Akhirnya Presiden Joko Widodo mengambil langkah yang cukup tegas. Presiden menyodorkan nama Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian Republik Indonesia ke Dewan Perwakilan Rakyat.
Publik sudah menunggu keputusan Jokowi, yang seolah-olah dihadapkan pada dua opsi sulit. Pertama, memperpanjang masa jabatan Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki usia pensiun. Kedua, memilih Kapolri baru dari calon yang diusulkan Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) Polri.
Memilih opsi pertama, memperpanjang masa tugas Badrodin, Jokowi terbentur Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI dan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian RI. Kedua aturan itu menyebutkan batas masa pensiun dapat dipertahankan sampai usia 60 tahun bagi anggota Polri yang punya keahlian khusus dan sangat dibutuhkan dalam tugas kepolisian.
Adapun opsi kedua, memilih calon yang disodorkan Wanjakti, akan mengundang kontroversi. Calon yang harus dipilih Jokowi antara lain Wakil Kepala Polri Komjen Budi Gunawan dan Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso. Keduanya disebut-sebut memiliki dukungan paling kuat di parlemen.
Jokowi akhirnya memilih Tito Karnavian, yang kini menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Tito termasuk yang diusulkan Komisi Kepolisian Nasional karena dianggap sebagai bintang tiga yang paling berprestasi. Ia dianugerahi Bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akademi Kepolisian Angkatan 1987 dan Bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan terbaik Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian. Tito pun lulusan terbaik pertama di Sekolah Staf dan Pimpinan Tingkat Tinggi serta Lembaga Pertahanan Nasional.
Menurut Badrodin, Tito sempat menolak diusulkan jadi Kapolri. Alasannya, di jajaran perwira tinggi Polri yang saat ini menyandang pangkat bintang tiga, ia paling junior. Tito merupakan alumnus Akademi Kepolisian angkatan 1987. Ada empat angkatan di atasnya yang sebenarnya berpeluang menjadi Kapolri, yakni 1983, 1984, 1985, dan 1986.
Profesionalisme Tito tak diragukan. Berbagai pencapaian ia peroleh saat mengemban jabatan. Di antaranya, membekuk koruptor buron Soewondo dan memburu Tommy Soeharto saat ia menjadi Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya. Ia juga mengungkap jaringan teroris Azahari ketika bertugas di Detasemen Khusus 88 Antiteror, dan memimpin penumpasan teror bom di kawasan M.H. Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari lalu saat menjabat Kapolda Metro Jaya.
Jika lolos uji kepatutan dan kepantasan di DPR pekan depan dan dilantik menjadi Kapolri baru, Tito hendaknya menjalankan amanat dan kepercayaan itu dengan sebaik mungkin. Dengan kemampuan dan kecerdasannya, Tito dinilai dapat menyelesaikan berbagai masalah di institusi kepolisian, terutama meningkatkan profesionalitas polisi.