Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Agenda Pembangunan Pasca-2015

image-profil

image-gnews
Iklan

Diah S. Saminarsih dan Yanuar Nugroho *)

Di penghujung Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), dunia telah memutuskan kelanjutan Agenda Pembangunan Pasca-2015. Sebagai kelanjutan MDGs, Agenda Pembangunan Pasca-2015 mengisi kekosongan substansi maupun proses pembangunan yang luput dari pertimbangan saat MDGs dirumuskan pada awal milenium ini. Guna memahami kompleksitas dunia saat ini dan mengantisipasi masalah yang dihadapi pada masa depan menjadi alasan Agenda Pasca-2015 dirumuskan untuk dicapai pada 2030.

Penyusunan Agenda Pasca-2015 melalui sejumlah jalur, dari inisiatif Sekretaris Jenderal PBB melalui High-Level Panel, UN Task Team, hingga track Rio+20 yang melibatkan semua anggota PBB. Hasilnya adalah Agenda Pasca-2015 yang diterima secara aklamasi pada 2 Agustus 2015 dan akan diresmikan adopsinya dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-70 September nanti.

Apa prinsip utama agenda pembangunan baru ini? Satu yang utama: leave no one behind; jangan abaikan seorang pun saat membangun. Pembangunan untuk semua. Sejauh mana pesan global itu relevan bagi kita di tingkat nasional?

Masalah pembangunan selalu jamak. Karena itu, penyelesaiannya pun harus melalui multisektor. Misalnya soal stunting dan angka kematian ibu (AKI). Stunting alias gangguan pertumbuhan adalah manifestasi gizi kurang yang terjadi pada 37,2 persen balita Indonesia. Empat dari sepuluh anak kita berisiko tinggi terkena penyakit tidak menular di usia dewasa, mempunyai kemampuan kognisi rendah, dan tidak memiliki cukup kemampuan untuk merealisasi potensi ekonominya secara optimal. Sementara itu, AKI masih tinggi, yakni 15.000-17.000 kematian dari 5 juta kelahiran per tahun. Ini berarti setiap jam ada satu perempuan meninggal dunia karena melahirkan.

Dua contoh masalah kesehatan ini tak pernah berpenyebab tunggal. Selain masalah pemerataan akses terhadap layanan kesehatan, ada problem gizi dan kesehatan ibu  dan anak yang terkait dengan aspek lain. Di antaranya ketahanan pangan dan produksi pertanian, infrastruktur transportasi, akses terhadap air bersih dan sanitasi, pendidikan publik tentang pengolahan bahan pangan lokal, akses terhadap informasi, serta ketersediaan listrik bagi semua penduduk.

"Pembangunan untuk semua" adalah pembangunan yang berkeadilan sosial. Fokusnya adalah terjangkaunya semua sumber daya pembangunan, terutama oleh mereka yang berada di pinggiran: daerah tertinggal, terdepan, dan perbatasan. Ia harus menjangkau bukan saja pada sebanyak mungkin warga, tapi juga mereka yang paling rentan dan tersisih.

Mengapa kaitan ini penting? Karena mereka yang terabaikan itu punya wajah dan hidup yang nyata. Mereka tidak sekadar angka atau statistik dalam laporan. Mereka adalah warga dengan segala haknya. Karena itu, prinsip membangun tanpa mengabaikan punya dua makna imperatif: inklusif dan multidimensi. Persoalannya, bagaimana keduanya dijalankan dalam pembangunan kita?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, inklusivitas. Banyak orang tersingkir dan tersisih dari pembangunan karena gender, suku, jenis kelamin, orientasi seksual, keterbatasan fisik, maupun kemiskinan. Dampaknya? Ketimpangan. Di dunia, 10 persen orang terkaya menguasai 85 persen sumber daya bumi, sedangkan 50 persen orang termiskin menguasai kurang dari satu persen. Di Indonesia, tanpa harus melihat koefisien Gini yang terus meningkat sepuluh tahun terakhir ini, kita tahu betapa timpangnya kondisi sosial-ekonomi antara pusat pembangunan seperti Jawa-Bali dan daerah-daerah di luar Jawa, khususnya perbatasan, wilayah terluar, dan kepulauan.

Imperatif inklusivitas pembangunan mensyaratkan perubahan mental dan paradigma, khususnya bagi pemerintah. Dengan bahasa Jokowi, "revolusi mental" itu harus dimulai dari pemerintah sendiri dalam melihat caranya membangun. Membangun haruslah lintas sektor. Jika pemerintah tidak paham "gambar besar" pembangunan melampaui sekat sektoral yang selama ini ada, lupakan gagasan "pembangunan untuk semua". Dan, "revolusi mental" barangkali hanya akan tinggal mimpi.

Justru karena tiap sektor mempunyai kompleksitasnya sendiri, pembangunan harus dilakukan dengan pendekatan lintas dan multi-sektoral. Hanya, birokrasi dan administrasi pemerintahan kerap begitu melumpuhkan: mereka tidak saja membuat orang berpikir fragmented, tapi lebih parah lagi. Mereka lamban dan acap memperlambat tumbuhnya inisiatif-inisiatif baru dalam pembangunan.

Di sinilah pentingnya makna imperatif kedua: pembangunan mesti multidimensi. Penyediaan infrastruktur pita lebar untuk Internet, misalnya, juga merupakan tulang-pungung untuk mencerdaskan bangsa lewat e-learning atau kelas jarak jauh; ataupun menjembatani sulitnya tenaga kesehatan ahli lewat telemedicine. Begitu pula halnya pembangunan jalan bukan hanya perkara infrastruktur atau akses ke pasar, tapi juga upaya untuk memastikan mereka yang terisolir bisa mengakses layanan publik serta sumber daya pembangunan lain. Ini semua menuntut pemerintah mempunyai komitmen untuk memastikan capaian (delivery) dan integrasi seluruh proses pembangunan sejak perencanaan, penganggaran, hingga eksekusi dan pemantauan serta evaluasinya.

Maka, kini, semoga menjadi jelas bagi kita bahwa apa yang didesakkan oleh Agenda Pembangunan Pasca-2015 di tingkat global sebenarnya amat relevan, bahkan ada di jantung perkara pembangunan nasional kita.

Pembangunan memang selalu soal keberpihakan. Dan keberpihakan adalah pilihan politis ketimbang debat gagasan. Dunia sudah mengambil langkah politis dengan menentukan prinsip dasar Agenda Pembangunan Pasca-2015, yakni pembangunan harus dilakukan tanpa pengabaian. Kini saatnya pemerintah menegaskan pilihan politisnya dalam membangun Indonesia pasca-2015 sesuai dengan prinsip global tersebut. Bukankah membangun tanpa mengabaikan ini adalah esensi janji Nawacita Presiden Jokowi? *

*) Diah S. Saminarsih adalah Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kemitraan dan Pelayanan Kesehatan Primer; Yanuar Nugroho adalah Deputi Kepala Staf Kepresidenan Bidang Kajian dan Pengelolaan Program Prioritas. Keduanya anggota delegasi RI untuk negosiasi Agenda Pembangunan Pasca-2015 di PBB.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Menteri Energi Kuntoro Mangkusubroto Meninggal, Akan Dimakamkan di TMP Kalibata Siang Ini

17 Desember 2023

Kuntoro Mangkusubroto. TEMPO/Yosep Arkian
Mantan Menteri Energi Kuntoro Mangkusubroto Meninggal, Akan Dimakamkan di TMP Kalibata Siang Ini

Mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto meninggal dunia pada hari ini.


Dilantik Jadi Pengarah UKP PIP, Megawati: Belum Tahu Usulkan Apa  

7 Juni 2017

Megawati Soekarnoputri foto bersama Kepala BIN Budi Gunawan dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayan Puan Maharani usai dilantik sebagai pengarah UKP PIP. TEMPO/Istman
Dilantik Jadi Pengarah UKP PIP, Megawati: Belum Tahu Usulkan Apa  

Megawati Soekarnoputri dilantik Presiden Jokowi sebagai Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila bersama 8 tokoh lainnya.


Wali Kota Makassar Lantik Komisioner Percepatan Program  

3 Maret 2015

Seluruh pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Camat dan Komisi Pengendali Percepatan Program Strategis (KP3S) dilingkungan Pemerintah Kota Makassar diambil sumpahnya oleh walikota Makassar di Pelabuhan Paotere, Makassar, 13 Februari 2015. Pengambilan sumpah dan pelantikan tersebut meraih penghargaan dalam Museum Rekor Indonesia (MURI). TEMPO/Fahmi Ali
Wali Kota Makassar Lantik Komisioner Percepatan Program  

KP3S merupakan lembaga strategis. Meski begitu, pemerintah juga harus berpikir rasional.


JK Tak Persoalkan UKP4 Kini di Bawah Seskab  

21 November 2014

Jusuf Kalla memakai sepatu JK Collection dari Cibaduyut, sebelum berangkat ke pelantikan Presiden dan Wakil Presiden di gedung MPR, Jakarta, Senin 20 Oktober 2014. TEMPO/Tika Primandari
JK Tak Persoalkan UKP4 Kini di Bawah Seskab  

Deputi-deputi yang ada di UKP4 sekarang langsung di bawah Sekretaris Kabinet.


Yogya Sumbang Banyak Nomine MDGs Award

4 Maret 2014

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyajikan laporan panel post-2015 Millennium Development Goals (MDGs) kepada Sekjen PBB Ban Ki-Moon di markas PBB,  New York  (30/5)  REUTERS/United Nations/Mark Garten
Yogya Sumbang Banyak Nomine MDGs Award

Program ini mendorong pemangku kepentingan mempercepat pencapaian Millenium Development Goals pada 2015.


Presiden Tunjuk Kepala Badan Pengelola REDD+  

26 November 2013

isa penebangan pohon setelah terjadi perambahan di kawasan hutan lindung Barisan I, Aia Dingin Batu Gadang, Padang, Sumbar, Minggu (13/1). ANTARA/Iggoy el Fitra
Presiden Tunjuk Kepala Badan Pengelola REDD+  

Kepala Badan memiliki fasilitas setara Menteri dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Memiliki 4 deputi selevel pejabat eselon 1a.


SBY Minta UKP4 Laporkan Kinerja Menteri  

14 November 2013

Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto. Tempo/Dian Triyuli Handoko
SBY Minta UKP4 Laporkan Kinerja Menteri  

Presiden berharap, laporan dan pemaparan yang bakal disampaikan Kuntoro bisa memacu sejumlah kementerian menyelesaikan program kerja.


Rakyat Jangan Sungkan Mengadu ke LAPOR  

1 November 2013

Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, Kuntoro Mangkusubroto. Tempo/Aditia Noviansyah
Rakyat Jangan Sungkan Mengadu ke LAPOR  

Open Government Partnership merupakan inisiatif baru multilateral yang bertujuan mendorong pemerintah berkomitmen mempromosikan transparansi.


Yogyakarta Lima Besar Terbaik Penyerapan APBN

26 Agustus 2013

Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Yogyakarta Lima Besar Terbaik Penyerapan APBN

TEPPA juga mengevaluasi penyerapan anggaran di kementerian,
lembaga, dan lembaga non-kementerian


Pencabutan Moratorium Izin Tebang Hutan Ditunda

19 Maret 2013

TEMPO/Ishomuddin
Pencabutan Moratorium Izin Tebang Hutan Ditunda

Moratorium ini waktu bagi kita untuk menumbuhkan kepercayaan pada dunia bahwa kita bisa kurangi emisi.