Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Membenahi Bahasa, Membenahi Matematika

image-profil

image-gnews
Iklan

Iwan Pranoto, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi

Pengajaran kebahasaan yang bermutu di suatu sekolah akan berdampak positif pada pelajaran lain. Khususnya keberadaan guru mata pelajaran bahasa yang baik akan meningkatkan prestasi murid bukan saja di bahasa, tapi juga di mata pelajaran matematika, dan pengaruhnya pada matematika ini bertahan lama. Lebih tepatnya, murid yang belajar dari guru bermutu di mata pelajaran English Language Arts (ELA), prestasinya di pelajaran matematika akan meningkat juga.

Temuan ilmiah yang mendukung pernyataan di atas dilaporkan dalam sebuah artikel berjudul "Learning that Lasts: Understanding Variation in Teachers' Effects on Students' Long-Term Knowledge". Penelitian yang tentunya bermanfaat pada perancangan kebijakan pendidikan ini dilaksanakan oleh Benjamin Master dan Susanna Loebdari Universitas Stanford serta James Wyckoff dari Universitas Virginia.

Hal ini memberi pesan bagi penentu kebijakan pendidikan bahwa upaya perbaikan mutu guru kebahasaan sangat strategis, karena dampaknya bersifat lintas disiplin dan bertahan lama. Khusus untuk Indonesia, jika situasinya boleh disejajarkan, ini berarti bahwa peningkatan mutu guru matematika perlu dibarengi dengan peningkatan mutu guru kebahasaan (bahasa Indonesia dan bahasa lain) sekaligus kurikulum dan buku ajarnya. Ini berarti bahwa perancangan strategi pengembangan pendidikan matematika dan bahasa perlu disiapkan dalam sebuah payung serta sasaran bersama.

Dalam laporan tadi tidak dijelaskan mengapa hasilnya demikian. Namun temuan di atas menyokong keyakinan bahwa seseorang yang cakap berbahasa akan terbantu saat bermatematika. Bahkan, saat sekadar memahami buku matematika, seseorang dituntut memaknai tiap kalimat sekaligus istilah teknis di dalamnya. Karena itu, masuk akal bahwa kecakapan berbahasa akan membantu seseorang dalam bermatematika.

Ini sekaligus menyangkal mitos kuno yang menyatakan bahwa kemampuan bermatematika terlepas dari kemampuan berbahasa. Pendapat bahwa seseorang yang cakap berbahasa, tak akan cakap bermatematika, dan sebaliknya, yang cakap bermatematika, tak akan cakap berbahasa, disangkal lewat penelitian ini.

Pada saat yang sama, dugaan kelemahan kecakapan berbahasa sebagai penyebab lemahnya pelajar kita dalam bermatematika dapat digali dari laporan tes internasional bidang matematika seperti TIMSS dan PISA. Untuk memperoleh dugaan ini, perlu mengkaji laporan tadi dengan mendalam, tak cukup sampai pada pemeringkatan negara saja.

Isu pemeringkatan negara memang menarik untuk bahan bakar perdebatan politik dalam layanan publik, tetapi sejatinya pemeringkatan ini tak berguna dalam merumuskan kebijakan perbaikan pendidikan. Laporan dan data perlu dikaji secara rinci, khususnya mengenali jenis soal seperti apa yang mudah serta sulit dikerjakan pelajar Indonesia. Dari situ dapat disorot kecakapan atau pengetahuan apa yang kurang dikuasai pelajar, sehingga dapat disusun langkah perbaikannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam TIMSS 2011, misalnya, sekitar dua pertiga pelajar kelas VIII kita berhasil mengerjakan sebuah soal aljabar yang bentuknya sudah "siap dilahap" dengan mengganti lambang peubah dengan bilangan yang diberikan, walau sesungguhnya ini bentuk soal abstrak.

Meski demikian, saat menghadapi sebuah soal yang dinarasikan dalam teks, walau tak menuntut keterampilan berhitung sama sekali, hanya sekitar seperempat pelajar kita yang berhasil mengerjakan. Karena itu, wajar diduga bahwa pelajar kita memiliki kendala membaca dan memaknai narasi dari soal. Dan kendala ini menyulitkannya dalam bermatematika.

Memang berbahasa dalam bermatematika mungkin lebih sulit dibanding berbahasa sehari-hari, karena dalam bermatematika dituntut bahasa teknis. Walau kata dalam bahasa teknis sama dengan yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, tapi maknanya kerap jauh berbeda.

Misalnya, contoh soal berikut: "Diketahui bahwa dua akar suatu persamaan kuadrat jumlahnya nol. Apa yang istimewa dari persamaan itu?" Kata "akar" dan "persamaan" memang jamak digunakan dalam perbincangan sehari-hari. Namun dua kata tadi berbeda makna saat di dalam pelajaran matematika.

Ini berarti bahwa, untuk dapat bermatematika dengan baik, seorang pelajar butuh mampu berbahasa yang baik sekaligus menguasai bahasa teknis matematika.

Dari pembahasan di atas, mendesak lahirnya terobosan inovasi pembelajaran kebahasaan yang memberlatihkan kecakapan membaca untuk memahami teks sekaligus menulis untuk mengungkapkan argumen bernalar. Dapat dipertimbangkan agar bahan pelajaran bahasa Indonesia setara dengan ELA, yang menekankan kegiatan mengajak anak memahami literatur sastra, menghargai keindahan karya sastra, sekaligus menuliskan pemikirannya. Sejalan dengan itu, terobosan inovasi pengajaran matematika ke depan juga mendesak dalam menumbuhkan kecakapan berbahasa formal dan menyajikan gagasan.  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aktivis Ingin Ajaran Tan Malaka Masuk Kurikulum Pendidikan

4 Februari 2017

Penerus gelar Datuk Tan Malaka, Hengki Novaro Arsil berjalan diiringi kerabat Ibrahim Datuk Tan Malaka berjalan menuju Balai Adat dalam prosesi penyerahan mandat kepada tim delegasi penjemput jasad Tan Malaka. TEMPO/Hari Tri Wasono
Aktivis Ingin Ajaran Tan Malaka Masuk Kurikulum Pendidikan

"Mengingat relevansinya yang supel terhadap perkembangan zaman.
Di titik ini pemindahan makam jadi tidak penting lagi," kata
Monti, seorang aktivi.


Matematika Anak Dapat Nilai Nol, Ayah Mengadu ke Komnas Anak

5 September 2016

TEMPO/Panca Syurkani
Matematika Anak Dapat Nilai Nol, Ayah Mengadu ke Komnas Anak

Karena dapat nilai nol di rapor, DV tak naik kelas.


Gambar Sampul Dinilai Vulgar, Sekolah Ini Tarik Buku LKS  

13 Agustus 2016

Seorang petugas menunjukkan Buku pelajaran sekolah dasar bermuatan materi porno yang beredar di Kota Bogor (10/7). Tempo/Sidik Permana
Gambar Sampul Dinilai Vulgar, Sekolah Ini Tarik Buku LKS  

SMK Walisongo, Mojokerto, telah menarik LKS tersebut dan meminta pihak penerbit mengganti gambar sampulnya.


Diprotes, Buku Fiqih Siswa SD Sebut Banci Bisa Jadi Imam  

7 Maret 2016

Ilustrasi buku. Sxc.hu
Diprotes, Buku Fiqih Siswa SD Sebut Banci Bisa Jadi Imam  

Buku Fiqih untuk siswa kelas II SD Islam di Palembang, yang menyebutkan banci bisa menjadi imam, diprotes.


Buku LKS SD Bermuatan 'Pelacur' Akhirnya Ditarik  

17 November 2015

Ilustrasi. thegamingliberty.com
Buku LKS SD Bermuatan 'Pelacur' Akhirnya Ditarik  

Menurut Zubaidah, buku melalui proses editing dan diawasi secara ketat.


Guru Laporkan Buku Agama Terlarang ke Polisi, Suruh Disimpan  

29 Maret 2015

Sxc.hu
Guru Laporkan Buku Agama Terlarang ke Polisi, Suruh Disimpan  

Polisi sempat mendatangi sekolah yang masih menyimpan buku agama yang membolehkan membunuh umat non-muslim. Tapi tak ada penyitaan.


Buku Agama yang Bolehkan Pembunuhan Masih Beredar  

29 Maret 2015

Ilustrasi. TEMPO/Aditia Noviansyah
Buku Agama yang Bolehkan Pembunuhan Masih Beredar  

Menteri Anies memerintahkan menarik semua buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X dan XI SMA di seluruh Indonesia.


Dinas Pendidikan Ganti Materi Radikal di Buku Agama SMA

25 Maret 2015

TEMPO/Mahfoed Gembong, Edi Wahyono
Dinas Pendidikan Ganti Materi Radikal di Buku Agama SMA

Dinas Pendidikan Jawa Timur menepis anggapan bahwa pihaknya
kecolongan.


Pemerintah Diminta Menyisir Materi Radikal Buku Sekolah

25 Maret 2015

Dua siswi membaca buku
Pemerintah Diminta Menyisir Materi Radikal Buku Sekolah

Banyak ditemukan istilah khilafah dan terminologi politik pemerintahan lain yang selama ini dikampanyekan kelompok berideologi Islam.



Kata Siswa Soal Ajaran Boleh Membunuh

24 Maret 2015

Sxc.hu
Kata Siswa Soal Ajaran Boleh Membunuh

Siswa SMAN 2 Jombang Armeliza Sekar mengatakan pengaruh materi pemikiran Islam radikal dalam buku Agama Islam tergantung iman siswa masing-masing.