Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Program Unggulan Jaringan Gas Masif

image-profil

image-gnews
Iklan

Andang Bachtiar, Anggota Dewan Energi Nasional

Tahun 2007 merupakan akhir era minyak tanah sebagai bahan bakar rakyat jelata. Hiruk-pikuk pun menyertai upaya konversi dari minyak tanah ke gas elpiji. Saat itu, pemerintah beranggapan penggunaan elpiji, selain agar lebih ramah lingkungan dan praktis, bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap minyak.

Yang tidak disadari masyarakat, sesungguhnya elpiji atau liquified petroleum gas masih "berbau-bau" minyak juga karena ia adalah produk ikutan dari minyak bumi (petroleum gas), bukan gas alamiah (natural gas). Komposisinya terdiri atas metana (C1) sampai butana (C5). Cara memperolehnya juga bersamaan dengan eksploitasi dan produksi minyak bumi. Sedangkan komposisi gas alam atau natural gas adalah metana (C1) sampai paling berat etana (C2), dan umumnya keterdapatannya sebagai entitas terpisah dari kolom minyak bumi.

Jika kebijakan peralihan dari minyak tanah ke elpiji terjadi karena subsidi membengkak lantaran sejak 2004 Indonesia sudah menjadi importir minyak, toh pada kenyataanya sampai sekarang masih ada subsidi. Pada 2007-2011, berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tercatat penghematan subsidi dari digantikannya minyak tanah (kerosin) oleh elpiji mencapai Rp 45,3 triliun.

Saat ini, 60 persen bahan baku elpiji diperoleh melalui jalur impor. Pada 2015, jumlah total subsidi elpiji mencapai sekitar Rp 28 triliun, atau hampir separuh dari angka total subsidi BBM pada tahun yang sama sebesar Rp 64 triliun. Artinya, dari sisi subsidi, sebenarnya kita telah terjebak, dari mulut buaya subsidi minyak tanah hingga mulut dinosaurus subsidi elpiji.

Bahkan, dengan dalih beban subsidi itu pulalah pemerintah sudah mulai berencana melepas elpiji ke harga pasar. Pemerintah juga berniat menggantikan pemberian subsidi melalui mekanisme tunai langsung dengan pembiayaan kepada masyarakat tidak mampu, sehingga mereka dapat membeli bahan bakar yang merupakan andalan rakyat jelata tersebut (Detikfinance, Jumat 26/6/2015).

Kondisi tersebut menggambarkan betapa tidak logis dan tidak ekonomisnya kebijakan jangka panjang pemerintah soal keberlangsungan prioritas penggunaan energi dalam bentuk tabung berisi elpiji untuk rakyat. Sebab, kenyataannya, harga yang dipatok lebih mahal.

Konversi dari minyak tanah ke elpiji sesungguhnya telah meninggalkan persoalan yang tidak  selesai, selain "hanya" menjadi kejutan mental supaya paradigma rakyat bisa segera diubah. Sungguh sangat disayangkan. Padahal, ketika gebrakan konversi minyak tanah ke elpiji dilakukan, pada saat bersamaan, pemerintah seharusnya bisa pol-polan menggenjot program Jaringan Gas Kota (Jargas) melalui pembangunan jaringan infrastruktur gas alam yang dapat langsung disalurkan ke rumah-rumah rakyat dengan bahan baku gas alam, baik berupa gas alam cair (LNG) atau CNG. Sebab, dari segi jumlah cadangan, terbukti bahwa keberadaan gas alam di Indonesia jauh lebih berlimpah dan potensial dibanding minyak bumi. Sementara cadangan minyak bumi Indonesia 7 miliar barel, cadangan gas alam kita mencapai 103 triliun kaki kubik (TCF) atau setara dengan 18 miliar barel minyak bumi. Sebanyak 50 persen gas alam kita diekspor. Hal ini berbanding terbalik dengan minyak bumi. Kita justru mengimpor separuh dari kebutuhan minyak bumi kita dari luar negeri, termasuk untuk kebutuhan elpiji.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jargas dengan LNG atau CNG inilah satu-satunya pilihan atau kompetitor yang bisa dijadikan program unggulan untuk menggantikan atau mengakhiri era elpiji. Jargas memang sudah ada dan sedang berjalan. Sayangnya, program ini tidak dirancang untuk dijalankan secara masif di seluruh Indonesia hingga ke pelosok Nusantara. Padahal, kita berharap jangan sampai ketergantungan terhadap elpiji berlangsung berlarut-larut.

Tentunya, bagi daerah-daerah yang terdapat di pulau-pulau yang tidak memiliki cadangan gas alam, elpiji masih harus menjadi sumber energi darurat. Solusi lainnya, harus dicarikan dan diterapkan kebijakan yang dapat mendorong pengembangan energi terbarukan. Di situlah bahan bakar nabati, termasuk energi surya, angin laut, dan energi baru terbarukan lainnya, dimanfaatkan.

Gas alamiah dalam tingkat produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu elpiji dan CNG-keduanya didominasi metana. Keduanya dibedakan dari proses "packaging"-nya untuk memudahkan transportasi. Yang satu diubah fasanya dari gas menjadi cair (LNG), sedangkan yang lain hanya dikompres/ditekan (tidak berubah fasa) sehingga tetap dalam bentuk gas (CNG).

Untuk pemakaian langsung di rumah tangga dan/atau industri, tentunya LNG dan CNG harus menggunakan jaringan pipa gas. Apabila dibangun secara masal, hal ini akan lebih ekonomis sehingga gas alam dapat langsung disalurkan ke rumah-rumah rakyat. Sebab, akan terlalu mahal dan berbahaya, jika masing-masing rumah dikirimi tabung-tabung atau vessel-vessel LNG atau CNG untuk digunakan langsung. Dengan demikian, mudah-mudahan kasus meledaknya tabung gas tidak lagi kerap terdengar.

Format transportasi LNG dan CNG juga perlu dipikirkan secara serius, terutama karena kondisi geografis negara kita terdiri atas kepulauan, sedangkan lokasi sumber daya yang ada tidak berada dalam satu pulau dengan lokasi pengguna. Berbeda dengan kondisi geografis negara kontinental, seperti Amerika dan Eropa, serta negara-negara pengimpor gas. Urusan distribusi LNG dan/atau CNG hanya sampai terminal/lokasi penerima di pinggiran benua/pulau negara. Selebihnya digunakan pipeline.

Karena itu, saat ini Dewan Energi Nasional (DEN) akan menetapkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dari bahan-bahan yang diajukan oleh Pemerintah melalui Kementerian ESDM. Diharapkan, dalam RUEN tersebut, ditetapkan juga rencana umum yang lebih masif dan revolusioner dalam rangka mengalihkan minyak tanah dan elpiji sebagai bahan bakar rakyat jelata ke gas alam, baik LNG maupun CNG, yang disalurkan lewat Jargas.

Mudah-mudahan penjelasan logis teknis, bisnis, serta politis pengalihan itu juga bisa dibeberkan secara detail agar segera dibuat program unggulan Jargas Masif Seluruh Indonesia. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Bahan Bakar CNG yang Digunakan Taksi Bluebird, Diklaim Bisa Kurangi Emisi

12 Desember 2023

Mekanik melakukan perawatan rutin armada taksi Bluebird di Pool Bluebird Warung Buncit, Jakarta, Senin 24 Juli 2023. Perawatan rutin armada taksi tersebut untuk memberikan standard kenyamanan perjalanan sesuai kampanye PT Blue Bird Tbk yakni Standard Nyaman Indonesia (SNI). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Mengenal Bahan Bakar CNG yang Digunakan Taksi Bluebird, Diklaim Bisa Kurangi Emisi

Sebanyak 3.200 unit armada taksi Bluebird menggunakan bahan bakar Compressed Natural Gas (CNG).


PGN Test Drive Motor Bahan Bakar Gas, Hasilnya Mencengangkan

31 Maret 2023

Harga Bahan Bakar Gas (BBG) yang tertera di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Mampang, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Mei2022. Pemerintah melalui Kementerian ESDM menaikkan harga jual bahan bakar gas (BBG) menjadi Rp 4.500 per liter  sebelumnya Rp 3.100 per liternya. Kenikan harga jual baru ini berlaku sejak 1 Mei 2022 lalu. TEMPO/ Febri Angga Palguna
PGN Test Drive Motor Bahan Bakar Gas, Hasilnya Mencengangkan

Harga BBG atau bahan bakar gas sama di semua tempat pengisian, yakni Rp 4.500 per liter setara premium ( LSP).


Tarif BBG Naik, Transjakarta: Belum Ada Arahan Pemprov soal Tarif Layanan

13 Mei 2022

Bus Transjakarta (busway) saat mengisi bahan bakar gas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Auri, Pancoran, Jakarta. [TEMPO/ Dwianto Wibowo]
Tarif BBG Naik, Transjakarta: Belum Ada Arahan Pemprov soal Tarif Layanan

Kenaikan tarif BBG akan berdampak terhadap beban biaya operasi Transjakarta.


Terpopuler Bisnis: Aturan Lengkap PPKM, Tarif BBG Naik per 1 Mei

11 Mei 2022

Petugas PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) sedang mengisi BBG angkutan kota (angkot) di SPBG, Bogor, Jawa Barat. 28 September 2017. Saat ini ada sekitar 500 angkot di Bogor yang menggunakan BBG. Setiap bulan, angkot-angkot itu menyerap 150.000 meter kubik BBG. TEMPO/Amston Probel
Terpopuler Bisnis: Aturan Lengkap PPKM, Tarif BBG Naik per 1 Mei

Artikel mengenai aturan lengkap pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tampak paling banyak dibaca. Ada juga tentang kenaikan BBG.


Tarif BBG Resmi Naik per 1 Mei, Energi Watch: Masih Lebih Murah dari BBM

10 Mei 2022

PT Perusahaan Gas Negara Tbk memastikan seluruh SPBG yang dikelola perusahaan beroperasi normal dan pasokan BBG aman dan lancar.(dok PGN)
Tarif BBG Resmi Naik per 1 Mei, Energi Watch: Masih Lebih Murah dari BBM

Kenaikan harga BBG tidak akan mengganggu proses transisi energi. Sebab, harganya lebih murah ketimbang BBM.


DKI Diminta Segera Pakai Kendaraan Operasional Bahan Bakar Gas

13 September 2019

Para pengemudi angkutan umum tengah mengantre pengisian bahan bakar gas di SPGB kawasan Pluit, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mencatat laba bersih sepanjang semester I 2019 turun 69,87% menjadi US$ 54,04 juta dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Tempo/Tony Hartawan
DKI Diminta Segera Pakai Kendaraan Operasional Bahan Bakar Gas

Penggunaan bahan bakar gas untuk kendaraan operasional pemda dan angkutan umum sesuai amanat Pergub Nomor 141 Tahun 2007.


KPBB Sebut Lobi Solar Ingin Hilangkan Bahan Bakar Gas

28 Juni 2019

PT Perusahaan Gas Negara Tbk memastikan seluruh SPBG yang dikelola perusahaan beroperasi normal dan pasokan BBG aman dan lancar.(dok PGN)
KPBB Sebut Lobi Solar Ingin Hilangkan Bahan Bakar Gas

Ahmad menduga terjadi lobi-lobi pebisnis kepada pemerintah agar menggugurkan aturan yang mewajibkan penggunaan bahan bakar gas (BBG).


Jaga Kualitas Udara, Transportasi Resmi Asian Games Berbahan Bakar Gas

13 Juli 2018

Interior bus baru Scania Low Entry City di Balaikota, Jakarta, 11 Maret 2016. Bus asal Swedia ini, berbahan bakar gas (BBG) sehingga ramah lingkungan. TEMPO/M Iqbal Ichsan
Jaga Kualitas Udara, Transportasi Resmi Asian Games Berbahan Bakar Gas

Transportasi resmi Asian Games 2018 akan menggunakan kendaraan berbahan bakar gas.


Jonan Resmikan 10.101 Jaringan Gas Rumah Tangga di Mojokerto

9 Februari 2018

Dalam kesempatan lain, Menteri ESDM Ignasius Jonan menjelaskan tentang zona bahaya dan zona aman erupsi Gunung Agung saat meninjau Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, 22 Desember 2017. ANTARA FOTO
Jonan Resmikan 10.101 Jaringan Gas Rumah Tangga di Mojokerto

Jaringan Gas di Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto dibangun karena berdekatan dengan dua sumur gas.


Pertamina Bagikan 2.000 Converter Kit ke Nelayan

10 November 2017

Petugas menunjukkan contoh Avtur pada gelas ukur sebelum didistribusikan di Terminal Bahan Bakar Minyak Pertamina, Pontianak, Kalimantan Barat, 14 Oktober 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Pertamina Bagikan 2.000 Converter Kit ke Nelayan

Pertamina menyatakan mendukung konversi bahan bakar minyak ke gas oleh nelayan.