Pemerintah lagi-lagi tak mengantisipasi liburan panjang pekan lalu. Akibatnya, kemacetan terjadi di mana-mana. Bukan hanya di jalan tol Cikampek atau tol Jagorawi, tapi bahkan di dalam kota. Rabu malam lalu, misalnya, untuk menempuh jarak dari Slipi menuju Cawang sekitar sepuluh kilometer, para pengguna kendaraan memerlukan waktu sampai hampir tiga jam.
Data dari PT Jasa Marga sudah menunjukkan peningkatan volume kendaraan jika hari libur. Saat kondisi normal, misalnya, jumlah kendaraan yang melintas di tol Ciawi menuju Puncak sekitar 28 ribu kendaraan. Di akhir pekan, angka ini melonjak menjadi sekitar 69.300 kendaraan. Adapun jalur tol Cikampek pada hari normal dilintasi sekitar 77.770 kendaraan, sedangkan pada akhir pekan menjadi sekitar 192.310 kendaraan.
Dengan adanya hari libur panjang empat hari pekan lalu, sebenarnya sudah bisa diprediksi bagaimana gegap-gempitanya kendaraan dari Jakarta "menyerbu" dua jalan tol tersebut. Menurut PT Jasa Marga, kendaraan yang "terjebak" kemacetan pada Kamis-Jumat hingga akhir pekan lalu di jalan tol Jakarta-Cikampek ada sekitar 192.310 kendaraan.
Pemerintah seperti tak belajar dari "tragedi libur Natal" tahun lalu. Saat itu, Kementerian Perhubungan tak mengantisipasi dengan mengeluarkan larangan kendaraan berat keluar di hari-hari libur menjelang Natal tersebut. Truk-truk kontainer, antara lain dari Pelabuhan Tanjung Priok, tetap jalan seperti biasa. Akibatnya, kemacetan luar biasa terjadi di mana-mana. Kemudian, Kementerian ketika itu mengeluarkan larangan kendaraan berat untuk jalan, tapi terlambat.
Karena itu, semestinya pemerintah sejak jauh hari mengeluarkan larangan bagi kendaraan berat untuk beroperasi selama libur panjang kemarin. Jika pun larangan empat hari dirasa terlalu lama, setidaknya larangan diberlakukan untuk libur hari Kamis dan hari terakhir saat arus balik kendaraan. Dengan hari dan tanggal yang jelas, pengusaha angkutan bisa mengantisipasinya sejak jauh hari. Misalnya, mengirim barang mereka beberapa hari sebelumnya dengan volume lebih banyak.
Sumber kemacetan lain adalah gerbang tol. Transaksi dan pemberian uang kembalian yang lamban berimbas kendaraan yang menumpuk. Kita tahu para petugas tiket jalan tol tentu sudah bekerja keras. Tapi jam kerja yang panjang tentu sangat melelahkan. Untuk mengantisipasi hal inikarena pembayaran tunai tetap terbanyakpara pengelola tol semestinya mengganti petugas loket setiap tiga atau empat jam agar mereka tetap gesit bekerja.
Imbas kemacetan tidak hanya merugikan pemilik kendaraan, tapi juga negara. Kemacetan membuat konsumsi bahan bakar minyak lebih boros. Dengan kemacetan berjam-jam, bahan bakar yang terpakai bisa bertambah 50 persen untuk jarak tempuh yang sama. Sementara dalam kondisi normal dibutuhkan 10 liter bensin untuk melaju di tol Jakarta-Cikampek yang panjangnya 75 kilometer, saat macet BBM yang terpakai bisa hingga 15 liter. Kita berharap di masa mendatang pemerintah sudi belajar dari tragedi libur panjang seperti ini.