Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tertib

Oleh

image-gnews
Iklan

Saya tak tahu benarkah Tuhan hanya menghendaki dunia yang tertib.

Ada sebuah cerita detektif yang ganjil yang ditulis G.K. Chesterton, The Man Who Was Thursday. Buku ini lain dari cerita detektif biasa: ujungnya mirip sebuah renungan tentang Tuhanbermula dari ketegangan antara anarkisme dan ketertiban, dengan tokoh seorang agen Scotland Yard yang menyamar sebagai penyair.

Cerita dibuka dengan senja di Saffon Park, sebuah wilayah di tepi Kota London. Di lingkungan rumah-rumah berbatu bata warna terang itu hidup sebuah "dukuh artistik", artistic colony. Buku ini tak menyebutnya "dukuh seniman", sebab tempat itu tak pernah memproduksi karya seni apa pun. Keistimewaannya: enak dipandang.

Tapi kita diantar untuk tak menyukai suasana di sana. Terutama karena penghuninya. Ada orang bertampang penyair yang semenarik syair, tapi ia sendiri bukan penyair. Atau si Fulan yang berlagak filosof tapi sebenarnya sosok yang bisa membuat filosof merenung. Para wanitanya menyatakan diri bebas, tapi suka memuji para lelaki dengan berlebihan. Orang yang memasuki atmosfer sosial tempat itu akan merasa seperti "memasuki sebuah komedi yang telah ditulis".

Tokoh sentral di sini bernama Lucien Gregory. Ia seorang penyair berambut merah yang dibelah tengah, dengan keriting kecil bak rambut perawan dalam lukisan Eropa kuno. Chesterton menggambarkan parasnya "lebar dan brutal" dengan dagu yang menjorok ke depan dan dengan perilaku seperti "sebuah campuran malaikat dengan monyet".

Gregory seorang anarkis dengan suara keras. Ia gemar mengulang kecek lamanya tentang seni sebagai kehidupan yang tak mengakui hukum dan tentang seni (atau kiat) untuk tak mematuhi hukum, "the lawlessness of art and the art of lawlessness". Baginya, seorang seniman identik dengan seorang anarkis: ia melawan kekuasaan negara dan lembaga lain, ia bahkan bebas dari aturan seni sendiri.

Gregory selalu didengar; tak seorang pun di dukuh itu yang membantahnya.

Tapi senja di Saffon Park itu berubah ketika ke sana datang Gabriel Syme, seorang berambut sedikit kuning berkulit pucat langsat, dan digambarkan sebagai sosok yang menebarkan "bau kembang leli di sekitarnya".

Bertentangan dengan Gregory, Syme menyebut diri "seorang penyair hukum, seorang penyair ketertiban". Syahdan, kedua penyair yang berbeda sikap itu pun berdebat.

Bagi Gregory, dunia akan mandul dan membosankan bila tertata seperti jaringan kereta api di bawah tanah. Rel dan stasiun-stasiun itu tampak murung, tak ada yang asyik, tak ada kejutan: semuanya sudah diperhitungkan, persis + tepat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi Syme, justru ketepatan itu puisi. Lihat, katanya, betapa menakjubkan ("epical", katanya) seorang pemanah burung terbang yang mengenai sasarannya. "Khaos itu membosankan," kata Syme. "Tiap kali kereta api masuk, saya merasa ia telah menerabas deretan para pengepung, dan manusia telah memenangkan satu pertempuran melawan khaos."

Dari sini, kisah Syme kian aneh. Untuk menunjukkan bahwa dirinya seorang anarkis yang serius, Gregory membawa Syme ke sebuah tempat pertemuan rahasia para tokoh anarkisme. Sebaliknya, Syme mengaku, ia sebenarnya anggota dinas rahasia Scotland Yard. Ia dapat perintah khusus dari seorang bos yang super-rahasia, pemegang peran paling penting dalam cerita ini: seorang yang yakin bahwa dunia seni dan ilmu "diam-diam bergabung dalam perang suci melawan Keluarga dan Negara".

Bahkan bagi sang bos, ancaman juga datang dari para filosof. Baginya, "penjahat paling berbahaya sekarang adalah filosof modern yang sama sekali tak mengakui hukum". Dibandingkan dengan para filosof, para maling malah manusia bermoral. Sementara para filosof tak mengakui hak milik, para maling menghargainya; hanya milik itu harus diambil jadi kepunyaan mereka. Para pembunuh juga lebih baik, karena sebenarnya mereka secara tak langsung menghargai hidup. Sebaliknya para filosof benci hidup itu sendiri.

Dengan pandangan macam itu, para detektif spesial dikerahkan. Mereka harus datang ke pertemuan seni, "guna mendeteksi para pesimis". Mereka juga harus bisa melihat dari buku-buku sajak bahwa kejahatan akan dilakukan. "Kita mesti menelusuri asal-usul pikiran yang mengerikan itu, yang setidak-tidaknya mendorong orang ke arah fanatisme intelektual dan kejahatan intelektual."

Demikianlah Syme berangkat bertugas. Dan setelah ia dibawa Gregory ke tempat pertemuan rahasia para anarkis hari itu, ia dengan cepat menyusup. Ia diangkat jadi salah satu anggota Central Anarchist Council, organisasi rahasia yang akan menghancurkan peradaban. Untuk menjaga kerahasiaan, tiap anggota disebut dengan nama hari. Syme jadi "Thursday", Kamis. Pemimpin dewan itu disebut "Sunday", Ahad.

Kisah ini jadi tambah ajaib ketika akhirnya diketahui, tiap anggota dewan kaum anarkis itu ternyata detektif dari kantor yang samadan bahwa Ahad adalah sang bos yang memerintahkan mereka. Dan klimaks yang paling mengejutkan: Ahad itu sesungguhnya Tuhan.

The Man Who Was Thursday lebih rumit dan kaya ketimbang yang saya ringkaskan. Tapi tanpa lebih jauh kita sudah didorong menjawab: benarkah Tuhan berpihak kepada ketertiban? Benarkah dunia seni, ilmu, dan filsafatyang menerabas batassebuah ancaman, bagian dari khaos?

Di Saffon Park, Syme berbicara tentang pemanah yang berhasil membidik burung. Baginya keakuratan itu "epikal". Tapi tidakkah ia melihat: sejak saat anak panah lepas dari busur, khaos menyertainya? Senjata itu punya sasaran, tapi angin bisa menyebabkannya gawal. Khaos menegaskan manusia sebagai makhluk yang dengan dan dalam cemas membangun sejarah. Tak adanya garis lurus antara arah dan akhir adalah bagian dari kemerdekaannya. Itu nasib Adam di luar surga.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Detik-detik Adu Penalti Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan yang Bikin Jantungan Penonton

2 menit lalu

Suporter Indonesia memberi dukungan saat pertandingan  Timnas U-23 Indonesia melawan Timnas U-23 Korea Selatan pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Jumat 26 April 2024.. Timnas U-23 Indonesia lolos ke semifinal Piala Asia U-23 setelah mengalahkan Korea Selatan melalui adu pinalti dengan agregat 11-10, setelah sebelumnya bermain imbang dengan skor 2-2. ANTARA FOTO/HO-PSSI
Detik-detik Adu Penalti Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan yang Bikin Jantungan Penonton

Timnas U-23 Indonesia kembali mencetak sejarah usai maju ke babak semifinal Piala Asia U-23 2024 dengan menyingkirkan Korea Selatan lewat adu penalti.


Gibran Ajak Perusahaan Sepatu Lokal Bantu Siswa Kurang Mampu

5 menit lalu

Wapres Terpilih Gibran Rakabuming Raka masih hadir di kantor Wali Kota Solo di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, 24 April 2024, usai penetapan oleh KPU kemarin. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Gibran Ajak Perusahaan Sepatu Lokal Bantu Siswa Kurang Mampu

Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menggandeng perusahaan sepatu lokal membantu siswa kurang mampu dengan memberikan alas kaki sekolah.


Analisis Peran dan Statistik Rafael Struick saat Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Semifinal Piala Asia U-23 2024

6 menit lalu

Selebrasi Rafael Struick setelah mencetak gol kedua dalam perempatfinal AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Cuplikan TVN
Analisis Peran dan Statistik Rafael Struick saat Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Semifinal Piala Asia U-23 2024

Rafael Struick tampil mencorong saat Timnas U-23 Indonesia lolos ke semifinal Piala Asia U-23 2024 dengan mengalahkan Korea Selatan.


Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

7 menit lalu

Hormati hak cipta! TEMPO/Fahmi Ali
Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.


Prediksi Setlist Konser IU H.E.R di Jakarta 27-28 April 2024

9 menit lalu

IU HER World Tour Concert digelar di di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City pada  27-28 April 2024. Dok. CK Star Entertainment
Prediksi Setlist Konser IU H.E.R di Jakarta 27-28 April 2024

Berikut prediksi daftar lagu atau setlist konser IU yang akan digelar di ICE BSD pada 27-28 April 2024.


Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

10 menit lalu

Gedung Departemen Luar Negeri  di Washington. Reuters
Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

Jubir bahasa Arab untuk Deplu AS telah mengundurkan diri dari jabatannya karena penentangannya terhadap kebijakan Biden di Gaza.


Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

12 menit lalu

Pasangan presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka hadir dalam rapat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu Tahun 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu 24 April 2024. KPU menetapkan Prabowo-Gibran sebagai calon presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024 - 2029. TEMPO/Subekti.
Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

PT Bank Tabungan Negara (BTN) usulkan skema dana abadi untuk program 3 juta rumah yang digagas Prabowo-Gibran.


Upaya Pengelolaan dan Pengurangan Sampah di Daerah

13 menit lalu

Upaya Pengelolaan dan Pengurangan Sampah di Daerah

Masalah sampah bisa menjadi bencana jika penanganannya tidak komprehensif dan berkelanjutan.


Konflik Internal di KPK, Nurul Ghufron Jelaskan Alasan Albertina Ho Dianggap Melanggar Wewenang

14 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyampaikan netralitas Pemilu di gedung KPK pada Rabu, 7 Februari 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Konflik Internal di KPK, Nurul Ghufron Jelaskan Alasan Albertina Ho Dianggap Melanggar Wewenang

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menganggap pelaporannya terhadap Anggota Dewas KPK Albertina Ho sudah tepat.


Khawatir Kebocoran Data, Militer Korea Selatan Akan Larang Personelnya Pakai iPhone

16 menit lalu

Tank K1A2 Korea Selatan bergerak selama latihan tembak gabungan di lapangan pelatihan militer di Pocheon pada 14 Maret 2024 sebagai bagian dari latihan militer gabungan tahunan Freedom Shield antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. JUNG YEON-JE/Pool via REUTERS
Khawatir Kebocoran Data, Militer Korea Selatan Akan Larang Personelnya Pakai iPhone

Militer Korea Selatan dilaporkan sudah membuat edaran yang melarang prajuritnya memakai perangkat iPhone karena khawatir datanya bocor.