Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teh

Oleh

image-gnews
Iklan

Mungkin inilah zaman, abad ke-21, ketika kebakhilan menghalalkan dirinya dengan keadilan.

Dimulai dengan teh, sekitar 400 tahun yang laluketika orang belum belajar dari kesalahan kolonialisme. Pada 1773, pemerintah konservatif Inggris memberi hak monopoli perdagangan teh kepada perusahaan swasta East India Company. Seperti VOC Belanda di Indonesia, East India Company mendapat kekuasaan yang untuk zaman ini tak masuk akal: ia boleh menaklukkan, memerintah, dan mereguk keuntungan tanah asing. Dalam hal ini: India.

Demikian berkuasanya perusahaan swasta itu di negeri jajahan, hingga kekayaan pun lekas terhimpun. Tapi, seperti umumnya pada harta yang terlalu cepat di tangan kekuasaan yang teramat besar, penyelewengan pun berjangkit. Pejabat East India Company ramai-ramai korup, sementara perusahaan mereka sendiri pelan-pelan terancam bangkrut (sebagaimana VOC juga bangkrut).

Tahun 1773 adalah tahun ketika kejatuhannya sangat dekat, dan pemerintah Inggris datang menolong. Diputuskan untuk membantu Kumpeni dengan cara menjualkan tehnyakomoditas yang nyaris tak ada pembelinya karena mahal. Harganya naik karena pajak yang dipungut atas perdagangan teh; akibatnya di pelbagai koloni, ke mana barang itu dijual, muncul boikot. Orang Amerika, misalnya, lebih baik menyelundupkan teh dari Belanda.

Pemerintah Inggris mencoba memperbaiki keadaan. Diputuskan, tak ada pajak yang ditarik pada teh sebelum komoditas ini dikirim ke koloni Inggris. Teh bisa diimpor koloni itu tanpa bea masuk, hanya dengan pajak ringan. Dengan demikian orang di Amerika, terutama, dapat memperoleh teh murah.

Tapi, sebagaimana dituturkan sejarawan Page Smith dalam A New Age Now Begins, sebuah catatan sejarah Amerika, pemerintah Inggris tetap melakukan satu kesalahan serius: pemberian monopoli kepada East India Company dalam perdagangan ini. Sebab, di ujungnya, monopoli juga berlaku di Amerika: hanya pedagang yang dekat dengan Gubernur Hutchinson, wakil Kerajaan Inggris, yang bisa ikut. Teman, keluarga, anak.

Orang-orang Amerika melihat itu dengan cemas, takut bila komoditas lain juga akan diatur demikian. Tak dapat diabaikan tentu rasa marah, terutama di kalangan pedagang, karena mereka tak diperbolehkan bersaing. Monopoli menampakkan ketakadilannya: di New York seseorang menulis di koran setempat tentang "kebiadaban", barbarity, yang dilakukan East India Company terhadap "orang Asia". Bersama itu, orang Amerika menganggap kemerdekaan mereka diabaikan. Bagi mereka, pajak atas teh, betapapun ringannya, diberlakukan tanpa persetujuan merekasebagaimana halnya pemberian monopoli. Pada dasarnya, mereka menuntut bangunan kekuasaan yang bisa berbagi.

Kasus teh tak terpisah dari proses ketakpuasan orang Amerika terhadap kolonisasi yang berlaku atas diri dan wilayah merekasebuah ketakpuasan yang sudah lama menyebar. Para "patriot" tak hanya muncul di sekitar perdagangan teh, dan tak cuma di satu daerah.

Tapi di Boston-lah sejarah dibuat. Ketika di akhir 1773 kapal Dartmouth datang membawa teh dari Inggris, perlawanan sudah berkecamuk sebenarnya. Orang-orang Boston sudah menggerebek para pedagang teh hingga ada yang melarikan diri. Kampanye anti-teh ("minuman ini akan membuat kelaki-lakian orang Amerika melemah", kata para dokter yang patriotik) sudah dilancarkan. Tapi Gubernur Hutchinson berkeras. Sementara di New York kapal pembawa teh mendapat ancaman rakyat hingga memutuskan kembali ke London, di Boston sang Gubernur tak membiarkan itu. Jalan keluar dari pelabuhan ditutup.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 17 Desember, para patriot bertindak. Dengan menyamar sebagai orang Mohawkmungkin karena orang Indian berada di luar hukummereka naik ke kapal dan membuang kotak-kotak teh yang ada di sana ke laut. Mereka dengan jelas menantang pemerintah Inggris. Sebuah peristiwa bersejarah, "The Boston Tea Party", menandai awal Revolusi Amerika.

Empat ratus tahun kemudian, aksi itu jadi kiasan yang berbeda.

Hari-hari ini, di Amerika Serikat ada orang-orang yang merasa tergusur. Mereka kelas menengah yang merasa terancam punah oleh ongkos hidup yang naikdan marah karena dengan uang pajak mereka Negara memberi subsidi kepada orang-orang yang "sudah selayaknya melarat", the losers. Mereka tak ingin membayar pajak. Mereka bergabung dalam gerakan "Tea Party". Mereka mengacu ke Boston 1773.

Tapi ini zaman lain. Dengan segera, gerakan "Tea Party'" bertaut dengan orang-orang yang tak ingin berbagi. Mereka anggap Negara tak boleh punya peran. Negara harus minimal saja hadir, dan tak perlu membuang-buang uang untuk membantu orang miskin. Bagi mereka, tiap orang harus berusaha sendiri untuk bangkit. Seperti orang-orang Boston yang memboikot perdagangan teh atas nama keadilan, mereka mencoba memakai alasan yang sejajar.

Tapi ada yang palsu di baliknya.

Terutama karena, seperti ditulis dalam koran Inggris The Guardian, "Tea Party' tak dimulai oleh orang yang kepepet. Sebuah organisasi yang didanai miliarwan Charles dan David Koch, American for Prosperity, membangkitkannya. Selama 15 tahun, tulis The Guardian, Koch bersaudarayang memiliki pelbagai perusahaan tambang dan pengolahan kayumenghabiskan US$ 85 juta untuk melobi keputusan yang mengurangi pajak orang kaya.

Tampak, kebakhilan mencoba memakai kiasan yang mengingatkan orang pada amarah orang-orang yang tak punya kekuasaan dan ingin berbagi. "Tea Party" 2011 mungkin sebuah paroditapi yang mirip tipu daya. Bagi mereka "pesta minum teh" sebuah upacara kapitalisme yang telah berjasa menyebarkan barang paling jauh itu ke pasar yang luasdengan sejarah kerakusan yang mereka anggap sah.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

33 menit lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

Produser MD Entertainment Manoj Punjabi Badarawuhi di Desa Penari, mengucapkan selamat atas capaian Siksa Kubur.


Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

51 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

Ronny Pangemanan menilai kombinasi pemain muda lokal dan naturalisasi di bawah arahan Shin Tae-yong melahirkan Timnas Indonesia yang bagus.


Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

1 jam lalu

Rayn Wijaya melamar Ranty Maria. Foto: Instagram.
Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

Ranty Maria mendapat lamaran dari sang kekasih, Rayn Wijaya tepat di hari ulang tahunnya ke-25 di tempat yang sudah lama diimpikannya.


Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

2 jam lalu

Konferensi Pers Pameran K-Pop D'Festa 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

Para penggemar K-Pop akan segera dimanjakan dengan pameran K-Pop D'Festa, di Jakarta.


Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

4 jam lalu

Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

April yang lalu, suasana kediaman Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr. H. Ahmad Sabban El-Ramaniy Rajagukguk, M.A di Simalungun menjadi saksi pertemuan penting antara Nikson Nababan, Ketua DPC PDI Perjuangan Tapanuli Utara, dengan tokoh agama yang berpengaruh.


MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

4 jam lalu

Sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 dihadiri 8 hakim, gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin, 22 April 2024.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

Terdapat 16 partai politik yang mendaftarkan diri dalam sengketa Pileg 2024.


FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

4 jam lalu

Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026 Budi Irawanto. Foto: Instagram.
FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

FFI masih harus mendiskusikan hal tersebut sebagai kategori baru sehingga belum bisa ditambahkan pada FFI 2024.


Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

4 jam lalu

Kendaraan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir terlibat dalam kecelakaan di Ramle pada 26 April 2024. (Screencapture/X)
Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

Mobil Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terbalik dalam kecelakaan mobil karena menerobos lampu merah


Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

4 jam lalu

Timnas Uzbekistan saat melawan Timnas Arab Saudi, di perempat final Piala Asia U-23 2024. Foto/Video/rcti
Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

Uzbekistan akan menjadi lawan Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 pada Senin, 29 April 2024.


Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

4 jam lalu

Youtuber, Jang Hansol. Foto: Instagram.
Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

Jang Hansol menyebut kekalahan Korea Selatan dari Timnas U-23 bisa menjadi pembelajaran berharga bagi sepak bola di negaranya.