Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menghadapi Perang Mata Uang

image-profil

image-gnews
Iklan

Andi Irawan, dosen Universitas Bengkulu

Rupiah terus melemah sampai menembus angka 14.000 per dolar AS.  Pelemahan mata uang dalam negeri memang bukan fenomena spesifik di Indonesia. Ia fenomena di banyak negara, terlebih yang perekonomiannya sedang tumbuh (emerging market) seperti Indonesia.

Hanya, berbeda dengan penyebab pelemahan-pelemahan sebelumnya, penyebab kali ini dipahami banyak pihak sebagai dampak currency war (perang mata uang). Perang mata uang merujuk pada fenomena saat negara-negara berkompetisi satu sama lain untuk melemahkan nilai mata uang mereka. Tujuannya, ekspor negara yang mengalami depresiasi mata uang tersebut meningkat.

Tersebutlah Cina, negeri adidaya ekonomi dunia baru yang mempunyai mata uang yuan-yang terapresiasi hingga 33 persen dari 2005 sampai saat ini. Kondisi perekonomian saat ini dinilai tidak menguntungkan Cina karena membuat yuan semakin mahal dan barang-barang ekspor Cina tidak bisa bersaing. Akibatnya, ekspor Negeri Tirai Bambu pada Juli 2015 turun 8,3 persen.

Itulah akhirnya yang menyebabkan bank sentral Cina (PBOC) mendevaluasi yuan 1,9 persen pada pertengahan Agustus-devaluasi terendah dalam tiga tahun terakhir. Hanya, devaluasi tersebut terus menimbulkan pertanyaan. Devaluasi terjadi saat surplus perdagangan Cina meningkat. Seharusnya, dalam kondisi surplus itu, yang dilakukan Cina untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran adalah menaikkan kurs yuan terhadap dolar, bukan melemahkannya (devaluasi).

Devaluasi yuan akan mendorong AS segera merealisasi kebijakan pengetatan moneter yang telah diumumkan sebelumnya dalam rangka mendepresiasi nilai dolar untuk menjaga ekspor AS di dunia. Selama  sembilan bulan terakhir, kenaikan rata-rata dolar yang sebesar 25 persen telah menyeret ekonomi Negeri Abang Sam ke arah yang kurang menggembirakan. Apalagi, dengan devaluasi yuan, akan semakin tidak kompetitiflah produk AS di luar negeri.

Cina tentu saja tidak perlu khawatir jika AS mengambil kebijakan moneter ketat tersebut. Sebab hal itu akan menyebabkan mata uang negara-negara emerging market semakin terdepresiasi, yang akan memperbesar daya penetrasi produk Cina di dunia.

Bagi Indonesia, jika perang mata uang negara adidaya ekonomi dunia terus berlangsung, rupiah akan semakin melemah. Pelemahan rupiah secara teoretis seharusnya tidak mengkhawatirkan. Sebab harga-harga domestik menjadi lebih rendah dibanding harga internasional, yang akan memacu peningkatan ekspor.

Tapi, pada kenyataaannya, hal itu tidak terjadi karena tiga sebab. Pertama, komoditas ekspor didominasi komoditas primer (pertambangan dan pertanian) yang memang saat ini harga internasionalnya mengalami penurunan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, negara-negara mitra dagang tempat menjual produk ekspor kita umumnya sedang mengalami pelemahan ekonomi yang menyebabkan permintaan impor mereka terhadap produk kita menurun.

Ketiga, industri kita ternyata sangat tergantung pada impor dengan 76 persen bahan baku dan bahan penolong harus diimpor. Semakin lemah rupiah, semakin besar biaya produksi.

Mengandalkan otoritas moneter untuk menstabilkan rupiah agar tidak terus melemah adalah sulit. Operasi pasar berupa pembelian kembali obligasi pemerintah dan saham BUMN di bursa efek serta penyempitan ruang gerak spekulan dengan mewajibkan transaksi pembelian valuta asing minimal US$ 25 ribu disertai bukti pendukungnya diduga kuat tidak akan menjadi pelindung yang memadai terhadap imbas pertempuran mata uang negara-negara adidaya dunia saat ini.

Walaupun demikian, kita tidak perlu terlalu pesimistis. Sebab sesungguhnya Indonesia, dengan jumlah penduduknya yang besar, adalah pasar tersendiri.  Inilah yang harus digarap total oleh pemerintah agar pasar domestik ini bisa dimanfaatkan. Momen depresiasi rupiah sendiri menyebabkan harga produk luar menjadi mahal. Karena itu, ini peluang bagi kita untuk memproduksi produk-produk substitusi impor yang selama ini kita dapatkan dari luar, dari produk pangan sampai otomotif dan manufaktur. Juga meningkatkan pariwisata domestik bagi masyarakat sendiri yang selama ini gandrung berlibur ke luar negeri.

Di samping itu, pemerintah sebagai pemegang otoritas fiskal perlu menjaga kekuatan konsumsi dan investasi domestik agar semakin berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Caranya, mengkoreksi kebijakan fiskal pemerintah yang cenderung kontraktif.

Dalam kondisi krisis ekonomi, pemerintah adalah sumber kekuatan ekonomi untuk memacu pertumbuhan melalui kebijakan fiskal ekspansifnya. Caranya, pertama, meningkatkan belanja-belanja negara pada proyek publik dan menghemat pengeluaran rutin serta memangkas birokrasi yang tidak berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kedua, mengurangi target penerimaan negara dari pajak, dan bukan malah meningkatkan pajak. Ini  bentuk stimulasi untuk memacu konsumsi domestik dan investasi swasta sebagai kekuatan utama sumber pertumbuhan ekonomi. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Apa Itu Forex, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya

23 Januari 2024

Forex adalah jual beli mata uang asing yang cukup populer dan berpeluang memberikan keuntungan besar. Ketahui pengertian, fungsi, dan jenisnya. Foto: Canva
Mengenal Apa Itu Forex, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya

Forex adalah jual beli mata uang asing yang cukup populer dan berpeluang memberikan keuntungan besar. Ketahui pengertian, fungsi, dan jenisnya.


Mengenal Devaluasi dan Fungsinya untuk Ekonomi Negara

16 November 2023

Ilustrasi penukaran mata uang asing dan nilai Rupiah.  Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Devaluasi dan Fungsinya untuk Ekonomi Negara

Devaluasi adalah kebijakan pemerintah suatu negara untuk secara sepihak menentukan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang lain.


Ketahui Nilai Mata Uang Euro dan Negara yang Menggunakannya

16 Oktober 2023

Mata uang Euro banyak digunakan oleh negara-negara uni Eropa. Nilai mata uang Euro sendiri terhadap rupiah cukup tinggi. Berikut informasinya.  Foto: Canva
Ketahui Nilai Mata Uang Euro dan Negara yang Menggunakannya

Mata uang Euro banyak digunakan oleh negara-negara uni Eropa. Nilai mata uang Euro sendiri terhadap rupiah cukup tinggi. Berikut informasinya.


Gairah Baru Bisnis Bus

4 Januari 2023

Gairah Baru Bisnis Bus

Perusahaan otobus (PO) kian giat menawarkan layanan baru, salah satunya bus sleeper,


Rupiah Dibuka Menguat di Posisi Rp 15.195

30 September 2022

Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika di Bank Mandiri Pusat, Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, semakin tertekan dampak wabah COVID-19. Rupiah ditutup melemah 240 poin atau 1,61 persen menjadi Rp15.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.933 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawan
Rupiah Dibuka Menguat di Posisi Rp 15.195

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih lebih baik ketimbang negara lain.


Kenali 11 Mata Uang Negara ASEAN sebelum Berwisata ke Asia Tenggara, Berapa Kurs Rupiahnya?

24 September 2022

Seorang demonstran anti-pemerintah memegang uang kertas baht mata uang Thailand yang disumbangkan untuk memprotes pemerintah, di pusat Bangkok, Thailand (27/3). REUTERS/Damir Sagolj
Kenali 11 Mata Uang Negara ASEAN sebelum Berwisata ke Asia Tenggara, Berapa Kurs Rupiahnya?

Sebelum leancong ke nagara Asia Tenggara, ketahui dulu 11 mata uang negara ASEAN berikut kurs mata uang dengan rupiah saat ini.


Rupiah Masih Loyo di Tengah Kenaikan Suku Bunga, Ini Kata Ekonom

23 September 2022

Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika di Bank Mandiri Pusat, Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, semakin tertekan dampak wabah COVID-19. Rupiah ditutup melemah 240 poin atau 1,61 persen menjadi Rp15.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.933 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawan
Rupiah Masih Loyo di Tengah Kenaikan Suku Bunga, Ini Kata Ekonom

Kemarin, BI mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin.


Bayar Impor Mudah dengan KlikBCA Bisnis

16 Desember 2021

Bayar Impor Mudah dengan KlikBCA Bisnis

KlikBCA Bisnis menyediakan layanan transfer 14 mata uang dengan biaya ringan dan kurs cantik.


Kurs Rupiah Melemah di Level 14.580 per Dolar AS, Ini Tiga Penyebabnya

8 April 2021

Petugas money changer menghitung mata uang dolar. Rupiah semakin tertekan terhadap nilai tukar dolar Amerika Serikat, di level Rp14.060 per Dolar AS. Jakarta, 25 Agustus 2015. TEMPO/Subekti
Kurs Rupiah Melemah di Level 14.580 per Dolar AS, Ini Tiga Penyebabnya

Kurs rupiah berada di posisi 14.580 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Kamis, 8 April 2021.


Di Luar Prediksi, Kurs Rupiah Menguat di 13.986 per Dolar AS

10 Februari 2021

Warga menjual mata uang dolar di money changer kawasan Kwitang. Nilai tukar dolar Amerika Serikat, mencapai level Rp14.060 per Dolar AS.  Jakarta, 25 Agustus 2015. TEMPO/Subekti
Di Luar Prediksi, Kurs Rupiah Menguat di 13.986 per Dolar AS

Pada pukul 11.23 siang hari ini kurs rupiah menguat 9 poin atau 0,06 persen menjadi Rp 13.986 per dolar AS.