Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

10 Tahun Wafat Cak Nur

image-profil

image-gnews
Iklan

Endang Suryadinata, Penggemar Sejarah

Semoga kita tidak lupa. Sepuluh tahun silam, tepatnya pada 29 Agustus 2005, salah satu pemikir besar, Nurcholish Madjid (Cak Nur), meninggal dunia di Jakarta akibat kanker hati. Meski sudah satu dekade berlalu, semoga semangat dan pemikirannya terus hidup.

Bagaimanapun, sudah selayaknya pemikiran Cak Nur direvitalisasi dan perjuangannya diberi tempat dalam sejarah bangsa ini. Bukankah seperti kata Milan Kundera, "der Kampf der Erinnerung gegen das Vergessen", perjuangan ingatan melawan lupa itu tidak gampang di tengah amnesia yang gampang diidap bangsa ini?

Pemikiran Cak Nur, baik yang terkait dengan Islam dan relasinya dengan agama-agama lain maupun relasi Islam dengan negara, juga masa depan negeri ini, sebaiknya jangan pernah  dilupakan. Harus diakui, pemikiran Cak Nur semasa hidup sungguh menyimpan "daya mesianis" (meminjam istilah filsuf Walter Benjamin). Artinya, apa yang telah Cak Nur pikirkan sepanjang hidupnya menyangkut "nasib" bangsa ini sungguh bermanfaat dan relevan bagi kita pada masa sekarang dan mendatang.

Salah satu dari sekian banyak pemikirannya yang tampak relevan dengan kekinian kita adalah soal nasionalisme produktif di tengah tantangan  globalisasi. Menurut Cak Nur, nasionalisme masih kita butuhkan, tapi kita tidak membutuhkan nasionalisme yang mengisolasi diri sendiri, seperti kasus Myanmar. Dan, nasionalisme yang didambakan Cak Nur adalah nasionalisme yang produktif seperti model Korea Selatan atau Cina. Tanpa gembar-gembor menyebut nasionalisme, warga kedua negara tersebut sangat produktif dengan barang-barang buatan mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ini beda dengan negeri kita. Cak Nur mengkritik bangsa kita ini sebagai bangsa yang manja dan cengeng. Suka mencari gampangnya, sehingga makin dikenal sebagai bangsa paling konsumtif di dunia. Daripada usaha sendiri susah, sudahlah, beli dengan mengimpor saja.  

Padahal, menurut Cak Nur, mentalitas seperti  itulah  yang merusak sumber daya manusia (human resources) kita, sehingga daya saing kita begitu rendah. Dan nasionalisme kita menjadi tidak produktif. Cak Nur menunjuk apa yang terjadi di Probolinggo atau Pasuruan. Dulu, di era kolonialisme Belanda, di kedua kawasan itu malah terdapat  beraneka pabrik besar, seperti pabrik gerbong kereta api. Bahkan gula produksi pabrik di dua kawasan itu pun sudah diekspor. Sekarang hal itu tidak terjadi, dan orang-orang di sana menjadi kurang kompetitif dalam menyongsong globalisasi.

Untuk itu, nasionalisme yang kita hidupi harus disokong oleh praktek hidup bernegara dan berbangsa yang bersih, jauh dari segala praktek culas korupsi dan mencari untung sendiri. Cak Nur memang terobsesi good governance. Obsesi itulah yang kemudian mendorong Cak Nur maju sebagai salah satu calon presiden dalam Pemilu 2004 dari Partai Golkar, meski akhirnya mundur.

Akhirnya, kalau membuka semua dokumen pemikiran Cak Nur dan mengkajinya satu per satu, kita akan menyadari bahwa pemikirannya belum basi. Misalnya pemikiran inklusivitas dalam beragama, yang masih sangat cocok di tengah maraknya radikalisme yang mengancam kemanusiaan dan NKRI yang majemuk. Itu menjadi bukti pemikiran Cak Nur menyimpan "daya mesianis". *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sosok Al-Kindi yang Disebut Sebagai Filsuf Pertama dalam Peradaban Islam

11 hari lalu

Mengenal Al-Kindi, filsuf muslim yang telah menulis banyak karya dari berbagai bidang ilmu, dengan jumlah sekitar 260 judul. Foto: NU Online
Sosok Al-Kindi yang Disebut Sebagai Filsuf Pertama dalam Peradaban Islam

Mengenal Al-Kindi, filsuf muslim yang telah menulis banyak karya dari berbagai bidang ilmu, dengan jumlah sekitar 260 judul.


Inilah 10 Tokoh yang Paling Banyak Dicari di Google Indonesia pada 2023

31 Desember 2023

Google Indonesia menggelar kegiatan Year In Search 2023 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin 18 Desember 2023. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Inilah 10 Tokoh yang Paling Banyak Dicari di Google Indonesia pada 2023

YouTuber Nadia Fairuz Omara menempati posisi pertama tokoh yang banyak dicari di Google Indonesia sepanjang 2023.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Musra Relawan Jokowi Akan Dihadiri Peserta dari Sabang - Merauke, Undang Tokoh & Pejabat

11 Mei 2023

Ketua Umum Relawan Pro Jokowi Budi Arie Setiadi  memberikan keterangannya setelah melakukan pertemuan, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin, 8 November 2022. Pertemuan tersebut sebagai ajang silaturahmi sekaligus membahas hasil Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia I. TEMPO/Muhammad Ilham Balindra
Musra Relawan Jokowi Akan Dihadiri Peserta dari Sabang - Merauke, Undang Tokoh & Pejabat

Ketua Panitia Musra Indonesia Panel Barus menuturkan para relawan Joko Widodo alias relawan Jokowi akan hadir di Istora Senayan.


10 Tokoh Nahdlatul Ulama yang Bergelar Pahlawan Nasional, Salah Satunya Jadi Bapak Film Indonesia

13 Februari 2023

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
10 Tokoh Nahdlatul Ulama yang Bergelar Pahlawan Nasional, Salah Satunya Jadi Bapak Film Indonesia

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia yang beberapa tokohnya mendapatkan gelar pahlawan nasional.


Lima Tokoh Tempo 2022

28 Desember 2022

Lima Tokoh Tempo 2022

Kami memilih lima pendamping korban kekerasan seksual-satu tema yang makin marak belakangan ini-sebagai Tokoh Tempo 2022.


Tokoh Tempo 2022 Lima Perempuan Pemberani

25 Desember 2022

Majalah Tempo memilih lima nama pendamping korban kekerasan seksual sebagai Tokoh Tempo 2022. Mereka konsisten dan gigih meski tak ada kamera yang menyorot apa yang mereka lakukan. . Siapa saja mereka?
Tokoh Tempo 2022 Lima Perempuan Pemberani

Siapa saja lima perempuan Tokoh Tempo 2022?


Kumpulan Kata-kata Bijak Populer untuk Motivasi Hidup dari Tokoh dan Film

14 November 2022

BJ Habibie. TEMPO/Aditia Noviansyan
Kumpulan Kata-kata Bijak Populer untuk Motivasi Hidup dari Tokoh dan Film

Berikut kumpulan kata-kata bijak dari tokoh dan film untuk motivasi hiudp Anda lebih baik


Anies Baswedan Dirikan Galeri 15 Tokoh di TPU Karet Bivak, Ada Fatmawati dan Mohammad Natsir

13 Oktober 2022

Warga menaburkan bunga di atas makam keluarganya saat berziarah di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta, Senin 2 Mei 2022. Pada hari pertama Lebaran, TPU tersebut ramai peziarah untuk mendoakan sanak keluarga dan kerabat yang sudah wafat. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Anies Baswedan Dirikan Galeri 15 Tokoh di TPU Karet Bivak, Ada Fatmawati dan Mohammad Natsir

Anies Baswedan mendirikan galeri berisi informasi digital 15 tokoh bangsa yang dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak.


Ridwan Saidi Sarankan Heru Budi Hartono Komunikasi dengan Tokoh Betawi

11 Oktober 2022

Ridwan Saidi saat melakukan Orasi Budaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Dalam orasinya, Budayawann Betawi tersebut mengkritisi kekisruhan antara Menpora dengan PSSI. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Ridwan Saidi Sarankan Heru Budi Hartono Komunikasi dengan Tokoh Betawi

Budayawan Betawi Ridwan Saidi dan anggota DPD asal Jakarta Sylviana Murni tidak memasalahkan Heru Budi Hartono jadi Pj Gubernur DKI Jakarta.