks dalam scopus. Tujuan menghalalkan segala cara.

Pada 2013 tercatat ada sekitar 5,8 juta mahasiswa. Namun hanya 19.227 atau 0,33 persen di antaranya yang merupakan mahasiswa S-3, yang seharusnya menjadi motor dunia penelitian. Adapun guru besar kita juga masih jarang melakukan penelitian. Para guru besar tidak terbiasa bersaing mencari dana penelitian dengan usul yang sudah seharusnya bersifat frontier, mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena itu, mereka juga tidak mengembangkan aliran pemikiran yang dibicarakan dengan mahasiswanya. Adalah yang demikian ini yang menjadi hambatan berkembangnya budaya penelitian.

Budaya penelitian bertumbuh-kembang di perguruan tinggi penelitian (research universities). PT seperti ini dihuni oleh guru besar dan mahasiswa S-3 yang melakukan penelitian bersama. Kehidupan kampus merupakan kegiatan utama, bukan sambilan seperti sekarang, karena dosen harus bekerja ganda.

Perlu diingatkan bahwa universitas yang masuk dalam kelompok terbaik dunia itu adalah universitas riset. Perguruan tinggi penelitian itu memiliki ciri didominasi program pascasarjana. Peneliti yang sebenarnya adalah mahasiswa S-3 yang harus menulis disertasi tentang hal "baru" di bawah bimbingan guru besar yang sering juga merupakan mentor dan pencari dana penelitian.

Jika ingin bersaing dengan perguruan tinggi dunia, tentu saja kita harus memenuhi kriteria yang digunakan dunia. Umumnya PT yang masuk pemeringkatan dunia itu merupakan PT penelitian yang otonom-dapat memperoleh dan mengelola sendiri dana penelitian, dari negara dan masyarakat dalam dan luar negeri, yang cukup besar dan makin besar, tanpa harus diserahkan kepada negara, hingga harus mengikuti aturan keuangan negara. Untuk itu, mungkin diperlukan pula sarana dan prasarana pendukung, termasuk kemungkinan merekrut SDM terbaik dalam bidangnya, dari dalam dan luar negeri. Mungkinkah itu semua? Jika tidak mungkin, kita akan terus menjadi pariah dalam dunia akademis.*/**

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Tools AI yang Paling Banyak Digunakan hingga Juli 2024

11 hari lalu

Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
3 Tools AI yang Paling Banyak Digunakan hingga Juli 2024

RevoU melakukan riset tentang penggunaan tools AI di tahun 2024. Apa saja AI yang paling populer sejauh ini?


Riset Peneliti BRIN, Efek Pereda Nyeri dari Daun Kratom Hampir Setara Morfin

23 hari lalu

Daun Kratom (wikipedia)
Riset Peneliti BRIN, Efek Pereda Nyeri dari Daun Kratom Hampir Setara Morfin

Efek analgesik alkaloid kratom hampir sama dengan efek analgesik yang ditimbulkan morfin.


Startup Risetku Dukung Penelitian dan Inovasi Kesehatan RI

30 hari lalu

Peneliti kesehatan sekaligus cofounder Risetku, Elvan.
Startup Risetku Dukung Penelitian dan Inovasi Kesehatan RI

Startup Risetku hadir untuk meningkatkan produktivitas peneliti di Indonesia.


Mudah Ditebak, 87 Juta Kata Sandi Dibobol Hacker Tak Sampai Semenit

37 hari lalu

Ilustrasi Password. Kredit: the Register
Mudah Ditebak, 87 Juta Kata Sandi Dibobol Hacker Tak Sampai Semenit

Pemilik diimbau untuk membuat kata sandi yang berbeda untuk setiap akun di perangkat.


Australia dan Kementerian Pendidikan Kerja Sama Riset untuk Sulawesi

57 hari lalu

Australia dan Indonesia pada Kamis, 30 Mei 2024, meluncurkan sebuah kolaborasi universitas dan riset bilateral untuk Sulawesi melalui Kemitraan Riset Australia Indonesia (PAIR). Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia
Australia dan Kementerian Pendidikan Kerja Sama Riset untuk Sulawesi

PAIR Sulawesi merupakan inisiatif dari Australia Indonesia Centre (AIC), sebuah konsorsium universitas riset terkemuka di kedua negara.


Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 Mei 2024

Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)
Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.


Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

26 April 2024

Ilustrasi pria bertubuh tinggi dan pendek. shutterstock.com
Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

17 Maret 2024

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

17 Maret 2024

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

17 Maret 2024

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut