Perbaikan sekaligus terobosan perlu terus dilakukan dalam pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Meningkatnya jumlah peserta ujian jenis ini sangat menggembirakan. Kekacauan seperti yang selalu terjadi pada tahun-tahun sebelumnya pun sudah jauh berkurang. Meski demikian, ada beberapa hal yang sebaiknya segera dibenahi.
Dalam ujian nasional tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas atau sederajat, Senin lalu hingga kemarin, jumlah peserta ujian berbasis komputer naik 800 persen ketimbang pada tahun lalu. Dari 7,6 juta peserta ujian, ada 927 ribu siswa di 4.402 sekolah yang menggunakan ujian berbasis komputer.
Peningkatan itu tentu menggembirakan. Dengan ujian berbasis komputer, banyak keuntungan bisa didapat. Kertas ujian tak perlu lagi disediakan. Distribusi soal, salah satu lubang utama kebocoran soal, tak lagi diperlukan. Kecurangan juga bisa ditekan.
Tentu masih ada persoalan yang muncul. Salah satunya adalah problem koneksi Internet. Di Yogyakarta, ada sekolah yang harus menunda ujian selama delapan jam gara-gara siswa kesulitan memasukkan kode identifikasi pengguna komputer. Ada juga sekolah yang terpaksa menggelar ujian susulan karena kendala jaringan ini. Di beberapa sekolah terjadi listrik padam. Sedangkan di sekolah lain, karena keterbatasan komputer, siswa terpaksa mengikuti ujian secara bergiliran. Bahkan, ada siswa yang terpaksa membawa komputer sendiri atau meminjam dari guru.
Masalah-masalah seperti itu tak boleh dibiarkan. Meski kecil, ini sangat mengganggu konsentrasi peserta ujian. Para siswa pun tidak bisa optimal dalam mengerjakan soal. Padahal, meski tidak lagi menjadi penentu kelulusan, ujian nasional tetap penting karena hasilnya menjadi salah satu dasar penilaian untuk masuk perguruan tinggi negeri.
Itu sebabnya, perbaikan harus terus dilakukan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga perlu berusaha lebih keras lagi agar ujian berbasis komputer ini bisa menjangkau lebih banyak sekolah dan siswa. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara membantu sekolah-sekolah dalam penyediaan komputer dan jaringan Internetnya.
Langkah itu sekaligus bisa bermanfaat untuk jangka panjang. Sebab, setelah ujian usai, komputer bisa dipakai untuk kepentingan belajar siswa. Di era teknologi informasi seperti saat ini, komputer dan Internet sudah merupakan bagian tak terpisahkan dari segala aspek kehidupan, apalagi pendidikan.
Tentu saja upaya memperluas penyebaran ujian berbasis komputer harus mempertimbangkan faktor kesiapan di daerah. Tak semua daerah sudah terjangkau Internet. Sekolah yang menyatakan siap ikut pun tak bisa langsung diiyakan. Proses verifikasi harus dilakukan. Jangan sampai, karena sistem yang tak siap, peserta didik menjadi korban.