Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kepemimpinan Jokowi: Ayam atau Elang?

image-profil

image-gnews
Iklan

Mohamad Cholid, International Certified Business Coach at Action Coach; Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

Perkembangan ekonomi di bawah pemerintahan Jokowi telah menyebabkan banyak pihak geregetan. Data resmi menyebutkan, inflasi year on year dua kali lipat lebih, dari 3,79 persen pada 2011 menjadi 8,36 persen in 2014, dan terus naik menjadi 7 persen pada pertengahan 2015. Kenaikan harga BBM bersubsidi memang meringankan APBN, tapi di lain pihak ikut menyebabkan inflasi.

Pertumbuhan GDB? Masih harus diuji hasilnya: pemerintah pasang target GDP tumbuh 5,7 persen pada 2015, Bank Indonesia (BI) Juni lalu merevisi proyeksi pertumbuhan menjadi 5-5,4 persen. Prediksi bank sentral berbasis pada kemungkinan kenaikan belanja pemerintah dan konsumsi dalam negeri pada paruh kedua 2015, dibarengi pencepatan pembangunan infrastruktur.

Jokowi yang demikian populer, dengan upacara pelantikannya yang spektakuler populis, dan belakangan melakukan sejumlah manuver strategis mengganti anggota kabinetnya yang kurang berprestasi, serta membersihkan kegaduhan politik akibat ulah pejabat Polri, menimbulkan harapan dan sekaligus kecemasan baru bagi para pelaku bisnis dan publik.

Jokowi berhadapan dengan waktu. Sekarang saatnya ia dituntut bersikap dan bertindak berdasarkan pada clarity tujuan yang ingin dicapai pemerintahannya, untuk membuktikan kualitas leadership-nya. Menarik melihat opini di Bloomberg, bahwa Presiden "must decide what kind of leader he wants to be: a craven populist or the modernizer Indonesia needs." Kasarnya: mau populis dengan bermental ayam atau membangun Indonesia menjadi hebat.

Menjadi populis dan memiliki otoritas moral saja memang belum cukup untuk menjadi pemimpin. Diperlukan sistem pendukung yang kokoh. Revolusi mental atau perubahan paradigma dan mindset masih kurang memadai-bukan saja karena sampai hari ini akuntabilitas program nasional dengan anggaran Rp 149 triliun dari APBN tersebut masih belum dapat diumumkan ke publik. Lebih dari itu, untuk mewujudkan mindset menjadi tindakan nyata, diperlukan skill sets. Hal itu di antaranya kemampuan membangun sistem yang kredibel. Ini perlu untuk memastikan para pejabat di pemerintahannya berfokus dalam fungsinya sebagai pemimpin, bukan sekadar pimpinan atau bos (memimpin karena posisi). Seperti kata Stephen R. Covey, "Secara fundamental, kekuatan ada pada sistem, bukan pada pejabat yang terpilih atau birokrat yang ditunjuk." Otoritas moral belum tentu sanggup membendung para pejabat yang ego driven, korup, dan diktator, jika tidak ada sistem yang memagari mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada tahap sekarang, sudah adakah semacam one page strategic plan yang dibuat pemerintahan Jokowi, untuk memastikan semua anggota kabinet berada dalam satu perahu (at the same page), dan mengoperasikan visi pemerintahan secara sistematis dan akuntabel pada setiap tahapnya? Bukankah melalui revolusi mental Jokowi sudah menetapkan core values, menerapkan sejumlah kaidah dalam menjalankan pemerintahannya? Apakah semua kebijakan ekonomi dan politik sudah sesuai dengan core values yang sudah dibuat Jokowi dan timnya itu?

Selain berlomba dengan waktu, Jokowi menghadapi cermin kepemimpinannya-melihat fakta-fakta sekarang di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Leadership for recovery sangat diperlukan saat ini, tentu dibarengi kemampuan bergerak melakukan terobosan-terobosan untuk pertumbuhan ekonomi. Pergaulan antarbangsa sejak berabad-abad silam sampai sekarang lebih menghargai kemampuan pengelolaan ekonomi nasional masing-masing untuk kesejahteraan rakyatnya, ketimbang pada ideologi. Kenyataannya, negara yang kaku pada ideologi politiknya malah menjadi bahan olok-olok dunia (seperti Korea Utara). Bahkan RRT pun memelihara sosialisme-komunisme hanya untuk kepentingan persatuan, selebihnya adalah supremasi manajemen ekonomi nasional.

Intellectual resources di pemerintahan cukup kuat. Bersama Jokowi ada ekonom-ekonom hebat, yang bahkan sempat menjadi konsultan bangsa lain, plus orang-orang yang berpengalaman mengelola bisnis besar. Mampukah mereka melepaskan diri dari kebiasaan menyalahkan pihak lain (pemerintahan masa lalu, lingkungan global, cuaca, dll), selalu mencari alasan, dan menyangkal fakta? Karena semua alibi tersebut tidak mengubah fakta apa pun. Sebaliknya, jika Jokowi dan timnya bermental pemenang, tentu akan memiliki ownership tinggi, akuntabel, dan responsible atas fakta-fakta sosial, ekonomi, dan politik sekarang.

Keberanian bertanggung jawab atas fakta-fakta saat ini, tanpa alibi apa pun, akan memudahkan menemukan clarity penentuan skala prioritas pemulihan ekonomi dan menumbuhkannya. Untuk membuktikan bahwa Jokowi dan timnya berpeluang memulihkan ekonomi nasional, ingatlah kata Mahatma Gandhi, "The difference between what we are doing and what we're capable of doing would solve most of the world's problems." Pilihan di tangan Jokowi, dia mau menjadi pemimpin bermental ayam atau elang untuk menggerakkan timnya bertindak lebih baik? *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

11 jam lalu

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi di Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta, Sabtu (20/4/2024). Foto : Oji/Novel
Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.


Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

8 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.


Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

57 hari lalu

Presiden Jokowi memberi keterangan usai Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri pada Rabu 28 Februari 2024 di Gedung Ahmad Yani Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. TEMPO/Daniel A. Fajri
Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

Presiden Jokowi mengatakan bahwa perekonomian Indonesia cukup kokoh di tengah ketidakpastian global.


Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

2 Februari 2024

Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

PT Pegadaian dinobatkan sebagai Diamond Living Legend Company in Realizing Society Welfare Through Innovative and Inclusive Products and Services


APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

19 Desember 2023

APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga pertengahan bulan Desember 2023 tercatat lebih kuat dari target yang ditentukan


Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

19 Desember 2023

Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan), calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (tengah) dan calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo saat debat capres perdana di Gedung KPU RI, Jakarta, Selasa, 12 Desember 2023. Debat pertama mengangkat tema soal Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik, dan Kerukunan Warga. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan target pertumbuhan ekonomi para kandidat capres dan cawapres Pemilu 2024 cenderung tinggi.


Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

14 Desember 2023

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada Asian Development Outlook (ADO) Desember 2023


CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

12 Desember 2023

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, mengatakan krisis sektor properti di Cina sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia, terutama pada kinerja ekspor.


Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

8 Desember 2023

Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

Kebijakan fiskal memiliki peranan penting sabagai penjaga stabilitas nasional sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi.


Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

29 November 2023

Presiden Joko Widodo bersama Seskab Pramono Anung saat Penyerahan secara Digital Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran 2024 di Istana Negara, Jakarta, Rabu 29 November 2024.  Presiden Joko Widodo menyiapkan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp3.325,1 triliun pada 2024. Dana tersebut akan ditujukan untuk beberapa hal yang menjadi fokus. Dana tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp2.467,5 triliun dan transfer ke daerah Rp857,6 triliun. Pemerintah juga akan menuntaskan proyek infrastruktur prioritas, percepatan transformasi ekonomi hijau dan dukung reformasi birokrasi serta aparatur sipil negara (ASN). TEMPO/Subekti.
Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

Jokowi bangga dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang tumbuh di kisaran 5 persen. Ia menyebut dirinya memamerkan hal itu kepada kepala negara lain.