Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berkabung

Oleh

image-gnews
Iklan

Putu Setia

Hari ini tanggal 30 September dan besok 1 Oktober. Ya, semua orang tahu. Hari ini adalah hari berkabung nasional, bendera dinaikkan setengah tiang, dan besok Hari Kesaktian Pancasila, bendera berkibar penuh menghormati "Tujuh Pahlawan Revolusi". Apakah semua orang masih tahu soal itu?

Sudah beberapa tahun ini saya tak melihat bendera berkibar setengah tiang di kampung pada 30 September. Saya tak tahu, apakah hari berkabung itu sudah dicabut, dan apakah Hari Kesaktian Pancasila masih dirayakan di daerah. Saya pernah bertanya kepada seorang pejabat negara yang latar belakangnya partai. Jawabnya, "Ah, kenapa ada Hari Kesaktian Pancasila? Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni saja tidak dirayakan oleh negara. Apa ada orang sakti kalau tidak pernah lahir?"

Apa pun yang terjadi hari ini, ada bendera setengah tiang atau tidak, setiap ketemu tanggal ini, saya selalu galau. Trauma mencekam ke memori saya soal G30S-PKI. Masa penuh kegelapan--antara kebiadaban dan ketidakberdayaan--saya alami pada usia yang sama sekali tidak matang, kelas 3 SMP.

Jika pelajar SMP dan SMA sekarang ini terlibat tawuran--dan jatuh korban--pelajar SMP di era saya dilibatkan dalam masalah politik--dan juga memakan korban. Situasi sebelum G30S-PKI adalah perseteruan yang tak kenal lelah antara PKI dan PNI di Bali. Perseteruan sampai ke "akar-akar"-nya. Naik ke kelas 3 SMP, saya dilantik sebagai Ketua Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI)--ormas pelajar di bawah PNI--untuk sekolah saya, SMPN Bajera. Sekolah saya basis GSNI, meski beberapa ada anggota IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia)--ormas di bawah PKI. Basis IPPI di sekolah swasta, tetangga sekolah saya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sampai awal November 1965, belum ada keributan berarti di sekolah saya, kecuali saya memerintahkan mencopot semua tempelan di tembok yang memakai kata-kata pelajar dan diganti dengan kata siswa. Misalnya, "Pelajar harus taat pada guru" diganti menjadi "Siswa harus taat pada guru". Baru sekitar Desember, di jalanan berseliweran tentara, dan murid-murid--terutama perempuan--takut karena ada razia. Kepala sekolah, Pak Dedeh (masih ada sekarang, tapi sakit-sakitan), memanggil saya, bagaimana menyelamatkan murid yang tak punya kartu anggota GSNI. Ide muncul, membuat surat keterangan "simpatisan GSNI". Cukup ditulis tangan, yang penting ada stempel.

Tentara semakin banyak berseliweran. Pak Dedeh kemudian mengumumkan keputusan pemerintah, ujian akhir ditunda enam bulan, sekolah diliburkan. Lima pelajar putri tak berani pulang ke desanya yang hanya berjarak 3 km, keluarganya anggota PKI. Saya berikan surat keterangan "simpatisan GSNI" dan meminta seorang pesuruh sekolah yang kebetulan anggota Gastam (Gerakan Senisilat Tameng Marhaenis) mengantarnya pulang.

Saya juga pulang kampung. Lalu, apa yang saya saksikan di desa, selama enam bulan, dalam usia 15 tahun itu? Penyiksaan dan pembunuhan, untuk sebuah slogan: "Tumpas PKI sampai ke akar-akarnya". Suami kakak sepupu saya termasuk yang kena "tumpas", kesalahannya ikut membuat panggung ketika pelantikan Pemuda Rakyat. Setelah sekolah dibuka, satu pelajar putra "kena garis", satu pelajar putri "hanya diperkosa", dua guru "dinaikkan truk"--begitu istilah pop saat itu.

Tragedi ini yang terus ada di memori saya. Meski kejadiannya jauh setelah 30 September, tetap saja tanggal hari ini membuat saya tak bisa melupakan sejarah hitam itu. Saya tetap berkabung, sambil berharap, barangkali ada yang "menyesali" peristiwa itu, meminta maaf, dan berseru, "Mari jadikan pelajaran pahit bangsa ini."

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jadwal Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan Senin, Simak Catatan Manis Shin Tae-yong di Stadion Abdullah bin Khalifa

3 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Jadwal Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan Senin, Simak Catatan Manis Shin Tae-yong di Stadion Abdullah bin Khalifa

Timnas U-23 Indonesia vs Uzvekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khaliffa pada Senin, 29 April 2024.


Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

13 menit lalu

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ditemui di kediaman Calon Presiden Prabowo Subianto, Rumah Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Maret 2023. TEMPO/Daniel A. Fajri
Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyerahkan 300 sertifikat tanah secara simbolis untuk masyarakat Sulawesi Tenggara.


Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

19 menit lalu

Menteri  Sosial Tri Rismaharini  menjadi pembicara pembuka hari kedua Forum Infrastruktur Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)di Paris Prancis, Rabu  pagi, 10 April 2024. (Sumber: Istimewa)
Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

PDIP sebelumnya mengusulkan Menteri Sosial Tri Rismaharini hingga Menpan RB Abdullah Azwar Anas sebagai cagub Jakarta.


Kondisi Kolesterol Tahapan Lanjut Bisa Terlihat dari Tanda di Wajah

27 menit lalu

Ilustrasi kolesterol. Shutterstock
Kondisi Kolesterol Tahapan Lanjut Bisa Terlihat dari Tanda di Wajah

Gejala kolesterol tahapan lanjut dapat dilihat secara fisik dan dirasakan tubuh. Antara lain, bisa ditandai dari wajah. Apa saja?


Kincir Angin Ikonik Moulin Rouge Paris Roboh, Pertunjukan Tetap Lanjut

37 menit lalu

Moulin Rogue Paris. Instagram.com/@moulinrougeofficiel
Kincir Angin Ikonik Moulin Rouge Paris Roboh, Pertunjukan Tetap Lanjut

Kincir angin Moulin Rouge telah berputar selama 135 tahun, dan yang pertama menyala saat pembukaan pada 1889


Ragam Jenis Kekayaan Intelektual, Pahami Soal Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI

37 menit lalu

Karut-Marut Hak Cipta
Ragam Jenis Kekayaan Intelektual, Pahami Soal Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI

Pahami soal Hak Kekayaan Intelektual atau HaKI, sehingga karya cipta Anda bisa terlindungi secara hukum.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

42 menit lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.


5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

48 menit lalu

Orang-orang menghadiri upacara pemakaman korban serangan ISIS di Kerman, Iran, 5 Januari 2024. Iran's Presidency/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS
5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

Iran dikenal memiliki sumber daya alam dan potensi kekayaan yang tinggi. Termasuk saffron, apakah itu?


4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

52 menit lalu

Sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Malaysia mengikuti senam dan berjemur di bawah sinar matahari saat menjalani karantina di Pangkalan Udara Militer (Lanud) Soewondo Medan, Sumatera Utara, Sabtu, 11 April 2020. Sebanyak 513 TKI yang berasal dari berbagai daerah di Sumut dan sekitarnya yang menjalani proses karantina COVID-19 sementara tersebut saat ini kondisi kesehatannya baik dan tidak ada menunjukan gejala infeksi seperti demam, batuk dan sesak nafas. ANTARA
4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

Konser Sheila on 7 akan digelar di lima kota termasuk Medan yang akan di langsungkan di Pangkalan Udara Seowondo, 14 September 2024


Klaim Keputusan ICC Tak Akan Pengaruhi Israel, Netanyahu: Tapi Preseden Berbahaya

52 menit lalu

Joe Biden dan Benjamin Netanyahu. REUTERS
Klaim Keputusan ICC Tak Akan Pengaruhi Israel, Netanyahu: Tapi Preseden Berbahaya

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan keputusan apa pun yang dikeluarkan oleh ICC tidak akan pengaruhi Israel