Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

La Guerre

Oleh

image-gnews
Iklan

Kini tak akan ada lagi orang tua bertubuh kurus tapi penuh energi itu di restoran di rue Vaugirard nomor 12, Paris.

Umar Said, pemula "Restaurant Indonesia" itu, baru saja meninggal. Umurnya panjang, kisah hidupnya beragam: ia lahir 26 Oktober 1928, di dekat Kota Tumpang, beberapa puluh kilometer dari Malang; ia menyaksikan amarah rakyat kepada penindasan Jepang; ia ikut bertempur di Surabaya dan nyaris terbunuh di bulan November 1945; ia jadi wartawan Indonesia Raya di bawah Mochtar Lubis di Jakarta pada tahun 1950-ansebuah koran yang menentang Bung Karno dan PKIdan kemudian memilih bekerja untuk Harian Rakyat, koran resmi PKI.

Sejak PKI dihancurkan, Umar Said terbuang. Ketika peristiwa Oktober 1965 meletus, ia sedang berkunjung ke Aljazair. Ia tak bisa kembali. Akhirnya ia, bersama sejumlah eksil lain, setelah beberapa tahun hidup di Cina, menetap di Paris, jadi warga negara Prancis, memakai nama Andre Aumars, membuka "Restaurant Indonesia" untuk memberi nafkah dan pekerjaan bagi orang-orang yang terbuang itu, dan.

Riwayatnya (saya baca dari bukunya, Perjalanan Hidup Saya, yang terbit pada 2004) mungkin bukan riwayat seorang tokoh besar. Tapi sejarah Indonesia melekat dalam riwayat itujuga sejarah seseorang, yang, sebagaimana banyak cendekiawan kiri, punya cita-cita besar untuk Indonesia, dan kemudian terbentur pada yang tragis dalam cita-cita besar itu.

Yang tragis itu bukan saja kematian berpuluh-puluh ribu orang kiri karena dibunuh. Juga tragis bahwa setelah itu ada pertanyaan yang belum dijawab, seakan-akan ada kegaguan yang murung: apa yang jadi pikiran Umar Said, juga mereka yang senasib, ketika setelah pengorbanan yang demikian mengerikan, Partai hancur dengan cepat, praktis tanpa perlawanan, dan tak ada perannya ketika Orde Baru diruntuhkan? Apa juga yang mereka pikirkan ketika setelah itu negara-negara sosialis ambruk dari dalam, dan Cina mengambil "jalan kapitalis" yang dulu dikutuk Mao?

Saya bertemu beberapa kali dengan Umar Said; tak tampak oleh saya ia seorang yang lelah. Rosihan Anwar, wartawan segenerasinya yang memberi kata pengantar untuk buku Perjalanan Hidup, menulis: dalam diri orang ini "selalu ada cause, selalu ada tujuan yang diperjuangkannya".

Beberapa belas tahun setelah ia hidup di Prancis, Umar Said terlibat dalam ikhtiar untuk menegakkan hak-hak asasi manusia yang universalsatu hal yang ganjil bagi seorang simpatisan komunis. Marxisme-Leninisme tak berbicara untuk "manusia yang universal". Tapi agaknya Umar Said berubah. Ia mengalami sendiri, betapa ia dan kawan-kawannya tertolong oleh mereka yang berjuang untuk hak-hak itu, termasuk Amnesty International.

Apa yang disebut "ironi sejarah" terjadi: ketika Mochtar Lubis ditutup korannya dan dipenjarakan di bawah "Demokrasi Terpimpin"dan orang-orang komunis bersenang hati karena ituAmnesty International juga yang memperjuangkan pembebasan wartawan antikomunis itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa puluh tahun setelah 1965: sebuah era baru. Umar Said sendiri menulis bahwa ia telah melihat betapa "hal-ihwal adalah rumit, sering kali bersegi banyak", dan selalu berubah. Juga "saya sendiri sudah mengubah pandangan, atau memang hal-ihwal itu sendiri sudah berubah". Tak ada yang mutlak dan mandeg, katanya. Tak ada yang 100% putih atau hitam.

Tapi agaknya ada yang tak berubah bagi seseorang yang "selalu ada cause, selalu ada tujuan yang diperjuangkannya": ia tak akan mengatakan, "Perang telah usai."

Tokoh Diego Mora dalam La guerre est finie, sebuah film Alain Resnais dari tahun 1966, juga tak mengatakan demikian. Tapi anggota Partai Komunis Spanyol ini (dimainkan oleh Yves Montand) makin ragu akan masa depan perjuangannya sendiri. Ia tinggal sebagai eksil di Paris dan diberi tugas menghubungi kawan-kawan seperjuangannya di bawah tanah untuk melakukan pemogokan umum sebagai perlawanan terhadap rezim Jenderal Franco yang berkuasa. Namun Spanyol telah berubah. Sudah hampir 30 tahun berlalu sejak Perang Saudara yang meletus tahun 1936 selesai pada 1939. Selama itu yang Kiri tersingkir dan ditindas, dan Spanyol hanya jadi "puisi liris hati nurani kaum Kiri dan mitos para bekas pejuang".

Diego mulai lelah. Ketika ia menghadapi anak-anak muda yang punya impian revolusioner dengan jalan kekerasandengan menyiapkan bomia mencoba membenarkan sikapnya yang berbeda dengan mengatakan, dengan berdalih: "Kesabaran dan ironi adalah kebajikan seorang Bolsyewik."

Saya tak tahu kesabaran macam apa dan untuk apa bagi para pejuang Bolsyewik macam Diego dan kawan-kawankecuali kesabaran yang menyadari bahwa kemungkinan sebuah revolusi makin jauh. Tapi kesadaran akan ironi lebih perlu: perubahan Spanyol itu bukan hasil mereka yang menghendaki perubahan, melainkan hasil mereka yang justru tak menghendaki perubahan. Sekitar satu dasawarsa setelah La guerre est finie dibuat, Jenderal Franco wafat. Ia siapkan Pangeran Juan Carlos menjadi rajaseorang aristokrat yang mengubah Spanyol jadi sebuah demokrasi.

Kesadaran akan yang tragis dan yang ironis, yang pada akhirnya membentuk kesabaranitukah yang membuat seseorang lebih arif membaca jalan sejarah? Di akhir bukunya Umar Said melihat dirinya hanya semacam noktah di tengah semesta perjalanan manusiasatu titik yang segera akan tenggelam. Sang pejuang sampai pada sebuah kearifan: manusia bukanlah pusat penggerak yang serba perkasa dalam perjuangan.

Tapi tiap titik yang terbatas itu akan meninggalkan bekas bila ia lahir dalam perjuangan pembebasan bagaikan percik api; dengan kata lain, bila ia menolak mengatakan, "Perang telah usai."

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Penulis Berduka Lewat Media Sosial

14 menit lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Penulis Berduka Lewat Media Sosial

Sahabat dan juga teman dekat Joko Pinurbo dari kalangan sastrawan mengungkapkan duka mendalam melalui media sosial X, Sabtu, 27 April 2024.


Seleksi Mandiri di Sejumlah Kampus Bisa Gunakan Nilai UTBK: 5 Tips Mengoptimalkan agar Lolos

17 menit lalu

Para peserta yang melaksanakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2023 di kampus Universitas Sumatera Utara (USU). ANTARA/HO-Humas USU
Seleksi Mandiri di Sejumlah Kampus Bisa Gunakan Nilai UTBK: 5 Tips Mengoptimalkan agar Lolos

Dengan adanya seleksi mandiri yang gunakan Nilai UTBK, peserta sudah tidak perlu melakukan tes tulis lagi. Hanya perlu mengoptimalkan nilainya.


Kemendag dan KBRI Gelar Pameran Fesyen di Singapura, Total Transaksi Capai Rp 4,2 Miliar

26 menit lalu

A model presents a creation by designer of Masterindo Jaya Abadi garment industry Ltd. during Indonesia Fashion Week in Jakarta, March 29, 2024. REUTERS/Willy Kurniawan
Kemendag dan KBRI Gelar Pameran Fesyen di Singapura, Total Transaksi Capai Rp 4,2 Miliar

Kementerian Perdagangan dan Duta Besar RI untuk Singapura menggelar pameran fesyen di Singapura. Total transaksinya capai Rp 4,2 miliar.


Deretan Aktivitas dan Pesan Anies setelah Pilpres 2024

28 menit lalu

Deretan Aktivitas dan Pesan Anies setelah Pilpres 2024

Setelah berakhir Pilpres 2024 dan putusan MK, Anies Baswedan telah melakukan berbagai aktivitas. Ia juga menyampaikan beberapa pesan dan pandangannya


Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Skuad Shin Tae-yong Punya 3 Modal Penting

32 menit lalu

Selebrasi Ramadhan Sananta (kiri), Nathan Tjoe dalam perempat final Piala Asia AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Indonesia berhasil menang lewat laga dramatis dan adu penalti panjang. Tim Humas PSSI
Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Skuad Shin Tae-yong Punya 3 Modal Penting

Duel timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Senin, 29 April.


Alasan Prabowo Tak Hadiri Halalbihalal PKS Meski Sudah Disiapkan Karpet Merah

33 menit lalu

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar halalbihalal di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Sabtu, 27 April 2024. Sejumlah pimpinan partai politik hadir dan lembaga negara hadir dalam acara ini. Tempo/Yohanes Maharso
Alasan Prabowo Tak Hadiri Halalbihalal PKS Meski Sudah Disiapkan Karpet Merah

Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi mengungkap alasan presiden terpilih Prabowo Subianto tak bisa hadir dalam acara halalbihalal partainya.


Xiaomi Civi 4 Muncul di Daftar Google Play Console, Ini Detailnya

39 menit lalu

Xiaomi Civi. Kredit: Xiaomi
Xiaomi Civi 4 Muncul di Daftar Google Play Console, Ini Detailnya

Perangkat Xiaomi dengan nomor model "24053PY09C", nama kode "chenfeng", dan nama pemasaran Xiaomi Civi 4 telah muncul di Google Play Console.


Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

43 menit lalu

Dekorasi Rumah dan Dinding yang Hemat Biaya.
Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

Kementerian Perdagangan menggelar pameran dekorasi rumah Indonesia di Taiwan, total transaksi yang diperoleh Rp 4,73 miliar.


IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

44 menit lalu

Foto bersama para penerima penghargaan HWPA dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Mantan Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda - Jakarta, 26 April 2024. Sumber: Muhammad Aldi Rahman /UNIC Jakarta
IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI


3 Pesan Penting Megawati untuk Kader PDIP, Salah Satunya Jangan Pernah Bohong

49 menit lalu

Tangkapan layar - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat membuka
3 Pesan Penting Megawati untuk Kader PDIP, Salah Satunya Jangan Pernah Bohong

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan sejumlah petuah kepada kadernya. Menekankan kadernya jangan bohong. Apa petuah lainnya?