Kelik M. Nugroho, @KelikMNugroho
Seorang Tamsil Linrung, 53 tahun, yang dikenal sebagai politikus senior, mengelola Sekolah Insan Cendekia Madani (ICM) di Serpong? Beroperasi sejak 2010, sekolah Islam ini maju pesat dan cepat. Kini jumlah muridnya 500 orang. Dengan uang pendaftaran Rp 85 juta (sekarang Rp 100 juta) dan SPP per bulan Rp 6 juta, titik impas (break event point) untuk kegiatan operasional sekolah sudah bisa tercapai pada tahun pertama. Sekolah yang berada di bawah Yayasan Tali ini memperoleh modal Rp 15 miliar dari, antara lain, Komunitas Al Bugis pimpinan Hasan Al Bugis yang bermukim di Arab Saudi. Modal itu di luar tanah seluas 80 ribu meter persegi.
Tamsil yang anak seorang guru ini memiliki visi melesat ke depan via sekolahnya kini yang menggabungkan kurikulum nasional dan Cambridge: menghasilkan pemimpin masa depan berkarakter islami. Mantan Bendahara DPP Partai Amanat Nasional ini pada 1980-1990 tercatat sebagai mahasiswa IKIP Ujung Pandang, aktivis pers kampus dan berbagai organisasi mahasiswa.
Ia niscaya hanya salah satu dari generasinya yang berhasil memiliki mobilitas vertikal. Ia mungkin mewakili tipe generasi 1980-an (mereka yang terlibat aktivisme pada 1980-1990) seperti yang digambarkan cendekiawan Armahedi Mahzar dalam buku Kontroversi Pemikiran Islam di Indonesia (HM Nawawi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1980). Mereka inilah yang lahir dan dibesarkan di Indonesia yang sedang berubah dengan cepat oleh derap pembangunan Orde Baru dengan segala godaan konsumerisme materialistis dan rasionalisme sekularistis yang mencabut mereka dari akar-akar kehidupan tradisional. Mereka inilah yang kemudian memberontak secara spiritual terhadap alienasi sosial psikologis, yang merupakan dampak sampingan setiap proses pembangunan ekonomi industrial yang berlangsung cepat.
Mereka inilah yang secara visual tampak kembali ke masjid-masjid-dan yang wanita berjilbab-untuk kembali ke akar kehidupan sosial psikologis mereka. Mereka bergabung untuk membentuk kelompok-kelompok yang mereka namakan usroh dalam rangka mengembalikan rasa komunitas yang telah diporak-porandakan oleh proses urbanisasi. Mereka memulihkan kembali identitas mereka sebagai muslim yang telah dilunturkan oleh proses modernisasi.
Tampaknya sebuah revolusi sosial telah terjadi dalam bidang pergerakan keagamaan Islam waktu itu-yang tak hierarkis dan tersebar dalam kelompok-kelompok kecil. Konsep kepemimpinan berubah dari ideologis ke konseptual yang bersifat polisentris. Perubahan kualitatif konsep kepemimpinan inilah yang melahirkan revolusi kultural yang terdiri atas dua komponen: revolusi konseptual dan revolusi ideal. Revolusi konseptual bisa dilihat dari buku-buku yang mereka baca, antara lain karya Algazali, Maududi, Sayid Qutub, dan Ali Syariati. Generasi 1980-an juga disebut sebagai anak-anak revolusi informasi.
Tamsil adalah bagian dari generasi 1980-an yang berhasil menginstitusikan gagasan-memakai istilah cendekiawan Kuntowijoyo-seperti generasi pendahulunya, Nurcholish Madjid dengan Universitas Paramadina, dan Amien Rais dengan Sekolah Budi Mulya (Dua). Jadi, bisakah kita bayangkan revolusi mental yang akan terjadi pada generasi berikut? *