Pembebasan 10 awak kapal warga negara Indonesia dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf di Filipina merupakan keberhasilan yang layak diapresiasi. Apalagi jika benar proses itu berlangsung tanpa uang tebusan dan tak sampai menimbulkan pertumpahan darah. Kita tak boleh takluk kepada ancaman para penculik, apalagi menukar nyawa dengan uang.
Meski begitu, terlalu dini untuk menganggap persoalan selesai. Terlalu pagi untuk menepuk dada dan merayakan pembebasan itu. Para pejabat sebaiknya menahan diri dari memberi pernyataan yang tak perlu. Kegembiraan atas kembalinya 10 sandera ada baiknya tak diungkapkan berlebihan. Sebab, masih ada empat warga Indonesia dan beberapa orang lain yang menunggu dibebaskan dari penyanderaan Abu Sayyaf.
Para negosiator dan penghubung di Filipina Selatan saat ini masih bekerja untuk hal itu. Jangan sampai pernyataan dan pemberitaan yang kurang bijaksana atas peristiwa pembebasan itu justru mengganggu proses yang sedang berjalan dan membahayakan para sandera. Kita berharap diplomasi dan komunikasi yang baik mampu melunakkan sikap kelompok gerilyawan itu sehingga bersedia melepas para tawanan tanpa syarat.
Hal lain yang masih menjadi pekerjaan rumah aparat keamanan dan pemerintah adalah mencari tahu apa persisnya yang terjadi di balik penyerangan kapal-kapal tongkang itu. Sinyalemen bahwa pengusaha pemilik kapal membayar tebusan agar sandera dibebaskan-seperti diungkapkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri-selayaknya cepat diklarifikasi.
Pemerintah sepatutnya pula memastikan peristiwa serupa tidak terulang. Penyerangan dan penyanderaan ini membuktikan bahwa kawasan tersebut amat rawan.
Itu berarti kita memerlukan peningkatan kerja sama keamanan yang lebih erat dengan negeri-negeri tetangga. Patroli bersama serta bentuk-bentuk lain pengamanan dan operasi intelijen harus lebih intensif.
Kita tahu, kelompok Abu Sayyaf di bagian selatan Filipina itu punya kaitan kuat dengan organisasi teroris di Indonesia. Dengan membantu Filipina membangun stabilitas di wilayah ini, berarti kita juga memastikan keamanan bagi Indonesia. Kepentingan kita sangat nyata di sana. Dalam jangka menengah dan panjang, usaha penyelesaian lebih permanen di kawasan konflik itu juga penting dipikirkan.
Sekali lagi, siapa pun yang terlibat dan punya kontribusi dalam proses tersebut patut mendapat penghargaan dan ucapan terima kasih. Tak penting benar mengukur besar-kecil sumbangan itu, karena operasi pembebasan ini hanya bisa berjalan jika ada dukungan banyak pihak, baik dari dalam negeri maupun yang ada di Filipina. Karena itu pula, kurang elok apabila ada pihak-pihak yang merasa paling berjasa. Saling berebut klaim itu sungguh tindakan memalukan.