Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teror Paris, Teror Global

image-profil

image-gnews
Iklan

Husein Ja'far Al Hadar, Pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta

Serangan teror di Paris, Prancis, baru-baru ini, telah mengguncang dunia. Sejumlah teror lain juga pernah menyergap negeri itu, termasuk teror di kantor Charlie Hebdo pada 7 Januari 2015 yang menewaskan 12 jurnalis. Namun teror kali ini menjadi yang paling mengerikan sejak Perang Dunia II. Presiden Prancis Francois Hollande berjanji tak akan memberi ampun kepada jaringan pelakunya. Bahkan media-media Prancis dan Eropa menyebutnya sebagai "perang". Apa yang perlu menjadi catatan atas insiden ini?

Pertama, terorisme (dengan induk organisasi terpopulernya kini adalah ISIS, sebelumnya Al-Qaidah dan Taliban) adalah masalah global, bukan lagi problem regional Timur Tengah. Negara-negara dunia dan masyarakat global bukan lagi hanya harus bersatu melihat terorisme sebagai ancaman bagi Timur Tengah, melainkan bagi seluruh negara di dunia. Kita harus membangun solidaritas untuk dunia, bukan lagi Timur Tengah dengan segala konsekuensi berupa eskalasi kewaspadaan, pola pandang, strategi, dan penanggulangannya.

Kedua, pemberantasan terorisme (ISIS khususnya) harus dilakukan bersama secara utuh dari tingkat paradigma. Sebab, akar masalah terorisme ini cenderung ideologis, yakni paradigma (keberislaman) yang menyimpang atau disimpangkan: alergi Barat dengan stigma kafir dan anti-perbedaan dalam internal Islam dengan stigma sesat. Tak tanggung-tanggung, semua paradigma teror itu pun selalu dilandaskan pada hujjah dari Al-Quran maupun hadis yang mereka pahami secara harfiah dan tak kontekstual, ditafsirkan secara subyektif, atau memilih hujjah yang telah dinilai dhoif (palsu) atau lemah oleh para ulama Islam.

Syeikh Hasan bin Farhan al-Maliky, misalnya, menyebutkan terorisme ala ISIS saat ini cenderung tenggelam dalam lautan keutamaan jihad, sementara mereka tak memahami sedikit pun tentang prinsip-prinsip jihad paling dasar dalam Islam.

Oleh karena itu, strategi dan upaya pemberantasannya tak bisa hanya dengan "penyerangan" sepihak oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya atau Rusia dengan sekutu Timur Tengahnya, melainkan dengan "penanggulangan" paradigmatis, khususnya melalui strategi deradikalisasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga, AS dan sekutu NATO-nya, juga Rusia, harus merangkul negara Islam moderat secara tulus dan obyektif untuk menjadi mitra strategis dalam upaya penanggulangannya. Lantaran terorisme selama ini cenderung menjadi fenomena dalam "Islam" dan akar masalahnya ada pada paradigma keberislaman yang menyimpang atau disimpangkan, sudah seharusnya penanggulangannya melibatkan kemitraan strategis bersama negara maupun elemen Islam moderat yang tahu mengenai solusi tepat penanggulangannya.

Tanpa itu, dunia akan terus diwarnai terorisme atas nama agama dengan beragam modus, motif, gerakan, dan organisasinya dari waktu ke waktu. Apalagi, faktanya, sebagaimana ditulis John L. Esposito dalam The Future of Islam, sebuah acara televisi di AS pada 2005 yang dipandu John Stewart memperlihatkan bagaimana para pejabat tinggi FBI tidak bisa menjawab berbagai pertanyaan mendasar mengenai apa itu Islam. Bahkan bukan hanya mengakui ketidaktahuannya, lebih buruk lagi, mereka sejak awal melepaskan keingintahuan untuk tahu tentang Islam. Lebih jauh, John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional Quarterly di Washington, mengungkapkan, "Sebagian besar pejabat AS (bukan hanya anggota Kongres, tapi juga intelijen dan penegak hukum AS) yang telah saya wawancarai tidak mengetahui apa-apa tentang Islam secara mendasar."

Kini, dampak yang akan datang akibat teror di Paris itu tak kalah mengerikan. Pertama, teror itu dikhawatirkan akan menarik mundur relasi Barat dan dunia Islam yang hampir satu setengah dekade telah diupayakan kembali membaik setelah tragedi 11 September. Termasuk dengan meningkatnya kembali Islamophobia di kalangan masyarakat Eropa. Kedua, teror itu dikhawatirkan akan mengacaukan relasi dan kebijakan pemerintah Prancis terhadap warga imigran Islam yang memang banyak di sana, termasuk pengungsi muslim Suriah yang baru-baru ini datang ke sana.

Karena itu, kini kita semua berharap insiden di Paris dilihat secara utuh, jernih, dan obyektif sebagai kejahatan menjijikkan yang patut dikutuk bersama, tanpa bias dan sentimen apa pun. Jika tidak, bisa jadi teror itu tak akan hanya meluluhlantakkan Paris, tapi juga meluluhlantakkan keharmonisan dan kedamaian masyarakat global. Dan, jika itu terjadi, justru tujuan utama teror itu tercapai: memproduksi kebencian dan menebar sentimen.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengadilan Prancis Vonis Hukuman Seumur Hidup untuk Pelaku Teror Paris 2015

30 Juni 2022

Salah Abdelsalam. Foto : Wikipedia
Pengadilan Prancis Vonis Hukuman Seumur Hidup untuk Pelaku Teror Paris 2015

Pengadilan Prancis menjatuhkan vonis seumur hidup kepada Salah Abdeslam, satu-satunya pelaku teror Paris 2015 yang masih hidup


Pengakuan Pelaku Bom Bunuh Diri Paris 2015: Saya Tidak Melukai Siapa pun

10 Februari 2022

Sketsa seniman pengadilan Prancis Elisabeth de Pourquery yang menunjukkan Salah Abdeslam, salah satu tersangka kelompok yang diduga melakukan serangan Paris November 2015, dipajang di atas meja selama wawancara dengan Reuters di rumahnya di dekat Paris, Prancis, 27 September. 2021. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Pengakuan Pelaku Bom Bunuh Diri Paris 2015: Saya Tidak Melukai Siapa pun

Salah Abdeslam mengatakan bahwa ia tidak meledakkan rompi bom bunuh dirinya dalam serangan teroris di Paris, November 2015 yang menewaskan 130 orang


Prancis Mulai Adili 20 Terdakwa Serangan Teror di Bataclan

8 September 2021

Polisi Prancis dengan perisai pelindung berjalan di antrean dekat gedung konser Bataclan menyusul penembakan fatal di Paris, Prancis, 14 November 2015. Orang-orang bersenjata dan pengebom menyerang restoran, bar, dan gedung konser yang ramai di lokasi sekitar Paris pada Jumat malam, menewaskan puluhan orang dalam apa yang digambarkan oleh Presiden Prancis sebagai serangan teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya. [REUTERS/Christian Hartmann/File Foto]
Prancis Mulai Adili 20 Terdakwa Serangan Teror di Bataclan

Prancis pada Rabu mengadili 20 orang terdakwa yang diduga terlibat dalam serangkaian aksi teror di Bataclan, Paris, pada 13 November 2015.


Teror Paris, Pria Ini Ledakkan Diri Saat Menabrak Mobil Polisi

20 Juni 2017

Sebuah mobil menabrak van polisi di Avenue des Champs-lysees di Paris. REUTERS
Teror Paris, Pria Ini Ledakkan Diri Saat Menabrak Mobil Polisi

Teror Paris kembali terjadi ketika pengemudi mobil sedan meledakkan diri saat berusaha menabrak iringan mobil polisi.


Teror di Paris, Begini Kata Pelaku Serangan Katedral Notre-Dame

7 Juni 2017

Polisi berjaga di depan Katedral Notre Dame, Paris, setelah terjadi serangan, Selasa, 6 Juni 2017 (Reuters)
Teror di Paris, Begini Kata Pelaku Serangan Katedral Notre-Dame

Pelaku penyerang perwira polisi di Katedral Notre-Dame, dalam teror di Paris, Selasa waktu setempat dalam aksinya sempat mengatakan: Ini untuk Suriah


Teror di Paris, Pelaku Serang Polisi di Katedral Notre Dame

7 Juni 2017

Polisi berjaga di depan Katedral Notre Dame, Paris, setelah terjadi serangan, Selasa, 6 Juni 2017 (Reuters)
Teror di Paris, Pelaku Serang Polisi di Katedral Notre Dame

Teror terjadi di Paris. Seorang pria menyerang polisi di depan Katedral Notre Dame, Paris.


Pengacara Teroris Paris Mundur, Ini Alasannya  

12 Oktober 2016

Peringatan yang dikeluarkan polisi Prancis lewat twitter tentang Salah Abdeslam, tersangka pelaku teror di Paris, pada November 2016. Salah Abdeslam ditangkap polisi antiteror Belgia, pada 18 maret 2016. REUTERS/POLICE NATIONALE
Pengacara Teroris Paris Mundur, Ini Alasannya  

Pengacara sempat memprotes kamera pengawas di sel Abdeslam.


Prancis Tangkap Dua Orang yang Diduga Terlibat dalam Pembunuhan Pastor

1 Agustus 2016

Pastor Abbe Jacques Hamel (kiri). Gereja Gambetta di Saint-Etienne-du-Rouvray. mirror.co.uk
Prancis Tangkap Dua Orang yang Diduga Terlibat dalam Pembunuhan Pastor

Polisi Prancis menangkap dua orang yang diduga terlibat dalam
pembunuhan terhadap seorang pastor di sebuah gereja di Normandia.


Pelaku Kedua Pembunuh Pastor di Prancis Bisa Diidentifikasi  

28 Juli 2016

Seorang polisi berjaga di depan Balai Kota setelah dua penyerang menyandera lima orang di Gereja Saint-Etienne-du -Rouvray, Normandy, Prancis, 26 Juli 2016. Ini merupakan serangan teroris kedua di Prancis selama bulan Juli. REUTERS/Pascal Rossignol
Pelaku Kedua Pembunuh Pastor di Prancis Bisa Diidentifikasi  

Jenazahnya lebih sulit diidentifikasi daripada Kermiche karena tubuhnya sudah rusak dalam penembakan.


JK: Terorisme Meluas dari Negara Gagal ke Negara Stabil  

16 Juli 2016

Wakil Presiden Jusuf Kalla. TEMPO/Imam Sukamto
JK: Terorisme Meluas dari Negara Gagal ke Negara Stabil  

Sesi Retreat KTT ASEM membahas isu-isu mengenai Brexit, migrasi, terorisme, serta isu-isu keamanan dan perdamaian di kawasan itu.