Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Demokrasi Konsosiasional Sebagai Solusi di Timur Tengah?

image-profil

image-gnews
Iklan

Ibnu Burdah, Koordinator Program Kajian Timur Tengah Sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Popularitas gagasan "demokrasi" menguat secara drastis di masyarakat Timur Tengah sejak akhir 2010. Berkobarnya gerakan rakyat untuk menjatuhkan diktator di Tunisia, Mesir, Yaman, dan lain-lain adalah manifestasi yang jelas dari gerakan demokratisasi yang melibatkan aktivisme masyarakat dalam skala luas.

Namun ekses yang benar-benar tak terduga dari gerakan rakyat itu selama sekitar lima tahun ini telah menumbuhkan frustrasi mendalam akan terbangunnya demokrasi di masyarakat Timur Tengah. "Musim Semi" (baca gerakan demokratisasi rakyat melalui protest movement) telah berubah menjadi konflik antarkelompok baik sekte-sekte agama maupun suku-suku, bahkan antarkelompok lintas negara. Pada tingkat tertentu, konflik itu bahkan sudah menjadi konflik antarkelompok kekuatan di kawasan yang membawa bencana kemanusiaan dalam skala luas dan lama. Suasana itu sekaligus telah menjadi lahan subur bertumbuhnya kelompok-kelompok ekstremis radikal.

Kenyataan ini jelas mengancam masa depan demokrasi di kawasan itu. Pandangan mengenai inkompatibilitas gagasan demokrasi dengan masyarakat Timur Tengah yang berbasis suku dan sekte agama kini memperoleh argumen baru yang sulit dibantah. Masa depan demokratisasi di Timur Tengah semakin mencemaskan. Padahal kecemasan semacam ini sudah banyak sekali dikemukakan para pemikir Arab jauh sebelum menjalarnya "Musim Semi Arab" seperti Muhammad Abid al-Jabiri, Mustofa al-Fiqi, dan Halim Barakat. Mereka umumnya memperkirakan persoalan sekte dan suku akan menjadi penghalang besar bagi proses demokratisasi di Timur Tengah.

Dan, itu ternyata benar-benar terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Rezim-rezim yang sedang berkuasa memahami kelemahan masyarakatnya. Karena itu, mereka seoptimal mungkin mengeksploitasi masalah suku dan sekte agama untuk membendung gerakan demokratisasi dari rakyat di satu sisi, dan menggunakannya untuk menghancurkan kekuatan musuh di sisi lain.

Di tengah situasi semacam ini, jika jalan demokrasi ditempuh di sebagian negara-negara itu, model demokrasi yang mungkin menguat di dalam praktek adalah demokrasi konsosiasional. Inti konsep itu adalah power sharing, pembagian kekuasaan didasarkan pada porsi kelompok etnis atau sekte keagamaan yang ada dalam masyarakat negara bersangkutan secara proporsional. Demokrasi ini sangatlah elitis, karena ia biasanya adalah hasil dari "pemufakatan" para elite yang kemudian dilegalkan menjadi ketentuan formal seperti di Lebanon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Praktek demokrasi konsosiasional yang menonjol adalah di Lebanon, yang membagi kekuasaan kepada tiga golongan utama negeri itu, yakni Sunni, Kristen Maronit, dan Syiah. Menurut konstitusi Lebanon, perdana menteri dijabat oleh mereka yang berasal dari kaum Sunni, sedangkan presiden dijabat dari kaum Kristen Maronit, dan ketua parlemen dari kaum Syiah. Praktek ini masih berlaku hingga sekarang kendati saat ini mengalami ujian yang begitu berat.

Kendati tak "sevulgar" di Lebanon, praktek berdemokrasi di Irak dalam beberapa waktu belakangan ini juga demikian. Presiden, jabatan "simbolis", biasa diserahkan kepada kelompok Kurdi yang sebelum ini menjadi kelompok paling tertindas dan terpinggirkan. Sedangkan jabatan perdana menteri, pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi, biasanya dimenangi oleh kelompok Syiah. Sedangkan wakil presiden kecenderungannya diserahkan kepada kaum Sunni.

Konflik Sunni-Syiah di Yaman berpotensi menjadikan gagasan demokrasi konsosiasional sebagai solusi di negara itu. Gagasan ini sebenarnya cukup kuat di lapangan sebelum ofensif besar-besaran koalisi pimpinan Saudi ke negeri itu. Namun ofensif Saudi yang berimbas pada konflik horizontal berskala luas di Yaman sepertinya semakin menjauhkan semangat "demokrasi" yang telah dipilih rakyat Yaman, terutama melalui gerakan rakyat menjatuhkan Presiden Saleh dan Dialog Nasional.

Demokrasi konsosiasional tentu bukan demokrasi yang ideal. Demokrasi itu biasanya di dalam praktek justru mempertegas sekat-sekat sosial yang telah ada di masyarakat. Contoh, kehidupan sosial di Lebanon dan Irak yang saat ini semakin tersekat-sekat ke dalam sekte atau kelompok etnis yang ada. Sistem politik itu cenderung tidak menyatukan, tapi justru menegaskan keterpisahan. Ketegangan di level masyarakat tentu juga berpengaruh pada kesatuan negara-bangsa tempat mereka hidup bersama.

Demokrasi konsosiasional juga cenderung bersifat jangka pendek. Dalam kurun 20-30 tahun saja, perubahan demografis anggota kelompok-kelompok di masyarakat bisa berubah secara signifikan. Hal inilah yang terjadi di Lebanon. Sistem konsosiasional terus saja digugat. Sebab, kelompok Syiah yang dulu di urutan nomor tiga dalam jumlah penduduk, kini merasa memiliki konstituen yang lebih besar daripada kelompok lain. Karena itu, demokrasi konsosiasional bisa menjadi solusi jangka pendek, tapi justru bisa menjadi bumerang jika dipraktekkan dalam jangka panjang. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

3 menit lalu

Ilustrasi hukuman cambuk di Iran. REUTERS
Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

Iran dikenal sebagai negara yang bergejolak. Suatu rezim menggunakan lembaga khusus untuk mengawasi dan membungkam oposisi


5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

3 jam lalu

Sejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin berada di atas truk pick-up selama prSejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin da RPG saaat berada di atas truk pick-up selama protes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullahotes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullah
5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

Sejak revolusi 1979, Iran telah membangun jaringan proksi di seluruh Timur Tengah. Pengawal Revolusi Iran dan Pasukan elit Quds memberikan senjata, pelatihan dan dukungan keuangan kepada gerakan milisi tersebut.


Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

3 jam lalu

Presiden Iran Ebrahim Raisi. Kepresidenan Iran/WANA via REUTERS
Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

Sepanjang sejarah, Iran telah menjadi sasaran berbagai sanksi internasional atau embargo dari beberapa negara, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa.


SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

13 jam lalu

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan
SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.


Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

19 jam lalu

Petugas tengah menunjukkan contoh emas berukuran 1 kilogram di butik Galery24 Salemba, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Harga emas 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam terpantau naik pada perdagangan hari ini menjelang rapat The Fed soal kebijakan suku bunga. TEMPO/Tony Hartawan
Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.


3 Pesan Jokowi ke Menlu Cina, dari Soal Ekonomi hingga Situasi di Timur Tengah

22 jam lalu

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi tiba di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 18 April 2024. Wang Yi melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo usai Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, melawat ke China pada awal April lalu dan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Keduanya berbagi pandangan mengenai kedamaian regional dan berkomitmen untuk mempererat hubungan. TEMPO/Subekti.
3 Pesan Jokowi ke Menlu Cina, dari Soal Ekonomi hingga Situasi di Timur Tengah

Presiden Jokowi menyampaikan tiga pesan saat bertemu Menlu Cina Wang Yi di Istana Kepresidenan Jakarta hari ini.


Benjamin Netanyahu Sebut Israel akan Bela Diri atas Serangan Iran

23 jam lalu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Kabinet Benny Gantz (tidak digambarkan) di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023. ABIR SULTAN POOL/Pool via REUTERS
Benjamin Netanyahu Sebut Israel akan Bela Diri atas Serangan Iran

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkata Israel akan membuat keputusan sendiri untuk membela diri dari serangan Iran.


Konflik Iran-Israel Memanas, ESDM Yakin Cadangan BBM RI Aman

23 jam lalu

Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel 14 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Konflik Iran-Israel Memanas, ESDM Yakin Cadangan BBM RI Aman

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut cadangan bahan bakar minyak (BBM) nasional tidak terdampak konflik Iran dan Israel


Kurs Rupiah Diprediksi Menguat Hari Ini ke 16.170 per Dolar AS, Apa Saja Penyebabnya?

1 hari lalu

Kurs Rupiah Diprediksi Menguat Hari Ini ke 16.170 per Dolar AS, Apa Saja Penyebabnya?

Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah hari ini akan fluktuatif dan ditutup menguat ke level Rp 16.170 per dolar AS.


Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

1 hari lalu

Suasana pelayanan kontak 157 Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.  Otoritas Jasa keuangan (OJK) terus meningkatkan koordinasi, integrasi dan kerja sama di antara berbagai bidang organisasi di OJK untuk semakin memperkuat pengawasan lintas bidang di industri jasa keuangan. Tempo/Tony Hartawan
Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

OJK membeberkan dampak memanasnya konflik di Timur Tengah kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional.