Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Arab Saudi, Taliban, dan ISIS

image-profil

image-gnews
Iklan

Smith Alhadar, Staf Ahli Institute for Democracy Education (IDE)

Mullah Mohammad Omar, pemimpin Taliban, telah meninggal disebabkan oleh tuberkulosis pada April 2013, tapi baru diumumkan lebih dari dua tahun kemudian (30 Juli 2015). Penggantinya adalah Mullah Akhtar Mohammad Mansour, asisten pribadinya, yang telah memimpin Taliban dalam tiga tahun terakhir.

Ditundanya maklumat kematian Omar sangat mungkin disebabkan oleh proses suksesi dan konsolidasi Taliban. Munculnya nama Mansour yang moderat kemungkinan besar hasil kesepakatan antara AS dan koalisi Pakistan-Arab Saudi. Sebab, dalam perundingan damai di Islamabad, Pakistan, awal Juli lalu, Taliban dan pemerintah Afganistan dukungan Iran serta wakil AS ikut hadir. Kesepakatan dengan Pakistan-Arab Saudi diperlukan agar AS dapat mengakhiri konflik di Afganistan dan menarik pulang 13 ribu sisa tentaranya di sana serta menjamin Afganistan tidak tergelincir ke dalam pemerintahan Afganistan yang radikal sebagaimana rezim Taliban yang pernah menguasai sebagian besar Afganistan (1996-2001) dan menampung Al-Qaidah.

Bersamaan dengan pengumuman kematian Mullah Omar, Taliban menolak menghadiri perundingan putaran kedua yang direncanakan pada 31 Juli. Apa yang sesungguhnya terjadi? Penolakan itu terjadi 16 hari setelah Iran dan P5+1 (AS, Rusia, Cina, Inggris, dan Prancis) plus Jerman mencapai kesepakatan program nuklir Iran yang mengecewakan Arab Saudi. Dan sembilan hari setelah Turki memutuskan perang terhadap Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) menyusul pengeboman bunuh diri ISIS di Suruc, bukan tidak mungkin pengingkaran Taliban itu atas desakan Riyadh. Berkompromi dengan pemerintahan Afganistan yang modern dan demokratis, dan didukung Syiah, tidak compatible dengan corak Islam ultra-konservatif Taliban.

Sebagaimana diketahui, tanpa Arab Saudi, tidak akan ada Taliban. Kelompok ini dibentuk pada 1994 atas inisiatif Arab Saudi, Pakistan, dan AS. Sumber daya manusianya diambil dari madrasah-madrasah bagi pengungsi Afganistan di sepanjang perbatasan Afganistan-Pakistan. Awalnya, ketiga negara ini mendukung mujahidin pimpinan Gulbuddin Hekmatyar untuk mengambil alih kekuasaan yang ditinggal Uni Soviet (1989).

Namun konflik di antara mujahidin berbasis kelompok etnis yang tidak berkesudahan membuat ketiganya mencari alternatif. Terutama juga setelah Hekmatyar mendukung Saddam Hussein menginvasi Kuwait (1990). Saudi menyediakan uang, AS menyediakan senjata, dan Pakistan menyediakan data intelijen. Tak mengherankan jika, hanya dalam waktu dua tahun, Taliban berhasil menduduki Kabul dengan menundukkan para kelompok mujahidin yang sukses mendepak tentara merah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pakistan menginginkan rezim yang dapat dikontrol untuk mendapat akses ke Asia Tengah. AS hendak mengeksplorasi minyak di sana dan melintasi pipa minyak Asia Tengah yang akan disalurkan ke Pelabuhan Karachi, Pakistan. Sedangkan Arab Saudi ingin memanfaatkan Taliban untuk menyedot kekuatan Iran dari timur. Digusurnya Taliban oleh NATO pimpinan AS pada 2001 terkait dengan perlindungannya atas Al-Qaidah tak membuat Taliban mati. Pakistan tetap melindungi Taliban dan Mullah Omar yang memimpin dewan syura dari Waziristan, barat laut Pakistan, karena pemerintahan Presiden Hamid Karzai pro-India. Saudi tetap menyalurkan bantuan kepada Taliban.

Arab Saudi pun bermuka dua terhadap ISIS. Di satu pihak, Riyadh tak dapat menolak permintaan sekutunya (AS) untuk ikut memerangi khilafat teror itu. Di pihak lain, ISIS menguntungkan Saudi lantaran memerangi Syiah di Irak dan Suriah. Sejak Maret ketika Iran terlibat dalam penaklukan Tikrit dan Saudi mulai sibuk memerangi Houthi di Yaman, Riyadh mendapat alasan untuk menghentikan serangan terhadap ISIS.

Harus dikatakan juga bahwa sesungguhnya ideologi Wahabisme tak berbeda dengan Taliban maupun ISIS. Dalam konteks politik, ketiganya berpegang pada konsep pemimpin "adil", yang berkolaborasi dengan ulama, untuk memimpin negara Islam tanpa perlu konstitusi, parlemen, dan pemilu. Bantuan Saudi kepada ISIS bahkan sudah dimulai sejak awal konflik di Irak pasca-Saddam Hussein (2003) dan munculnya Arab Spring di Suriah (2011) dalam perlombaan pengaruh dengan Iran. Keikutsertaan Turki dalam memerangi ISIS tentu mengecewakan Arab Saudi.

Dicabutnya sanksi ekonomi atas Iran dan kedatangan para pemimpin Barat ke Teheran untuk membicarakan kerja sama ekonomi menandai rekonsiliasi Iran-Barat, yang akan membuat Iran lebih leluasa menjalankan politik regionalnya yang berbau sektarian dan mengancam stabilitas Saudi. Dalam konteks inilah kemungkinan mundurnya Taliban dari proses perdamaian dengan motif baru: menguasai penuh Kabul. Hal itu bukan tidak mungkin karena de facto pemerintahan Afganistan rapuh dan koalisi Pakistan-Arab Saudi memiliki semua sumber daya untuk menjatuhkannya. Tentara Afganistan yang dilatih AS hanya kuat di Kabul, sementara Taliban membuat kemajuan militer signifikan sejak NATO meninggalkan Afganistan pada akhir tahun lalu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

1 hari lalu

Petugas tengah menunjukkan contoh emas berukuran 1 kilogram di butik Galery24 Salemba, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Harga emas 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam terpantau naik pada perdagangan hari ini menjelang rapat The Fed soal kebijakan suku bunga. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

Analisis Deu Calion Futures (DCFX) menyebut harga emas turun karena kekhawatiran terhadap konflik di Timur Tengah mereda.


Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

1 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Bank Indonesia saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan
Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

Rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal.


Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

1 hari lalu

Aktivitas pengisian truk tangki untuk distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Depo BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta, Selasa 2 April 2024. Menjelang libur panjang Idul Fitri 1445 H, Pertamina telah menyiapkan sarana dan fasilitas tambahan yang meliputi 1.792 SPBU Siaga 24 Jam, 5.027 Agen LPG Siaga 24 Jam, 200 Mobil Tangki Stand By, 61 Kiosk Pertamina Siaga, 54 Motorist, dan 281 Pertamina Delivery Service. TEMPO/Tony Hartawan
Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.


Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

2 hari lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

Kepala Ekonom BCA David Sumual merespons pelemahan rupiah. Ia menilai depresiasi rupiah karena ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.


Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

3 hari lalu

Paus Fransiskus memimpin doa Angelus di Vatikan, 17 Desember 2023. REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.


BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

3 hari lalu

Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel 14 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.


11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

3 hari lalu

Orang-orang berjalan di Lapangan Naqsh-e Jahan, setelah laporan serangan Israel ke Iran, di Provinsi Isfahan, Iran 19 April 2024. Rasoul Shojaie/IRNA/WANA
11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

Isfahan merupakan salah satu tujuan wisata utama dan salah satu kota bersejarah terbesar di Iran.


Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

3 hari lalu

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung, Priok, Jakarta, Senin, 15 Januari 2024.  Badan Pusat Statistik atau BPS mengumumkan total nilai ekspor Indonesia pada Desember 2023 mencapai US$ 22,41 miliar. Tempo/Tony Hartawan
Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.


Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

3 hari lalu

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Sarah Silbiger
Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

Menlu AS Antony Blinken juga akan membahas sejumlah isu dalam lawatan ke Cina, termasuk Laut Cina Selatan dan konflik Timur Tengah


Deretan Kasus Kawin Kontrak di Indonesia, Terakhir Terjadi Lagi di Cianjur

3 hari lalu

Dua orang perempuan RN dan LR ditangkap polisi karena terlibat dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan modus kawin kontrak setelah korban yang dijebak melapor, Ahad, 14 April 2024. Foto: ANTARA/Ahmad Fikri
Deretan Kasus Kawin Kontrak di Indonesia, Terakhir Terjadi Lagi di Cianjur

Kawin kontrak telah marak menjadi modus baru dalam TPPO di Indonesia.