Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memahami Islam Nusantara

image-profil

image-gnews
Iklan

Husein Ja'far Al Hadar, penulis

Islam Nusantara yang sebenarnya secara praktis telah ada sejak Islam awal di Indonesia, kian harus muncul ke permukaan sebagai sebuah konsep untuk merespons besar dan kuatnya ancaman terhadap Islam di Indonesia, berupa kecenderungan keberislaman yang jumud (terbelakang) dan takfir (gemar mengkafirkan yang berbeda). Namun, di samping itu, ini juga peluang bagi Islam Nusantara untuk menjadi kiblat bagi Islam dunia yang tengah dirundung krisis ekstremisme, dengan tawaran keberislaman yang moderat, toleran, dan sadar kebudayaan. Itulah peran yang kian ingin dipegang oleh Nahdlatul Ulama (NU) dengan menjadikan Muktamar NU ke-33 pada 1 Agustus ini sebagai titik tolaknya.

Konseptualisasi Islam Nusantara itu harus berhadapan dengan tantangan besar. Sebab, pengonsepan secara rigid bisa justru menjebaknya dalam kekakuan, yang itu artinya paradoks dengan karakter dasarnya yang dinamis. Bahkan, ia adalah sebuah "proses" (becoming) yang tak pernah usai seiring dengan pergerakan ruang dan waktu yang melingkupinya dalam ke-Nusantara-annya. Atau bisa jadi upaya konseptualisasi itu mereduksinya, bahkan menjebaknya menjadi semacam mazhab atau golongan yang sebenarnya serta bertentangan dengan karakternya, yang justru menaungi seluruh wajah dalam Islam di Indonesia.

Terkait dengan hal itu, ada kesalahpahaman yang patut diluruskan karena rentan membuat Islam Nusantara seolah-seolah tercerabut dari nilai-nilai dasar Islam dan hanya mementingkan identitas kebudayaannya.

Pertama, kesalahpahaman yang menilai keberadaan Islam Nusantara berarti menyalahi prinsip "Islam yang satu". Padahal, sejatinya Islam Nusantara adalah Islam yang satu itu sendiri, sebagaimana Islam di Arab yang dibawa Nabi. Hanya, ketika ia dibawa ke Indonesia, budaya Arab yang melingkupinya digantikan dengan budaya Indonesia yang akan menjadi konteks barunya di sini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal itu dilakukan tentu bukan karena kita anti-Arab, melainkan agar Islam bisa sesuai dengan konteks Indonesia, sebagaimana Nabi menyesuaikan Islam dengan budaya Arab saat pertama kali turun dulu. Nabi memberikan kita gandum dan kita olah menjadi roti agar sesuai dengan cita rasa Indonesia.

Islam Nusantara bahkan bukan hanya berangkat dari kesatuan, tapi juga bervisi persatuan. Ia hendak menegaskan bahwa Islam yang satu berarti persatuan (ukhuwah) di bawah bendera Islam dengan merangkul seluruh perbedaan pandangan, tafsiran, dan mazhab yang ada di dalam Islam itu sendiri.

Kedua, kesalahpahaman bahwa Islam Nusantara keluar dari konsep Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan dipraktekkan Nabi. Tentu, jika yang dimaksud Islam murni sebagaimana kesalahpahaman itu, Islam murni merupakan sebuah gagasan yang bukan hanya utopis, tapi juga salah kaprah. Pasalnya, hal itu bertentangan dengan sunnatullah dan prinsip dasar Islam yang bisa ditemui dalam QS Al Hujurat: 13.

Islam Nusantara sejatinya menjaga prinsip Islam murni yang berasaskan pada Quran dan hadis. Ia menjadi fondasi dan substansi Islam Nusantara. Adapun kreasi atau ijtihad dilakukan pada tataran yang memang dibolehkan-bahkan diwajibkan-untuk itu, yakni pada tatanan syariat ijtihadiyyat atau syariat yang sejatinya dinamis dan memang seharusnya dikontekstualisasi dengan ruang dan zaman untuk menjunjung prinsip rahmatan lil 'alamin.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengamat Nilai Anies Tidak Bisa Lepas dari Rizieq Shihab

30 September 2023

Bakal calon presiden Anies Baswedan menjadi saksi saat ijab kabul pernikahan anak Rizieq Sihab atau biasa dipanggil Habib Rizieq, Syarifah Fairuz Syihab dan Sayyid Muhammad Bagie Alathas, Rabu malam, 27 September 2023. Pasangan bacapres dan bacawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Gus Imin) ikut menghadiri pernikahan putri Rizieq Sihab. Foto Istimewa
Pengamat Nilai Anies Tidak Bisa Lepas dari Rizieq Shihab

Anies menjadi saksi pernikahan anak Rizieq Shihab. Kata pengamat, kehadiran Anies memberikan efek negatif dan positif yang seimbang di Pilpres 2024.


Mahfud MD: Budaya Islam Indonesia Sesuai Ajaran Islam

12 April 2023

Mahfud MD: Budaya Islam Indonesia Sesuai Ajaran Islam

Umat Islam Indonesia harus pandai menangkap api Islam seperti yang dijelaskan oleh Bung Karno.


Mengapa Festival Tradisi Islam Nusantara Dihelat di Banyuwangi, Ini Penjelasan Erick Thohir

11 Januari 2023

Presiden Joko Widodo dan beberapa anggota kabinet serta Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan pengurus lainnya di acara Festival Tradisi Islam Nusantara dalam rangka Harlah Satu Abad NU di Banyuwangi, Senin malam, 9 Januari 2023. Foto: Istimewa
Mengapa Festival Tradisi Islam Nusantara Dihelat di Banyuwangi, Ini Penjelasan Erick Thohir

Banyuwangi dipercaya sebagai tempat perhelatan Festival Tradisi Islam Nusantara yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU.


Dihadiri Jokowi, Festival Tradisi Islam Nusantara di Banyuwangi Ramaikan Harlah Satu Abad NU

10 Januari 2023

Presiden Joko Widodo dan beberapa anggota kabinet serta Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan pengurus lainnya di acara Festival Tradisi Islam Nusantara dalam rangka Harlah Satu Abad NU di Banyuwangi, Senin malam, 9 Januari 2023. Foto: Istimewa
Dihadiri Jokowi, Festival Tradisi Islam Nusantara di Banyuwangi Ramaikan Harlah Satu Abad NU

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Festival Tradisi Islam Nusantara di Banyuwangi, Senin malam, 9 Januari 2023. Presiden RI Joko Widodo hadir dalam acara ini.


Himpunan Sekolah dan Madrasah Islam Nusantara Dukung Penempatan Guru PNS di Sekolah Swasta

17 September 2022

Petugas memverifikasi peserta tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)  di lokasi ujian The Sultan Convention Center, Sumsel, Minggu 5 September 2021. SKD CPNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru dan non guru untuk penempatan instansi  pemerintah daerah di Sumatera Selatan ini  diikuti oleh 87.407 orang dan digelar mulai 4 September - 18 Oktober 2021  dengan menerapkan protokol kesehatan. ANTARA FOTO/Feny Selly
Himpunan Sekolah dan Madrasah Islam Nusantara Dukung Penempatan Guru PNS di Sekolah Swasta

Himpunan Sekolah dan Madrasah - Islam Nusantara mendukung tetap diberlakukannya peraturan penempatan guru PNS di sekolah dan madrasah swasta.


Inilah Alasan Pemerintah Kolonial Beri Gelar Haji ke Orang Indonesia

16 Juni 2022

Para jamaah haji menyanyikan lagu Indonesia Raya di Asrama Haji Embarkasi Jakarta Timur, Sabtu 4 Juni 2022. Pelepasan keberangkatan jamaah haji kloter pertama pada hari ini, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief melepas keberangkatan jemaah haji secara simbolik sebanyak 389 jamaah. Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah
Inilah Alasan Pemerintah Kolonial Beri Gelar Haji ke Orang Indonesia

Gelar haji di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial. Pemberian gelar itu untuk memudahkan pengawasan pemerintah kolonial. Berikut ini sejarahnya.


Gus Miftah: Didi Kempot Janji Mau Ngaji Lagi di Pondok

5 Mei 2020

Gus Miftah: Didi Kempot Janji Mau Ngaji Lagi di Pondok

Sejak mualaf pada 1997, Didi Kempot kerap mengaji bersama kawan-kawan Nahdliyinnya. Ia juga pernah menciptakan lagu Islam Nusantara.


Mayoritas Responden Tempo Setuju Istilah Kafir Tidak Digunakan

11 Maret 2019

Suasana rapat pleno dalam Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Banjar, Jawa Barat, 27 Februari 2019. TEMPO/M Taufan Rengganis
Mayoritas Responden Tempo Setuju Istilah Kafir Tidak Digunakan

Rekomendasi Munas Alim Ulama NU mengusulkan tidak menggunakan istilah kafir.


Munas Alim Ulama NU Sepakati Pengertian Islam Nusantara

1 Maret 2019

Presiden Jokowi didampingi Muhtasyar Nahdlatul Ulama (NU) KH Ma'ruf Amin (kedua kiri) Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar (ketiga kanan) dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (ketiga kiri) berdoa bersama pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu, 27 Februari 2019. ANTARA/Adeng Bustomi
Munas Alim Ulama NU Sepakati Pengertian Islam Nusantara

Munas Alim Ulama NU menyatakan Islam Nusantara bukanlah aliran dan menyepakati definisi


Said Aqil Sebut Munas PBNU Akan Perkuat Definisi Islam Nusantara

31 Januari 2019

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj bersama para pimpinan PBNU usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor wakil presiden, Jakarta, 10 Januari 2019. TEMPO/Friski Riana
Said Aqil Sebut Munas PBNU Akan Perkuat Definisi Islam Nusantara

Said Aqil Siradj mengatakan dalam Musyawarah Nasional PBNU akan dibahas beberapa hal. Salah satunya adalah Islam Nusantara.