Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Minat Baca Tak Bisa Menunggu

image-profil

image-gnews
Iklan

AGUS M. IRKHAM, pegiat literasi

Menteri Pendidikan Anies Baswedan, Jumat (24 Juli 2015), mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 21/2015 tentang program penumbuhan budi pekerti (PBP). Anies mengatakan, mulai tahun ajaran baru 2015/2016, permen tersebut harus sudah dijalankan melalui serangkaian kegiatan harian bersifat wajib maupun piihan.

Salah satunya berupa kewajiban siswa membaca buku non-pelajaran 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan potensi siswa serta memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan minat-bakatnya melalui buku yang dibaca.

Tentu saja, guna melancarkan kegiatan wajib baca tidak bisa lagi mengandaikan adanya sarana utama, yaitu perpustakaan dan koleksi buku yang memadai, baik dari sisi jumlah atau kuantitas maupun kualitas dan keragamannya. Artinya, buku-buku yang ada harus sesuai dengan kebutuhan pembaca setempat.

Kesadaran tersebut telah diafirmasi pemerintah melalui pengesahan payung hukum, yaitu Undang-Undang RI Nomor 43/2007 tentang Perpustakaan: "Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan (pasal 23 ayat 1)."

Hanya, saat kita melihat kenyataan yang terjadi di lapangan, apa yang tertuang dengan bagus dalam UU tersebut masih jauh panggang dari api. Salah satu asnad yang dapat saya ajukan adalah dari segi jumlah perpustakaan sekolah. Dari jumlah total sekolah dasar (SD) di Indonesia yang mencapai 148 ribu lebih, SD yang memiliki perpustakaan baru 50 ribu (30 persen). Sementara itu, SMP 13 ribu perpustakaan (36 persen), dan SMA 9.000 perpustakaan (54 persen).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas bagaimana "benang kusut" kondisi tersebut hendak diudar? Dalam jangka pendek, sekolah-sekolah yang belum memiliki perpustakaan, atau sudah ada, tapi koleksi bukunya tidak memadai, bisa bekerja sama dengan perpustakaan desa/kelurahan, taman bacaan masyarakat (TBM), dan perpustakaan daerah (kabupaten dan kota).

Bentuk kerja samanya berupa peminjaman buku. Kerja sama ini digagas bertitik mula dari kesadaran bahwa minat baca tidak bisa menunggu. Ketiadaan bacaan akan membuat para siswa yang semula memiliki minat baca tinggi menjadi malas membaca. Momentum pembentukan reading habit melalui kegiatan jam wajib membaca pun akhirnya bisa hilang.

Hanya, meskipun model kerja sama peminjaman buku tersebut bisa menolong, dalam jangkan panjang tidak akan berkelanjutan. Selain jumlah bacaan yang dimiliki perpustakaan desa dan TBM terbatas, ada pula masalah cakupan layanan-jika bekerja sama dengan perpustakaan daerah. Rasa-rasanya mustahil jika perpustakaan daerah harus melayani peminjaman buku ke semua sekolah se-kabupaten.

Untuk itu, yang harus diupayakan segera adalah membangun perpustakaan sekolah. Saat ini terdapat sekitar 200 ribu sekolah dari tingkat SD sampai SMU. Sesuai dengan Pembukaan Manifesto UNESCO bersama IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions) tentang Perpustakaan Sekolah, pemerintah yang berkewajiban membangun. Artinya, dalam jangka panjang pewajiban membaca pada siswa tidak akan efektif jika tidak disertai pembangunan perpustakaan yang memenuhi standar, sebagaimana yang telah diamanatkan undang-undang. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Manfaat Membaca Buku Bacaan Literasi untuk Perkembangan Anak

51 hari lalu

Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius
5 Manfaat Membaca Buku Bacaan Literasi untuk Perkembangan Anak

Buku bacaan literasi memiliki beragam manfaat untuk perkembangan anak. Simak lima manfaat membaca buku jenis ini.


Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

27 Januari 2024

Sejumlah pegiat literasi membaca buku saat kampanye #RuangBacaJakarta didalam Kereta MRT, Jakarta, Minggu, 8 September 2019. Kampanye ini merupakan gerakan MRT Jakarta untuk mendorong minat baca dan dan menjadikan membaca bagian dari gaya hidup masyarakat kota. TEMPO/Muhammad Hidayat
Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

Selain menambah wawasan, membaca buku dapat membantu penurunan dalam kesehatan mental, seperti stres dan demensia.


Pesan Dokter Anak untuk Tumbuhkan Minat Baca sejak Kecil

8 Desember 2023

Ilustrasi membacakan buku untu bayi. Bisnis.com
Pesan Dokter Anak untuk Tumbuhkan Minat Baca sejak Kecil

Dokter anak mengatakan orang tua perlu meluangkan waktu membaca bersama anak untuk perkembangan literasi awal dan menumbuhkan minat baca anak.


Pasca-Covid-19, Keterampilan Matematika dan Membaca Menurun di Kalangan Remaja

6 Desember 2023

Ilustrasi anak mengerjakan soal/matematika. Shutterstock
Pasca-Covid-19, Keterampilan Matematika dan Membaca Menurun di Kalangan Remaja

Keterampilan matematika dan membaca remaja mengalami penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya di banyak negara pasca-Covid-19.


Studi: Keterampilan Matematika & Membaca Remaja Turun Terburuk, Ada Faktor Ponsel

6 Desember 2023

ilustrasi belajar matematika (pixabay.com)
Studi: Keterampilan Matematika & Membaca Remaja Turun Terburuk, Ada Faktor Ponsel

Matematika dan keterampilan membaca pada remaja mengalami penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya.


BBW Books Gelar Pesta Buku Akhir Tahun, Uli Silalahi: Jadikan Membaca Sebagai Gaya Hidup Keluarga

1 Desember 2023

Presiden Direktur Big Bad Wolf Indonesia, Uli Silalahi/BBW Books
BBW Books Gelar Pesta Buku Akhir Tahun, Uli Silalahi: Jadikan Membaca Sebagai Gaya Hidup Keluarga

Pengalaman memburu buku harapannya jadi lebih berkesan dan menarik bagi keluarga dan sahabat, di pesta buku akhir tahun Big Bad Wolf.


Efisien dan Cerdas, Ini 8 Gaya Hidup Orang Jepang yang Membuat Hidup Lebih Simpel

10 Oktober 2023

Orang-orang bersulang bersama saat mereka berpiknik di bawah pohon sakura di taman Ueno di Tokyo, Jepang, 21 Maret 2023. Piknik bersama di bawah pohon sakura yang sedang mekar merupakan tradisi di Jepang. REUTERS/Androniki Christodoulou
Efisien dan Cerdas, Ini 8 Gaya Hidup Orang Jepang yang Membuat Hidup Lebih Simpel

Gaya hidup orang Jepang dikenal efektif dan efisien.


Kisah Dewi Sartika Dirikan Sekolah Perempuan Pertama, Untuk Perjuangkan Kesetaraan dalam Pendidikan

11 September 2023

Pada 1911 bersama Dewi Sartika, Lasminingrat mendirikan sekolah perempuan bernama Sekolah Kautamaan Puteri. Karena kontribusinya yang besar terhadap pendidikan di Tanah Air dan menjadi tokoh intelektual perempuan pribumi, Lasminingrat dijuluki sebagai tokoh perempuan 'Sang Pemula' . Wikipedia dan Jogjaprov.go.id
Kisah Dewi Sartika Dirikan Sekolah Perempuan Pertama, Untuk Perjuangkan Kesetaraan dalam Pendidikan

Dewi Sartika memberikan kesempatan kepada para anak pembantu bagaimana rasanya sekolah dan belajar baca tulis. Sesuatu yang mustahil saat itu.


Pembelajaran yang Diperlukan Anak Usia Dini, Bukan Calistung

23 Juni 2023

Ilustrasi. TEMPO/Aditia Noviansyah
Pembelajaran yang Diperlukan Anak Usia Dini, Bukan Calistung

Pendidikan anak usia dini rentangtidak diwajibkan bisa calistung karena di usia itu fase bermain untuk pembentukan karakter dan kemampuan kognitif.


Segelas Kopi Gratis di Kedai Buku Semut Alas

13 Juni 2023

T.S. Hendra Prasetya K alias Hendro, pemilik Kedai Buku Semut Alas di Kota Malang pada Senin, 5 Juni 2023. TEMPO/Abdi Purmono
Segelas Kopi Gratis di Kedai Buku Semut Alas

Pendirian Kedai Buku Semut Alas dilatarbelakangi oleh kesusahan Hendro mendapatkan buku humaniora dan sosial politik alternatif bertema kritis.